Part 12

15.2K 2.2K 78
                                    

"Sini?" tanya Dion setelah memberhentikan motornya, ia memperhatikan rumah yang halamannya bisa di bilang sangatlah luas,

Asia turun dari motor lalu mengangguk, ia menatap Dion, "Lo langsung pulang aja sana," usirnya

Dion menatap Asia tak percaya, "Tega kamu mbak!"

Asia tak menghiraukan ucapan Dion, ia sudah jengah sedari tadi melihat tingkah dramatisnya,
"Lama-lama gue kuncir mulut lo ya," ancam Asia,

Dion yang hendak melanjutkan dramanya terhenti, "Lagian lo udah di anterin bukannya nawarin minum dulu kek, atau mau kenalin ke camer juga boleh," ucapnya dengan wajah sok malu-malu saat mengatakan kalimat terakhir,

Asia memukul kepala Dion, "Ngak pantes muka lo begitu"

Dion mengerucutkan bibirnya, "Tolong ya, ini kepala bukan bola"

"Beneran nih ngak nyuruh gue mampir dulu gitu?" lanjut Dion,

"Mampir kemana? Ini bukan rumah gue asal lo tau," balas Asia,

Dion mengangkat alisnya bertanya, "Lah terus rumah siapa?"

"Kepo! Udah sana pulang,"

Dion tak bertanya lebih, "Yaudah gue pulang, bilang apa dulu sama cowok baik hati ini?"

"Makasih" balas Asia datar,

"Ngak ikhlas kayanya, coba bilang 'Makasih ya Dionku yang ganteng' gitu" ucap Dion,

"Lo tuh emang beneran cogan deh Di"

Dion yang mendengar ucapan Asia seketika menepuk dadanya bangga, "Iyalah"

"Cowok ganjen! Udah sana pulang!"

Dion tersedak dengan ucapan Asia, "Jahat ya lo" balasnya sedih,

"Pulang Di," tekan Asia, ia sudah menahan tangannya agar tidak mendarat di kepala pria itu lagi,

Dion yang melihat jika Asia sudah geram pun terkekeh, ia senang melihat gadis itu marah-marah, tak ingin membuat Asia semakin kesal Dion segera memakai kembali helm-nya, "Yaudah gue pulang dulu, jangan kangen ya cantik," ucap Dion centil, tangannya ingin mencubit pipi Asia tapi tak sampai sebab tangan gadis itu sudah lebih dulu memukul tangannya, Dion malah tertawa melihat itu,

Setelah Dion pergi, Asia berjalan menuju gerbang rumah Bian. Kebetulan ada pak satpam yang sedari tadi sudah melihat interaksi antara Asia dengan Dion,

Setelah Asia sampai depan gerbang, Pak Edi -nama satpam keluarga Bian- langsung membukakan pintu gerbang untuk Asia, ia tau Asia karena gadis itu sering ke sini,

"Pemisi pak," sapa Asia

Sedangkan pak Edi terkejut mendapat sapaan itu, "E-eh iya mbak, mangga" balasnya gugup, seingatnya adik dari teman aden-nya ini tidak pernah berbicara kepada dirinya, ekpresinya bahkan sangat cuek setiap kali datang ke sini, kecuali jika saat bersama aden-nya yang akan berubah 180°

"Kok kaget gitu Pak, saya ngak gigit kok," ucap Asia sambil terkekeh pelan,

Sedangkan pak Edi hanya tersenyum canggung, tak di pungkiri jika wajah gadis di depannya yang biasanya angkuh malah terlihat sangat ramah saat tertawa,

"Yaudah saya masuk dulu ya, tante Anggun nya ada kan Pak?" tanya Asia, Anggun adalah nama mama Bian, itu yang ia dapatkan dari ingatan tubuh ini,

"Ada kok mbak, mangga silahkan," balas pak Edi sopan,

¤¤¤¤

Haruskah Asia berteriak sekarang? Tadi ia terjebak dengan anaknya dan sekarang dengan ibunya, Asia mengerang dalam hati. Ia hanya ingin segera bertemu dengan kasur tersayangnya, ia ingin segera terbaring di benda ternyaman di dunia itu,

Tapi apalah daya jika keadaan tak merestuinya,

"Sayang, makan malam di sini aja ya?" tanya Anggun penuh harap,

"Enggak usah tante, Asia kesini cuma mau ambil motor Asia," balas Asia lembut, ia tak ingin membuat wanita baik ini sakit hati, walaupun dalam hati ia mendumel ingin segera pulang,

