50.

34.1K 2.7K 915
                                    

" Let's breathe Jevano! "

" Jevano! "

" You can hear me?! "

" Open your eyes, please! "

" Jevano! "

Samar samar suara masuk kedalam gendang telinganya, namun, sangat tidak terdengar jelas, nanti menghilang dan nanti akan terdengar kembali, bahkan kini kedua pipinya terasa ditepuk tepuk dengan pelan oleh seseorang.

Ia berusaha untuk membuka kedua kedua kolopak matanya namun terasa sangat berat, dadanya terasa sangat sesak dan sakit, ingin memukul dadanya namun kedua tangannya tiba tiba ditahan dengan sangat kencang.

Udara dingin berhasil dihirup oleh indra penciumannya dan juga merasakan sensasi menyengat yang berada dilipatan siku tangan kanannya.

Setelahnya, ia mulai merasa jauh lebih tenang, sesak dan sakit yang berada didadanya semakin lama menghilang, badannya yang tadi merasa gusar dan gelisah mendadak melemas seperti tidak ada tenaga.

Terasa sangat kosong, suara suara yang memanggilnya juga mendadak menghilang, ia tidak bisa mendengar apapun, bahkan ia merasakan tubuhnya yang hampa untuk beberapa detik.

" Jevano? "

" You can hear me? "

Namanya kembali dipanggil, seperti kembali kealam sadar Jeno mendengar suara tersebut, namun pandangannya sangat gelap, rasanya ia ingin berteriak dengan kencang, namun tidak bisa.

" Buka matanya dengan perlahan.. "

" Jangan takut. "

Jeno mengikuti ucapan tersebut, dengan perlahan ia membuka kedua kelopak matanya yang terasa sangat berat, kedua kolopak mata itu hanya terbuka sedikit, namun Jeno tidak bisa membukanya kembali, seperti ada sebuah lem perekat yang menutupi matanya.

" Take it easy, you can. "

Jeno kembali mencoba, ia tidak mau terus memejamkan matanya seperti ini, terasa sangat gelap didalam sana, Jeno takut.

Kedua kelopak mata itu akhirnya terbuka dengan perlahan lahan, sesekali terpejam untuk menyesuaikan pencahayaan ruangan yang menusuk kematanya.

Seluruh orang yang berada didalam ruangan tersebut langsung bernafas dengan lega ketika melihat bungsu kesayangan mereka akhirnya tersadar, setelah beberapa menit lalu melewati kejadian yang tak mereka duga.

Kedua bola mata indah itu menatap wanita berambut panjang yang duduk dipinggir ranjang samping kirinya, tangan wanita itu menggenggam pelan tangan sang putra yang diberi plaster berwarna putih, wajahnya terlihat memerah dan kedua bola matanya selalu mengeluarkan air mata.

Jeno mengalihkan perhatiannya dengan menatap seluruh anggora keluarganya yang berkumpul mengelilinginya.

" Dadanya masih sakit? "

Mendangar pertanyaan yang sepertinya untuk dirinya, membuat Jeno menatap sang pembicara.

Dikta menampilkan senyum hangat kepada pasien kecilnya.

" Dadanya masih terasa sakit hm? "

Jeno hanya bisa menggeleng lemas.

" Ada yang dirasa lagi, selain dada kamu? "

" Jev.. " Panggil Dikta, setelah tidak mendapat jawaban dari pasien kecilnya.

" O--om " Panggil Jeno dengan suara yang terdengar pelan dan terbata bata.

Dikta membaca pergerakan dari bibir mungil berwarna pink pasien kecilnya, ia mengerti, sedikit memajukan dirinya agar bisa mendengar suara pasien kecilnya, karna ia tidak mendengar apapun, Jeno seperti bergumam dengan sendirinya.

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now