Roleplayer's Diary // 34

1.3K 107 9
                                    

Ella berjalan lemas keluar dari ruang ujian. Ia sama sekali tidak bisa fokus saat ujian tadi berlangsung. Pikirannya terus-terusan terpaku pada keadaan Rasya, Rasya, dan Rasya.

Ella kemudian menyalakan handphonenya yang sejak tadi ulangan ia matikan. Setelah menyala, tidak ada satupun notifikasi dari Arsya. Ia kemudian menjadi sangat khawatir.

Ia sangat penasaran dengan keadaan Rasya sekarang. Lambat laun, hal-hal berbau negatif menghampiri pikirannya. Namun, Ella dengan sekuat tenaga menggelengkan kepalanya. Itu gak mungkin terjadi. Gak. Mungkin. Ucap Ella dalam hatinya.

Ia kemudian berlari menuju luar gerbang sekolah dan segera bergegas menuju ke rumah sakit di mana Rasya di rawat menaiki taksi.

Setelah menyetop taksi yang kebetulan lewat di depan sekolah, Ella segera menaikinya dan menyebutkan tujuannya kepada sopir taksi.

Belum setengah perjalanan, ternyata jalanan sangatlah macet.

Ella mendesah kesal. Bisa-bisanya macet disaat genting seperti ini.

"Pak, ini kenapa jalanannya macet ya?" Ella bertanya dengan nada tidak sabaran dalam dirinya.

"Gak tau sih, neng. Tapi di grup WA supir taksi sih tadi ada yang bilang kalau di deket-deket sini ada kecelakaan gitu. Jadi macet." Ucap sang supir.

Ella terdiam. Kecelakaan. Pikirannya makin kacau balau. Makin ngalor-ngidul. Ia tidak bisa berpikir lagi dengan jernih.

"Ngg, pak. Saya turun di sini aja deh. Ini uangnya. Makasih ya pak." Ucap Ella tanpa mempedulikan berapa sebenarnya besar tarif sampai sana. Ella kemudian keluar dari taksi dengan buru-buru kemudian berlari di trotoar untuk sampai ke rumah sakit.

Benar saja kata supir taksi itu. 2 kilometer di depan taksi yang ia naiki tadi, terdapat sebuah kecelakaan mobil. Ella tidak bisa melihat dengan jelas karena banyaknya orang yang berkerumun di sana. Ia kemudian tidak mempedulikan tentang kecelakaan tersebut dan tetap berlari menuju rumah sakit.

Ketika ia melewati depan kafe tempat ia bekerja, di sana sangat ramai. Dan, saat Ella melewatinya, seseorang memanggilnya.

"Ella!"

Ella kemudian menghentikan larinya dan menatap orang yang memanggilnya. Pak Manajer.

"Ah, iya pak? Kenapa?"

"Ini jamnya kamu kerja kan ya? Ayo ganti baju!"

"Eh, pak. Maaf saya buru-buru mau menjenguk teman yang sakit ke rumah sakit.. Jadi hari ini saya gak bisa kerja."

"Hm.., Ella, maaf. Bukannya saya tidak mau memberi kamu toleransi atau apapun itu. Tapi, kamu lihat sendiri, kan, kafe sedang ramai hari ini dan jam ini adalah jamnya kamu untuk kerja di kafe ini. Selama ulangan kamu yang meminta, kan, untuk bisa masuk kerja jam segini agar pulang lebih cepat. Jadi, saya minta, tolong bantu Dika, Yoga, dan yang lainnya. Disini kekurangan pegawai."

Ella terdiam. Ia kemudian menatap kafe yang memang saat itu sedang sangat ramai. Ia kemudian menghela napasnya. Maaf Sya. Aku jenguk kamunya habis kerja ini ya. Ucap Ella dalam hati.

"Hm, yah. Ya udah pak."

Pak Manajer tersenyum. "Yasudah, sekarang cepat ganti bajunya. Dan mulai bekerja!"

Ella kemudian masuk ke dalam kafe dan segera mengganti bajunya.

***

"La, itu hp lo ada telpon." Ucap Yoga memecah lamunan Ella. Mereka sedang terdiam di depan ruang ganti baju sambil menunggu pelanggan baru datang.

Roleplayer's DiaryWhere stories live. Discover now