Part 9

16.9K 2.5K 38
                                    

Bian berbohong padanya!

Asia mengutuk Bian di dalam hati, bukan hanya ia tak bisa mengambil motor-nya, bahkan Bian tidak mengantarkan-nya ke kantor polisi, ia langsung di turunkan di depan gerbang kampusnya.

"Sial! Motor baru gueee!!!" teriak Asia frustasi, tak peduli jika ia masih di depan gerbang kampusnya.

Hera yang melihat Asia mencak-mencak di depan gerbang langsung bergegas menghampiri Asia, "Heh Sia ngapain lo?! Baru kemarin ya lo jadi baik, jangan sampai malah berubah jadi gila!"

Hera mengguncangkan pundak Asia, berbicara keras kepada Asia serta memelototkan mata-nya, orang-orang yang melewati mereka memandang aneh Asia dan Hera, sampai seseorang menghampiri mereka, "Setannya pinter juga"

Orang itu mengedipkan sebelah matanya saat Asia dan Hera menoleh, siapa lagi kalau bukan Dion.

Asia segera memutar bola matanya, sedangkan Hera mengerutkan keningnya bingung dengan perkataan Dion, dan Dion sepertinya juga melihat kebingungan Hera, ia berkata "Iya setannya pinter, tau aja nempelin mana yang cantik,"

Asia sepertinya menangkap dua makna dalam perkataan Dion, selain berkata bahwa mereka cantik Dion juga berkata bahwa mereka ketempelan setan?

Asia menatap sinis Dion, "Lo tuh setannya, setan ganjen!"

Entah kenapa sejak pertemuan pertama mereka, Asia merasa sebal saat melihat Dion,

"Widih selow dong cantik,"
Dion tertawa setelah mengatakan itu, dan sebelum Asia melemparkan piring cantiknya Dion segera menjauh dari mereka tapi tak lupa tangannya memperagakan cium jauh kepada mereka, Hera masih terdiam melihat interaksi keduanya, Sedangan Asia bergidik melihat tingkah laku Dion.

Hera berjengit kaget saat Asia menepuk pundaknya, "Kaget gue asem!"

"Ya lo ngapain bengong?! Ayok ah ke perpus, gue mau pinjem buku referensi buat skripsi," setelah mengatakan itu Asia berjalan meninggalkan Hera di belakang,

"Tungguin gue!!" teriak Hera

¤¤¤¤

Sedangkan di sisi lain, Bian sudah duduk di kursi kebesarannya di dalam ruangan kantor-nya,  bibirnya menyunggingkan senyum kecil. Entah mengapa ia merasa senang saat mengingat interaksinya bersama Asia beberapa hari terakhir ini,

Ia tadi berbohong kepada Asia, ia tak mau jika Asia mengalami hal buruk saat naik motor sendiri, makanya setelah menurunkan Asia di depan gerbang kampusnya, ia putar balik untuk ke kantor polisi.

Lamunan-nya terbuyar saat mendengar dering ponsel di saku jas nya, ia mengambil lalu melihat nama yang tertera di atas layar, Aaron.

Ia mengeser tombol hijau,

"HALO! BANG BIAN GUE MAU TANYA, ADA HUBUNGAN APA LO SAMA ADEK GUE?!"

Bian segera menjauhkan ponsel dari telinga-nya, lalu berkata pelan,

"Berisik"

Sedangkan di sebrang sana ada keheningan sebentar,

"Tadi gue liat ya pas lo bantuin Asia, gue udah ngikutin dia dari rumah, pas gue mau turun lo malah udah nyamperin, tumben amat lo begitu bang?"

Bian diam saja, lalu Aaron melanjutkan,

"Gue serius bang, gue liat akhir-akhir ini Asia kayanya udah bisa ngelepas lo, gue ngak mau kalo dia kaya dulu lagi, cuma mikirin perasaanya sampai ngak perduli sama sekitar-nya, bahkan dirinya-sendiri, kalo emang lo ngak bisa terima dia gue minta tolong lo jauhin dia bang, biarin dia bisa nemuin seseorang yang bisa bales perasaanya dan bahagiain dia"

Tanpa sadar Bian mengepalkan tangan kanan-nya yang berada di atas meja, lalu membalas dengan nada menusuk,

"Lo ngak tau apa-apa."

