49. 🚫

33K 3K 1.5K
                                    

Pintu lift yang berada di pojok living room terbuka, Tiffany dengan setelan piyama tidur dan sendal rumahnya, berjalan dengan cepat keluar dari dalam kotak besi berjalan tersebut, rambutnya ia ikat asal lalu di jepit dengan kunciran rambut sembari berjalan.

Firasat seorang ibu memang selalu benar.

Tiffany sejak tadi memang belum bisa tidur, setelah memakan cemilan dan teh hangat tadi, ia memang memutuskan untuk memilih masuk ke dalam kamar, menunggu anggota keluarganya pulang di sana.

Namun semakin malam, ia menunggu, tidak ada tanda tanda bahwa ketiga putranya maupun suaminya pulang, atau menampakan diri.

Didalam kamar ia hanya bisa berdiam diri, duduk diatas ranjang dengan punggungnya yang di senderkan dikepala ranjang, mencoba menghubungi diantara mereka bertiga tidak ada yang merespon, bahkan menelpon sang suami pun tidak angkat.

Membuatnya dirinya semakin dilanda oleh rasa khawatir dan tak tenang.

Tiba tiba saja Alex mengetuk pintu kamarnya dengan pelan, membuatnya tersadar dari lamunan dan asisten pribadi dari putra sulungnya memberikan sebuah kabar kalau putra bungsunya berusaha untuk kabur dan melakukan balapan liar disuatu tempat. 

Tiffany langsung terkejut, ia tidak menyangka jika Jeno, putra bungsunya, akan senekat itu untuk menjauh darinya, mungkin.

Bertepatan dengan itu, Alex mendapat informasi kembali melalui earpiecenya bahwa, Jeffrey, Jevandra dan Jeandra berhasil menemukan Jeno dan sedang berjalan menuju mansion.

Alex ikut berjalan dengan langkah lebar mengikuti sang nyonya yang berada didepannya, ia menekan earpiecenya ketika mendapat kembali informasi dari anggotamya, bahwa tuannya sudah sampai di mansion.

" Nyonya, tuan Jeffrey sudah sampai. " Ucap Alex.

Tiffany mengangguk, lalu menunggu anggota keluarganya diliving room dengan berdiri, ia tak bisa duduk dengan tenang.

" Jev! "

Tiffany terkejut melihat keadaan putra bungsunya yang tidak bisa dikatakan baik baik saja.

Celana hitam bagian kedua lututnya robek, dan memperlihatkan sebuah luka yang kotor akibat debu dari aspal jalanan, jaket yang dikenakan putra bungsunya juga robek dibagian siku, kedua telapak tangannya luka, bahkan dibagian wajahnya juga ikut terdapat luka.

Tiffany juga melihat gimana cara jalan putra bungsunya yang berbeda seperti orang pincang, tertatih tatih saat berjalan, ditambah tadi Tiffany melihat ketika Jeno masuk kedalam mansion ditarik dengan kasar oleh Jeffrey, membuat Jeno mengimbangi langkah lebar Jeffrey dengan salah satu kakinya yang terkilir.

" Lepas! "

Jeno berusaha menarik tangan kirinya yang masih dipegang oleh Jeffrey.

Tiffany mendekat kearah putra bungsunya, tangannya terulur ingin memegangi wajah sang putra namun segera ditepis oleh tangan Jeno yang lain.

" Kenapa kamu bisa terluka seperti ini, Jevano? " 

" Kalau yang bikin luka keluarga baru bunda, bunda percaya? " Tanya Jeno kembali.

Tiffany memperlihatkan ekspresi wajah bingung, ia menatap sang suami meminta penjelasan.

Bahkan Tiffany baru sadar bahwa sudut bibir suaminya juga terdapat sebuah luka kecil.

" Nothing to explain, you guessed it for sure. " Ucap Jeffrey.

Tiffany yang mendengarnya percaya tak percaya namun ini sudah pasti ini perbuat suaminya.

" Lepas sialan! " Umpat Jeno, kembali menarik tangannya dari cekalan Jeffrey.

Jeffrey akhirnya melepaskan cekalan tersebut membuat pergelangan tangan Jeno terlilat memerah melingkar.

Jevano WilliamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang