Roleplayer's Diary // 14

2.7K 229 4
                                    

Ella POV

"Yoga? Ada apa?" Tanyaku ketika membuka pintu.

"Ah enggak. Ini gue Cuma pengen ngasih ini. Tadi, Mama gue kesini terus bawain banyak makanan. Gue mau berbagi doang." Ucap Yoga.

"Ih, repot-repot. Tapi, makasih ya! Gue terima." Ucapku.

"Lo habis nangis?" Tanyanya sambil seperti memperhatikan bulu mataku yang sedikit berair.

"Ah itu, gue Cuma lagi nonton film yang sedih aja tadi. Hehe. Makasih ya! Gue mau lanjutin nonton lagi, Hehe." Ucapku berbohong. Mungkin saja Kak Prili mendengarnya.

"Ella? Ada tamu? Gak disuruh masuk aja?" Tanya Kak Prili yang tiba-tiba sudah berada di belakangku. Aku terdiam.

"Eh enggak usah. Saya Cuma tetangganya. Ini mau ngasih ini.." Ucap Yoga sambil menunjuk makanan yang diberikannya padaku tadi.

"Oh yaudah kalo gitu. La, gue pulang dulu ya, masalah lo mau balik lagi atau enggak, gue Cuma pengen utuh lagi aja. Semuanya gue serahin ke lo aja, La. Gue gak mau maksa lo. Gue juga bakalan mencoba buat bikin Yuda ngerti. Kalo lo mau nelpon gue buat ngerubah pikiran lo, La, nomor gue udah di simpen di atas meja, ya. Dah La. Oiya, satu lagi. Kalo di sekolah ketemu atau berpapasan, jangan canggung buat senyum, ya!" Ucap Kak Prili. Aku terdiam.

"Yaudah. Sampai jumpa nanti lagi ya, La." Ucap Kak Prili lalu berjalan keluar dari apartemenku. Yuda hanya menatapnya lalu bertukar senyum ketika Kak Prili memberinya senyum.

"Siapa itu La?" tanya Yoga kepo.

"Dih, lo kepo amat. Gak lah." Ucapku.

"Biarinlaah.. Kan ada yang pernah bilang 'Kepo is care'. So, emangnya gue gaboleh care sama lo?" Tanya Yoga. Aku lalu mematung.

"Yah malah diem. Yaudah sih ya. Kalo gitu gue balik dulu ke sebelah. Kalo lo butuh apa-apa buka aja pintu apartemen lo, terus pijit(?) aja bel punya apartemen sebelah lo. Oke?" tanya Yoga.

"Ah iya deh iya. Makasih ya, makanannya!" Ucapku. Yoga mengangguk lalu kembali ke alamnya. Aku-pun menutup pintu kamar apartemenku lalu menguncinya dan menyimpan makanan yang diberikan Yoga di atas meja bar. Lalu mengambil gelas dan mengisinya penuh dengan air putih dan meminumnya.

Aku berjalan menuju ke arah sofa dimana tadi aku berbincang dengan Kak Prili. Ah, lebih tepatnya, Kak Prili berbicara padaku. Lalu aku melamunkan apa yang dibicarakan oleh Kak Prili tadi.

Sudah aku katakan sebelumnya, dan mungkin sudah beberapa kali aku katakan. Setengah hati-ku percaya pada Kak Prili dan setengahnya lagi tidak. Aku pikir, apakah benar yang dikatakan oleh Kak Prili tadi? Apakah itu kenyataan? Terlebih lagi, ini adalah pertama kali-nya Kak Prili berbicara padaku seumur hidupku. Itu membuatku masih sangat tidak yakin dengan apa yang dibicarakannya.

Aku lalu melihat secarik kertas yang berada di atas meja di dekat jus yang tadi di minum oleh Kak Prili. Isi-nya adalah beberapa angka-angka. Dibawahnya tertulis "u'r Sistah :)". Apa ini adalah nomor telpon Kak Prili? Tak lama, kurasakan sesuatu bergetar di dekat tempatku duduk. Ternyata, hp-ku bergetar. Dan, lagi-lagi nomor tidak dikenal. Meski kurang yakin apakah ini orang baik-baik atau bukan, aku tetap mengangkatnya karena aku memiliki feeling yang menelpon adalah orang baik.

"Halo?" Ucapku.

"Halo. Ini Ella?" Tanya seorang perempuan di seberang sana.

"Emm. Iya. Maaf ini siapa?" Tanyaku. Rasanya suaranya belum pernah aku dengar.

"Ini gue La. Vella." Ucap perempuan itu.

"Ah, Vella. Ada apa Vel?" tanyaku. Tapi, kenapa aku tidak mengenali suaranya?

Roleplayer's Diaryजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें