30.

30.7K 2.1K 395
                                    

Di perjalan pulang, Jeffrey terus saja memperhatikan gerak gerik dari putra bungsunya yang terlihat sangat gelisah,  Jeno selalu mengurut satu sama lain telapak tangannya yang di plaster berwarna putih.

" Jev. " Panggil Jeffrey, membuat Jeno tersentak kaget.

" Iy-yaa "

Terlihat sorot kedua bola mata Jeno yang menatap Jeffret dengan ketakutan dan gelisah tak tenang.

Jeffrey membawa kedua tangan putra bungsunya untuk di genggamnya, Jeno menurut tak menolak ataupun menepis tangan Jeffrey, namun Jeno enggan untuk menatapnya kembali dan memilih menatap keluar kaca jendela mobil.

Mobil yang di kendarai oleh Demian masuk ke dalam halaman rumah Tiffany, Demian mematikan mesin mobil membuat Roy segera melepaskan seltbeat dan keluar dari mobil lebih dulu untuk membuka pintu mobil dari bagian posisi Jeno.

Jeno melepaskan genggaman tangan itu dengan cukup kasar dan turun dari mobil dan berjalan cepat masuk kedalam rumah.

Tiffany menunggu di ruang tengah bersama Jevandra dan Jeandra dengan raut wajah yang terlihat khawatir, suara pintu rumah yang di buka membuat wanita cantik itu bangkit dari duduknya.

Wanita cantik yang sudah mengenakan piyama tidur itu, cukup terkejut melihat penampilan Jeno yang sangat berbeda ketika berangkat tadi, pakaian hitam itu, sudah di gantikan oleh piyama rumah sakit, dan plaster putih yang menempel di kedua tangan putranya.

Jeno berdiam di tempat ketika sang bunda berjalan mendekat ke arahnya, Tiffany langsung saja memeluk erat tubuh Jeno.

" Bun "

Tiffany melepaskan pelukannya lalu menatap lekat Jeno yang sedikit lebih tinggi darinya, membawa kedua tangan sang anak untuk memperlihatkan lukanya.

" Engga ada yang luka lagi kan? Cuman tangan kamu aja kan? Ada yang sakit engga? " Tanya sang bunda bertubi tubi, Jeno menggeleng.

" Kamu tuh! suka banget bikin bunda khawatir aja tau engga! "

" Bundanya aja yang parnoan "

" Bunda berarti sayang sama kamu Jevanoo " Ucap Tiffany menarik kedua pipi putranya yang chubby, Ia gemas dengan putra bungsunya.

" Mana papah? " Tanya Tiffany ketika tidak melihat keberadaan suaminya. 

" Ilang, di ambil setan pohon mangga. " Ucap Jeno lalu berlari menaiki anak tangga dengan cepat menuju kamarnya.

Jeno menutup pintu kamarnya dengan pelan, dan memilih untuk berganti pakaian terlebih dahulu di walk in closet, tak lama ia keluar dengan piyama tidur berwarna cream dengan motif lucu yang memenuhi piyama tidurnya. 

Jeno berjalan ke arah balkon kamar, mendorong pintu kaca ke samping dan menyenderkan punggungnya dengan pagar hitam balkon, mengeluarkan ponselnya dari saku piyama, ia harus menghubungi salah satu sahabatnya untuk menanyakan kabar Vino.

Setelah sambungan telpon tersebut tersambung, Jeno mendekatkan ponselnya ke daun telinga, lalu membalikkan badan membelakangi pintu balkon.

Haikal Jhonwiratama

" Gimana? "

" Santai, udah dapet ruangan "  

" Btw kata bang Yuda, motor Vino emang bener ada yang sabotase, kaya Dewa bilang tadi, pake semacam sabotase koneksi gituu, engga tau di sebutnya apa "

" Pokoknya gas motor Vino pas balapan di tambah kecepatan gituu, tapi bukan dari Vino, dari orang lain melalui koneksi. "

Jevano WilliamМесто, где живут истории. Откройте их для себя