26.

28.2K 2.1K 241
                                    

Sudah satu minggu berlalu, keadaan Tiffany dan Jeno sudah membaik, Jeno sudah mau pulang ke rumah, walau ada sedikit perubahan dari sifat Jeno, Tiffany menyadarinya.

Tiffany dan Jeffrey juga sudah menyebarkan undangan, dari virtual, hingga di dalam sebuah pertemuan, pernikahan akan di laksanakan di sebuah hotel mewah milik Jeafrin yang berada di lantai lima, acara pernikahan memang di adakan lebih cepat dari perkiraan, dan besok lusa adalah hari di mana acara pernikahan tersebut di laksanakan.

Tiffany sibuk bulak balik ke butik milik Lisa untuk mengurus gaun, dress, serta beberapa setelan jas lainnya, dan tentu saja di temani oleh Jeffrey.

Jeno menaru ponselnya kasar di atas meja kantin, sang bunda sejak tadi memberikan pesan kepadanya, sepulang sekolah nanti dirinya kembali ke butik milik Lisa untuk mencocokkan kembali jas yang ia coba kemarin yang sedikit kebesaran.

Jeno manarik gelas yang berisi jus mangga, mengaduknya dengan pelan menggunakan sedotan plastik berwarna putih lalu menyedotnya.

Kantin sekolah kini terlihat sangat sepi hanya ada mereka berempat dengan beberapa orang pedagang kantin lainnya, karena memang mereka membolos pelajaran dari pelajaran pertama hingga sekarang sudah masuk pelajaran ke tiga dan tinggal dua pelajaran lagi setelah itu pulang.

" Gimana? " Tanya Dewa, membuat Jeno melirik ke arahnya sekilas, lalu kembali menyedot jus mangga, sembari menatap ke depan dalam diam.

" Gw ambil, tapi engga sekarang. "

" Ini taruhannya engga main main loh Jen,  Vino kalah lu dapet lima belas juta, Vino menang markas kita jadi masalahnya. " Ucap Ardan membuat Jeno melirik sekilas.

" Gampang itu mah, nanti gw yang atur sama bang Yuda. "

" Kan maen! " 

" Gw ngabarin bang Yuda dulu. "

Dewa mengeluarkan ponsel dari saku celana sekolahnya, jari jemarinya menari di atas layar ponsel yang menyala dengan lincah, tak lama setelah Dewa mengirim pesan, ponselnya kembali berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk.

" Malem minggu, jam sembilan, jangan telat jangan terlalu buru buru juga, soalnya lu di babak ke dua bukan pertama. " Jelas Dewa, Jeno mengangguk mengerti.

" Kal bawa korek? "

" Bawa lah "

Jeno bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat kearah pojok stand warung kantin yang menjual somay batagor.

" Mang, biasa sebungkus. " Ucap Jeno dengan pelan lalu mengeluarkan uang sebanyak tiga puluh ribu rupiah, dan menaru lembaran uang di bawah piring somay.

Pria dewasa yang di panggil Jeno dengan panggilan, " Mang ", memberikan bocah yang masih berseragam sekolah sebungkus rokok bewarna putih, Jeno mengambilnya dengan cepat dan langsung di masukan dalam saku celananya.

" Makasi mang. "

" Sami sami "

Jeno kembali melangkah mendekat ke arah meja kantin dimana tempat mejanya tadi dan ketiga sahabatnya berkumpul, Jeno memberi kode kepada mereka dengan melirik ke arah pintu kantin.

" Ini brayy yang gw tunggu tunggu "

" Mantap dah captain! "

" Asik asik joss "

Keempat remaja berseragam sekolah itu langsung berjalan kearah pintu keluar kantin dengan Jeno dan Dewa yang berjalan di depan sedangkan Ardan, Haikal di belakang, sesekali Ardan dan Haikal selalu melirik ke sekitar takut di lihat oleh guru.

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now