"Maka dari itu, karena gue ngak tau apa-apa, gue cuma bisa bilang begitu bang, gue sebagai kakak pengen adek gue bahagia,"

Bian tanpa kata mematikan panggilan tersebut, entah kenapa ia merasa tak senang mendengar kata-kata yang di ucapkan Aaron, apakah Aaron meminta-nya untuk menjauhi Asia, apakah ia tak boleh lagi jika bertemu dengan gadis itu?

Bian menggeram frustasi, sepertinya ada yang salah dalam dirinya, benar kata Aaron ia harus menjauhi gadis itu seperti dulu,

Sedangkan di sisi lain, Aaron menghela nafasnya, ia tak bisa menebak apa yang di pikirkan Bian, dari dulu memang hanya Bian yang pandai menyembunyikan pikiran dan perasaanya, di antara mereka bertiga.

¤¤¤¤

Asia kini tengah berada di apartemen-nya, duduk di sofa depan televisi, ia sedang menunggu Renal yang katanya mau datang,

Tak lama ia mendengar langkah kaki yang mendekat, ia menoleh dan mendapati Renal dengan senyum manisnya, kedua tangannya menenteng plastik putih, yang sudah di ketahui Asia apa isinya,

Sampai di belakang Asia, Renal mengecup pucuk kepala Asia, "Apa kabar kamu?"

"Baik dong, pak dokter apa kabar nih? Sibuk pasti" balas Asia sambil terkekeh,

"Baik juga, iya sibuk" Renal meletakkan plastik ke atas meja, lalu mengeluarkan isinya, snack serta beberapa coklat yang pastinya kesukaan Asia,

Asia segera mengambil satu batang coklat, sebelum memakannya ia membuka bungkusnya terlebih dahulu, "Capek ngak? Sini aku pijetin"

"Capek, ngak usah lagian pas ketemu kamu langsung seger lagi," balas Renal sambil mencubit pipi Asia,

Asia membalas dengan kekehan ringan, ya memang se sweet itu sikap Renal terhadap diri-nya, dari dulu pun sampai banyak yang salah sangka dengan hubungan mereka,

"Bang Renal mau jus apel ngak? Biar aku buatin," tanya Asia, ia tahu jika Renal sangat suka dengan jus apel buatan-nya,

"Mau dong kaya biasanya ya"

Asia tertawa, lalu ia mengambil apel yang tadi juga di bawa oleh Renal "Iyaa, gulanya dikit aja, manisnya kan ada di aku,"

Renal yang mendengar itu juga lantas tertawa, arah pandang-nya mengikuti pergerakan Asia hingga gadis itu hilang di balik tembok pembatas antara dapur dan ruang santai,

Ia senang bisa merasakan perasaan seperti ini lagi, becanda dengan orang yang ia sayang, walau dengan fisik yang sekarang berbeda, ia masih mengingat jelas bagaimana perasaan sakit saat mengetahui adik yang sangat ia sayangi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya,

Tak lama Asia kembali dengan jus di tangan-nya, "Nih minum, habis itu tidur dulu aja,"

Renal meminum jus yang di berikan Asia, "Enak"

Asia tertawa, "Iya dong"

Seperti kata Asia, setelah menghabiskan jus apel-nya, Renal segera berbaring di sofa panjang yang tadi ia duduki,

"Loh, kok di sini di kamar aku aja," tegur Asia saat melihat Renal malah berbaring di sofa,

"Ngak mau, di sini aja nemenin kamu,"

Asia memang tengah mengerjakan skripsi nya, dengan posisi duduk di lantai yang berlapis karpet, "Nanti yang ada badan abang malah pegel-pegel," ucap Asia,

"Enggak"

Asia mengela nafas, ia mengabaikan Renal dan mulai fokus dengan layar di depan-nya,

Tak lama ia kembali menoleh saat mendengar dengkuran halus dari arah belakangnya, ia tersenyum lalu mengabadikan moment itu, ia mengunggah di story wa nya, tak lupa chaption yang tersemat di bawah foto tersebut
'Kasian pak dokternya capek :'( '

Ia tersenyum setelah mengunggah foto tersebut, tak tau saja jika di tempat lain ada seseorang yang tengah berusaha keras mencoba memadamkan api di hatinya setelah melihat unggahan gadis itu.

》》》》

Akhirnya bisa up😭😭
Maap yaa kalo update nya lama :(

Kalau suka sama cerita di atas, bisa yuk pencet bintang di bawah
🤗

Different Soul जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें