Roleplayer's Diary // 33

1.2K 107 5
                                    

"Hah? Hm, yah, sebenernya gue-"

"Mas! Mbak! Yang di dalem! Semua bantuin ini ada yang pingsan!" teriak seorang bapak-bapak dari luar warteg. Mendengar teriakan tersebut, Ella langsung panik dan berpikiran jika yang pingsan adalah Rasya. Semoga bukan. Doa Ella dalam hati.

Yoga-pun sama kagetnya. Mereka berdua sama-sama berdiri dari kursi dan segera berjalan cepat menuju ke luar warteg.

Dilihatnya seorang lelaki berseragam SMA terbaring lemah di depan warteg itu. Dan, sayangnya, lelaki berseragam SMA itu adalah lelaki yang dikenal oleh Ella. Rasya.

Ya, dia itu Rasya.

Betapa paniknya Ella saat itu yang kemudian langsung menghampiri Rasya yang terbaring lemah. Ia mengangkat kepalanya dan memegang dahi-nya. Dingin.

Ella kemudian langsung menghubungi nomor telepon dokter pribadi Rasya yang memang nomornya ada di hanphonenya.

Yoga yang melihat itu juga kaget. Ada apa sebenarnya dengan Rasya? Yoga merasa tidak tahu apa-apa di situasi seperti ini. Ia kemudian mengampiri Ella yang sedang menopang kepala Rasya dengan tangannya. Sementara bahu-nya digunakan untuk menahan handphonenya untuk memanggil ambulan ke sana.

***

Rasya terbaring lemah di ruang pemeriksaan sebuah rumah sakit yang biasa dikunjungi oleh Rasya untuk kontrol.

Ada Ella, Arsya, kedua orang tua Rasya dan Arsya, juga Yoga di sana. Mereka semua menunggu di luar ruangan pemeriksaan.

Wajah Arsya sangat mencerminkan sebuah kekhawatiran yang sangat besar. Sementara kedua orang tuanya, meski tidak terlalu menunjukkan, terpancar sedikit rasa khawatir mereka terhadap anaknya itu.

Ella mendekati Arsya.

"Sya.., gimana.., Rasya bakal baik-baik aja kan?" tanya Ella. Seluruh suaranya diselimuti oleh rasa kekhawatiran yang sangat besar.

Melihat itu, Yoga ikut merasakan khawatir yang dirasakan oleh Ella.

"Semoga aja, La. Kita doain yang terbaik dulu sekarang." Ucap Arsya berusaha menenangkan Ella.

Sebulir air mata turun di pipi Ella. Ia tak mampu menahan rasa takutnya dan rasa khawatirnya. Ia tidak mampu mengenyampingkan pikiran-pikiran negatif yang muncul. Lama-kelamaan, pipi Ella sudah dipenuhi oleh air mata yang menetes.

"Sya.. gue khawatir." Ucap Ella pada Arsya yang ada di sebelahnya.

"Tenang aja, Rasya pasti gak kenapa-kenapa. Dia pasti Cuma kecapekan doang." Ucap Arsya berusaha lebih meyakinkan lagi Ella jika Rasya tidak akan kenapa-napa. Padahal, dirinya sendiri tidak bisa menghilangkan rasa khawatir yang ada di pikirannya.

Tak lama kemudian, keluarlah dokter yang telah memeriksa Rasya. Arsya yang melihat itu langsung mendekati dokter dengan wajah panik. Kedua orang tua mereka juga ikut menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan. Sementara itu Ella hanya bisa berjalan dengan lesu, bersiap dengan apa yang akan dikatakan oleh dokter. Yoga mendampinginya disampingnya.

"Dok, gimana keadaan Rasya, dok? Dia baik-baik aja kan, ya?" tanya Arsya. Dokter menatap Arsya dan kedua orang tua mereka bergantian.

"Yah..., untuk saat ini keadaan Rasya masih bisa dibilang normal-normal saja. Penyebab dia pingsan sepertinya karena kurang istirahat. Dia kecapekan. Tapi, harus tetap waspada jadi kami akan memasukkannya ke ruang rawat intensif agar lebih terkontrol. Sekarang nak Rasya masih tidur karena tadi kami beri obat dan baru bisa diajak bicara dan yang lainnya." Ucap dokter.

Ella dan semuanya bernapas lega. Ella mengelap air mata yang ada di pipinya. Untuk saat ini, Rasya tidak kenapa-napa. Jadi, ia tidak harus terus menangis.

Roleplayer's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang