07.

38.6K 2.4K 93
                                    

Mendapat penangan khusus membuat Jeno langsung di tangani dengan cepat oleh tenaga medis, dan berakhir di pindahkan kedalam ruang rawat vvip yang berada di lantai paling atas dimana lantai tersebut adalah lantai khusus untuk keluarga Robinson, pemilik rumah sakit Alexson.

Jeno tertidur pulas di atas bangsal rumah sakit, kedua bola mata itu sejak di pindahkan dari ugd ke ruang rawat masih saja terpejam, sudah tidak ada lagi suara ringisan yang keluar dari mulut mungilnya setelah dokter menyuntikkan obat pereda mual dan nyeri.

Bahkan piyama tidur dengan motif dino kecil itu sudah di gantikan oleh piyama rumah sakit.

Disamping bangsal terdapat Tiffany yang sedang mengelus rambut hitam sang putra, keringet dingin sempat membajiri tubuh putranya, namun sekarang sudah tidak, malah berganti dengan suhu tubuh Jeno yang naik derastis, membuat kening Jeno tertempel plaster demam.

Tiffany lebih mendekatkan dirinya dengan sangat dekat, ketika Jeno akhirnya membuka matanya.

" Ada yang sakit? " Tiffany bertanya

Jeno hanya merespon dengan anggukkan pelan, dan memejam matanya kembali ketika merasakan perih yang menjalar di daerah perutnya.

Suara ringisan kembali terdengar, tangan kanan Jeno yang terbebas dari infus mencengkram piyama rumah sakit, membuat Jeffrey yang melihatnya segera menahan dan membawa tangan Jeno untuk ia gantikan dengan genggamman erat tangannya.

" Sayangnya bunda, maafin bunda ya.. " Ucap Tiffany lalu mencium kedua pipi Jeno yang terasa basah akibat menangis.

" Bunda usap ya perutnya.. "

Jeno mengangguk mendengar ucapan sang bunda, Tiffany menaikkan sedikit baju piyama rumah sakit yang Jeno pakai, tangannya yang terbalur minyak angin baby itu ia oleskan secara merata di atas perut Jeno.

🛡🔫

Beberapa jam yang lalu Tiffany berpamit untuk pulang kerumah terlebih dahulu, ia harus menyiapkan perlengkapan untuk Jeno yang akan opname selama beberapa hari kedepan di ruangan bercat putih tersebut.

Jadi sekarang di ruangan rawat inap hanya ada Jeno dan Jeffrey yang berjaga.

Sebelum Tiffany kembali ke rumah, salah satu dokter kepercayaan keluarga Ribinson, segalus teman semasa kuliah Jeffrey, sudah datang dan memeriksa Jeno kembali, memberitahu kalau keadaan pasien kecilnya itu sudah lumayan membaik walau suhu tubuh Jeno masih cukup panas.

Sungguh, ruangan rawat itu terdengar sangat sepi sekali, dan sunyi, dari Tiffany keluar ruangan, Jeno sama sekali tak mengajak Jeffrey untuk mengobrol.

Jeno memilih untuk memejamkan kedua bola matanya saja, tidak mempedulikan Jeffrey yang sejak tadi menjaganya dengan duduk di salah satu sofa panjang yang berada di ruangan ini.

Bangsal yang di tiduri oleh Jeno terasa berasa bergerak, membuat Jeno akhirnya membuka matanya, dan ia sedikit terkejut melihat Jeffrey yang tiba tiba berada di sampingnya.

Kini bergantian, Jeffrey yang tengah memejamkan matanya dengan punggung tegapnya yang bersender di kepala bangsal. 

Jeno mendengak dari posisi tidurannya untuk melihat wajah Jeffrey dari bawah.

Jeffrey yang selalu peka dengan keadaan, merasakan ia seperti di perhatikan, Jeno panik ketika kedua bola mata Jeffrey tiba tiba terbuka, membuat Jeno kembali memejamkan kedua bola matanya.

Jeffrey yang melihatnya hanya tersenyum kecil, akhirnya ia mengubah posisinya menjadi ikut merebahkan tubuhnya di atas bangsal samping Jeno.

" Papah izin peluk yaa "

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now