Part 27

5.6K 797 17
                                    

Happy reading!

¤¤¤

"Dek? Kamu kemarin kenapa?" tanya Aaron saat Asia duduk di sampingnya,

Asia menoleh, "Kenapa emang?"

Aaron mendengus mendengar jawaban sang adik, "Nggak jadi!"

Asia terkekeh, Aaron tuh sebenernya baik, sweet juga sebenernya kalo ke Asia, apalagi saat mukanya lagi kesel uhhh Asia sangat suka, makanya dia sangat senang menjahili kakak nya itu,

"Apa ada nih kayanya seru," ucap Hendra dari arah belakang mereka,

Asia menghela nafas sedangkan Aaron semakin mendengus keras,

"Ada apa, Pah. Bukan apa ada," Asia dengan sabar meralat perkataan Hendra,

"Namanya juga udah tua, maklum lidahnya suka kepleset," balas Aaron,

"Ahhh! Awww! Sakitt Pahh, suka banget menganiaya Aaron!" pekik Aaron, ketika telingannya di jewer oleh Hendra,

"Lagian kamu kalo ngomong suka bener, Papa kan jadi gemes," balas Hendra kalem,

Asia terkikik melihat kelakuan dua lelaki di depannya, dirinya bertanya-tanya dalam hati. Apakah jika dirinya jujur ia akan bisa melihat dan merasakan suasana seperti ini lagi?

"Dek!"

Asia seketika berjengit kaget,

"KAGET!" pekik Asia sambil memukul punggung tangan Aaron yang masih bertengger di bahunya,

Cewek kan suka gitu, kalo kaget ya mukul, kesel mukul, ngakak juga mukul hehe

"Kamu sama Papah sama aja deh! Suka banget menyakiti fisikku yang hampir sempurna ini," ucap Aaron dramatis sambil mengelus pelan punggung tangan yang tadi kena tabokkan sang adik,

Asia bergaya seperti ingin muntah, sedangkan Hendra menatap Aaron malas,

"PD sekali kamu nak," ucap Hendra,

"Kaya Papah" sahut Asia,

Sedangkan Hendra hanya tertawa, benar juga.

"Gimana? Dah enakan? " tanya Hendra kepada sang putri,

Asia hanya mengangguk sambil menyengir, "Walaupun cerewet tapi ampuh banget pijatan mboknya Pah"

Hendra menyentil pelan dahi Asia, "Kamu itu"

Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka, Hendra yang fokus melihat berita di televisi, Aaron yang tengah bermain hp serta Asia yang merasakan gundah di hatinya, bingung apakah ia harus jujur sekarang?

"Ekhm" pancing Asia,

Seketika Hendra dan Aaron menoleh,

"Batuk? Minum obat dong" bukan, itu bukan Aaron yang ngomong tapi Hendra :)

Sedangkan Aaron menatap papah nya datar, dan Asia yang tersenyum manis, terpaksa sih.

Hendra terkekeh melihat respon ke duanya, entahlah ia juga merasa kalau dirinya terlalu receh.

"Serius Pah" ucap Asia,

"Iya iya, gimana sayang?" tanya Hendra mode serius,

Sedangkan Aaron kembali memainkan hp nya, tapi telinganya sudah stay untuk mendengarkan apa yang akan adiknya ucapkan, kepo juga sebenarnya.

Asia menarik nafas lalu menghembuskannya, "Asia mau jujur sama kalian, entah Papah sama Abang bisa nerima ini apa enggak, tapi Asia bakal tetep bilang ke kalian,"

Mendengar keseriusan Asia seketika Aaron mengalihkan tatapannya dari hp yang ia pegang, Asia bergantian menatap mata kedua lelaki di depannya ini,

Ia sebenarnya takut kalau mereka tidak bisa menerima dirinya, apalagi sampai membencinya, tapi Hendra dan Aaron berhak tau karena ini berhubungan dengan anak dan adik mereka,

Ia memejamkan matanya, "Aku mau jujur kalo aku ini sebenarnya bukan Asia"

Asia mengatakan itu dengan sekali tarikan nafas, lalu kembali membuka matanya ingin melihat bagaimana respon dua pria di hadapannya ini. Jantungnya juga berdetak dua kali lebih cepat.

Hendra dan Aaron bertatapan, lalu keduanya tertawa bersama,
"Heh! Kamu tuh kalo mau nge-prank yang logis Asiaa" Aaron mencubit pipi adiknya, tapi langsung di tepis oleh Asia.

Asia menatap keduanya dalam diam, "Aku serius" lanjutnya,

"Gimana ceritanya kamu bukan Asia, becandaan kamu ngga lucu sayang" imbuh Hendra sambil menggelegkan kepalanya tak habis pikir.

"Aku bukan Asia! Namaku Putri Satwika, aku udah berumur 25 tahun. Asia anak serta adik kalian sudah nggak ada, sekarang aku yang nempatin tubuhnya. Aku juga nggak tau kenapa bisa kayak gini!" tekan Putri dengan air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya,

Tidak, ia menangis bukan karena marah atau apa, tapi takut, ia takut setelah mengatakan ini dirinya malah menjadi di benci oleh dua pria yang sudah ia anggap keluarga itu.

"Nggak lucu Asia" tekan Aaron,

"AKU NGGAK NGELUCU! A-aku juga nggak tau kenapa bisa kaya gini, a-aku waktu itu cuma jatuh terus tiba-tiba bangun udah di tubuh ini, di tubuh Asia, bertepatan saat tubuh ini sadar dari pingsan tiga harinya"

"Tubuhku sudah meninggal, dan jiwa Asia juga udah nggak ada"

Aaron tercengang, sementara Hendra sudah mulai kesusahan dalam mengambil nafas,

Mereka ingat jika sejak kejadian itu sikap Asia berubah.

"Be-benar yang k-amu hah ucapkan?" tanya Hendra dengan nafas yang tersengal-sengal,

Aaron segera menangkap tubuh Hendra yang hampir terjatuh, dengan tangan yang bergetar ia segera menghubungi Ardi untuk segera datang, kebetulan Ardi juga tengah berada di rumah temannya yang berada di sebrang rumah mereka, mobilnya saja ia taruh di rumah Hendra. 

Asia juga panik, dengan wajah yang penuh air mata ia akan menyentuh tubuh Hendra tapi segera di tepis oleh Aaron,

"Sebaiknya kamu pergi dulu," ucap Aaron pelan dengan nada yang sedikit bergetar,

Air mata Asia kembali berdesakan keluar, inilah yang ia takutkan.

"Ban--"

Ucapannya terhenti kala melihat kedua bola mata Aaron yang berwarna merah menyorot tegas ke arahnya,

Asia menunduk lalu berbisik pelan, "A-aku pergi, nanti aku kesini lagi,"

Setelah mengucapkan itu Asia berdiri, menyempatkan sebentar untuk menatap Hendra lalu pergi keluar rumah yang sudah memberikan kehangatan baginya itu, meski ia tau jika kehangatan yang ia dapat bukan murni untuknya tapi bukankah jiwanya sudah pernah merasakannya?merasakan kasih sayang dari penghuni rumah ini, meskipun hanya sementara.

Asia atau Putri bukanlah orang yang miskin akan kasih sayang, di kehidupan sebelumya ia telah mendapatkan limpahan kasih sayang dari Renal serta keluarganya, tapi dalam kehidupan keduanya ini ia seolah-olah mendapat kasih sayang dari orang tuanya dan abangnya, meski sama-sama di perhatikan tapi rasanya berbeda. 

Different Soul Where stories live. Discover now