24.

29.5K 2.1K 151
                                    

Bunyi alarm yang berada di atas laci kecil samping ranjang terus saja berbunyi, membuat wanita cantik yang mengenakan piyama tidur terpaksa untuk membuka matanya dan mematikan jam alarm yang berbunyi sangat kencang. 

Tiffany menguncir rambut panjangnya, menggunakan kuncir rambut, ia menoleh ke sebelah kanan dimana putranya masih  tertidur pulas, di kening putranya terdapat plaster demam.

Semalam Jeno menangis kencang di pelukan Jevandra hingga tertidur, dan tengah malamnya terserang demam yang cukup tinggi. 

Tiffany mengecek kembali suhu putranya dengan termometer, tak lama termometer itu berbunyi dan menunjukkan angka 39,4°c, masih sangat tinggi suhu tubuhnya, angkanya tidak mau menurun sejak semalam.

Bahkan Dikta kembali datang ke dalam kediaman Harvand, untuk meriksa pasien kecilnya kembali, Dikta bilang bahwa demam Jeno saat ini disebabkan oleh luka yang berada di bibirnya, dan sedikit kecepean.

Tiffany melepaskan plaster demam yang menempel dikening Jeno, menggantikan plaster yang lama dengan yang baru, membuat putranya mengeritkan dahinya dan merintih kecil dari tidurnya ketika merasakan dingin di daerah dahinya, rintihan kecil Jeno membuat Jeffrey yang tadinya masih tertidur pulas terbangun.

Jeffrey mengubah posisi tiduran menjadi duduk di atas ranjang, menyenderkan punggungnya dengan kepala ranjang. 

" Masih belum turun demamnya? " Tanya Jeffrey, dengan suaranya yang sedikit serak khas orang bangun tidur.

" Belum, aku baru aja ganti plaster demamnya " Ucap Tiffany menggeleng.

" Ini udah kedua kalinya Jevano drop, mas. " Ucap Tiffany dengan pelan tanpa menatap lawan bicaranya.

Wanita cantik dengan piyama tidur berwarna coklat itu masih tidak mau mengalihkan perhatiannya dari putranya yang masih tertidur.

" Masih dengan masalah yang sama. " Lanjut Tiffany

" Kamu mulai menyalahkan diri kamu lagi, Tiff. "

Perkataan milik Jeffrey membuat Tiffany akhirnya menoleh ke sang pembicara.

" Tapi memang ini salah aku. "

" Bukan kamu, tapi kita. "

Tiffany terdiam, menundukkan kepalanya lalu kembali menatap putranya yang mulai ada pergerakkan dari tidurnya.

Jeno kembali meringis kecil ketika mulai merasakan pusing di bagian kepalanya, dan hawa panas yang menyerang tubuhnya, kedua bola mata yang masih tertutup itu sedikit mengeluarkan air mata, Tiffany dengan sigap menghapus air mata itu dengan jari lentiknya.

Tangis kecil keluar begitu saja dari mulut mungil Jeno, memang sejak kecil ketika Jeno sakit dan terserang demam memang suka menangis tanpa sebab.

" Bunda disini sayang.. udah yaa jangan nangis lagi. " Tiffany kembali menghapus air mata yang keluar dari kedua ujung mata Jeno yang tertutup.

Nangis itu tidak mau berhenti, Jeno masih saja menangis bahkan kini sepertinya cukup kencang, Jeffrey kembali menidurkan tubuhnya di samping Jeno, dengan perlahan ia membawa tubuh kecil Jeno ke dalam dekapannya, merasakan hawa panas ketika wajah Jeno bersembunyi di dada bidangnya.

Teringat waktu Jeno masih bayi berumur delapan bulan, Jeno mengalami demam cukup tinggi padahal Tiffany sudah membawanya ke rumah sakit dan dokter hanya memberikan obat tidak ada rawat inap, namun malamnya suhu tubuh Jeno malah semakin meninggi, Tiffany panik. Sungguh.

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now