"Udah malem loh, nunggu Bian aja ya biar nanti di anterin pulangnya, lagian bisa-bisanya dia ninggalin kamu di tengah jalan gitu, jadi laki-laki kok ngak bertanggung jawab banget!" ucap Anggun dengan nada kesal di akhir kalimat,

Asia segera menggeleng, ia tak ingin bertemu laki-laki itu lagi. Tadi ia sudah menceritakan tujuan ia kesini juga tentang Bian yang menurunkannya di tengah jalan dan tanggapan Anggun tentu saja memihak dirinya, memang dari dulu hanya Anggun yang mendukung hubungan antara Asia dan Bian. Tapi ia juga tidak bisa memaksa Bian yang tidak menaruh hati pada Asia.

"Ngak usah tante, Asia berani kok, kan jalannya juga rame. Kasian bang Bian baru pulang malah suruh keluar lagi pasti capek," balas Asia dengan nada dibuat sok prihatin,

Bodo amat lo mau capek sampe pingsan juga gue ngak peduli! Heh! Gerutu Asia dalam hati, di sertai dengusan,

"Tapi kamu cewek loh, bentar ya nunggu Bian dulu biar tante telpon deh," Anggun segera mengeluarkan handphone ingin memanggil Bian, tapi di hentikan dengan cepat oleh Asia,

"Beneran deh tan Asia tuh berani, ngak usah yaa," Asia benar-benar memohon kali ini, ia tak ingin melihat lelaki itu lagi, tidak!

Melihat Asia yang benar-benar tak ingin bertemu anaknya membuat Anggun penasaran. Ngak kaya biasanya, batinnya.

"Kamu marahan sama Bian?" tanya Anggun lembut,

Asia terdiam, sebelum menjawab "Enggak kok"

Lagian jika mereka tak marahanpun, Bian sudah seperti tak mau melihat dirinya,

"Yaudah kalau mau kamu kaya gitu, hati-hati di jalan ya kalau ada apa-apa langsung kabarin," pesan Anggun,

Asia mengangguk lalu berpamitan kepada wanita itu, Anggun mengikuti Asia hingga ke depan pintu garasi, tempat motor Asia berada, Asia segera naik ke motor tak lupa helm coklat-nya,

"Duluan ya tan"

"Iya, ngak usah ngebut"

Asia mengangguk lalu melambaikan tangannya, Anggun mengamati Asia hingga gadis itu keluar dari pintu gerbang, ia sudah akan berbalik tapi di urungkannya ketika melihat mobil yang ia ketahui milih putranya memasuki gerbang,

Mobil itu berhenti di sampingnya, tak lama kemudian sang putra keluar dari pintu kemudi,

"Darimana kamu?!" tanya Anggun sedikit nge gas,

Bian menatap sang mama heran, "Tadi abis ada urusan,"

"Urusan apa sampai ninggalin anak gadis orang di tengah jalan gitu?!"

Bian segera mengetahui apa yang ibunya maksud. Ngadu eh?
Batin Bian dengan ujung bibir yang sedikit terangkat,

"Ya urusan penting"

"Lebih penting mana sama ngebiarin anak gadis orang sendirian di tengah jalan? Kalau kenapa-napa gimana?"

"Yang penting dia sampai sini selamat kan?" tanya Bian,

Anggun menggelengkan kepalanya pasrah, "Mama tau kamu ngak suka sama Asia, tapi seengaknya kamu perlakuin dia dengan baik,"

"Hmm"

"Nanti mama jodohin aja lah dia sama anaknya om Bram, walaupun gantengan kamu tapi dia juga ngak kalah oke, yang penting lebih bertanggung jawab!" tegas Anggun sebelum membalikkan badannya untuk masuk ke dalam,

Sedangkan Bian hanya terdiam melihat sikap mamanya yang sedari awal memang terlihat menyukai Asia, Bian menghembuskan nafasnya pelan.

Entahlah akhir-akhir ini ia juga bingung dengan perasaannya sendiri, saat bersama Asia ia beberapa kali ingin lebih dekat dengannya, tapi setelah kembali mengingat cinta masa lalunya, ia seolah-olah merasa melupakan Asia. Ia tak tahu perasaan mana yang benar.

》》》》

Up Up hehe..

Ngak mau banyak kata, cuma mau bilang terima kasih yang udah nyempetin baca cerita aku😚
Oiya kalau udah baca jangan lupa pencet bintang di bawah yaa, anggap aja sebagai penyemanggat author☺🤗

Different Soul Where stories live. Discover now