Chapter 30 : Present

5.3K 775 121
                                    

'Dari sekian banyak orang di dunia ini, kenapa aku malah mencintai seseorang yang tidak bisa kumiliki?'

*****

Vi menghentikan langkahnya di depan toko tersebut. Hari ini ia baru selesai melihat-lihat lokasi syuting bersama Dehan, serta beberapa staf lain dari agensi. Rencananya syuting akan dilaksanakan bulan depan setelah semua persiapannya sudah selesai. Beberapa staf masih terlihat sibuk menata keperluan syuting, sementara beberapa lagi masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Kamu tertarik?" Dehan ikut menghentikan langkahnya. Ia tadinya hendak mengajak Vi pulang sebab tugasnya sudah selesai, namun urung begitu ia melihat Vi yang sedang serius memperhatikan beberapa boneka di toko tersebut. Setelahnya Vi hanya mengangguk kecil, kemudian masuk ke dalam sana dengan langkah ringan diikuti Dehan. Di susul suara penjaga toko yang menyapa mereka dengan ramah.

"Kira-kira mana yang cocok buat ucapan terima kasih?" tanya Vi begitu melihat-lihat beberapa benda lucu yang terpajang di depannya. Ternyata tidak hanya boneka saja yang dijual, ada beberapa buket bunga berukuran sedang, dream chacter, pernak-pernik, pajangan, serta benda-benda lain yang menarik perhatiannya.

Dehan mengernyitkan alis. Terlihat sedang berpikir. "Yah, aku pikir yang mana aja boleh. Yang penting ngasihnya ikhlas," balasnya seraya kembali melihat-lihat sekitar dengan sorot kagum, tetapi sayang sekali toko ini akan ditutup sementara waktu untuk keperluan syuting.

Vi berdecak, kemudian ia berpindah ke etalase yang lain sebab beberapa boneka terlihat lebih menyita perhatiannya. Bahkan dari berbagai macam ukuran dengan warna yang berbeda-beda pula, tetapi Vi tidak begitu tahu nama-nama boneka tersebut, selain boneka pikachu, mickey, hello kitty, stitch, dan teddy bear yang mungkin tidak begitu asing lagi karena memang boneka itulah yang paling populer.

"Oh, aku pernah ngasih ini ke adikku!"

Vi lantas menoleh. Melihat Dehan yang sedang menunjukkan sesuatu. "Dream chacter?" tanyanya.

Dehan mengangguk kecil. "Katanya ini bisa menangkal mimpi buruk. Adik aku dulu nggak mau tidur sendirian karena dia itu penakut. Dia bilang, kalo tidur sendirian dia selalu bermimpi di kejar hantu, bahkan yang paling buruk dia pernah ditarik sampai ke dalam rumah kosong. Tapi baguslah, sekarang dia udah bisa tidur sendirian. Bahkan jarang keluar dari kamarnya."

Sesaat Vi tidak menunjukkan reaksi apapun. Sejujurnya ia tidak begitu tertarik dengan cerita managernya tersebut. "Aku pikir itu hanya mitos saja. Bukannya yang paling ampuh menangkal mimpi buruk itu berdoa sebelum tidur? Jadi, apa adik kamu sekarang nggak pernah mimpi buruk lagi karena punya benda itu?"

Dehan mengangguk cepat. Hal itu membuat Vi akhirnya memandangi Dehan dengan sorot penasarannya. Serius? "Karena dream chacter-nya?"

"Tentu karena sekarang dia sudah besar dan nggak pernah cerita!"

Vi berusaha tidak melempar benda apapun yang berada di dekatnya kepada Dehan. Ia lantas berdecak seraya memutar bola matanya malas. "Terserah!" ketusnya, kemudian ia kembali memilih-milih boneka dari jajaran rak kedua. Salah saja ia yang mulai percaya dengan cerita Dehan. Lebih baik ia cepat memilih dan kalau perlu memberikan hadiahnya hari ini juga. "Aku beli yang ini saja. Ini kayaknya lebih berguna."

"Kenapa?" Dehan mengernyit melihat boneka teddy bear ungu yang berada di dekapan Vi. "Bukannya ini terlalu besar untuk dijadikan hadiah?"

Vi mengangguk antusias. Mengingat kemarin Rhea sudah setuju untuk membatalkan pernikahan mereka, ia jadi semangat mengejar cintanya.  "Aku mau kasih dia ini." Vi mengulas senyum tipis. "Biar bisa dia peluk kalo lagi kangen sama aku."





•••••


Arin terduduk di bangku lobi sembari membenarkan letak maskernya tersebut. Sesekali ia menonton tayangan televisi di depannya dengan sorot lelah tanpa minat. Arin benar-benar ingin cepat-cepat pulang ke rumah sungguh, tetapi ia masih harus menunggu mamanya yang sibuk mengantri—membayar biaya rumah sakit di depan meja resepsionis.

"Memangnya, apa mungkin seorang fans bisa menikah dengan idola mereka?"

Arin sontak menoleh. Merasa jiwa fangirl-nya terpanggil, kemudian ia memperhatikan dua siswi SMA yang tampak salah tempat tersebut duduk di bangku yang agak jauh dari tempatnya. Terlihat membawa beberapa bingkisan kecil. Mungkin hendak menjenguk temannya yang sedang sakit.

"Tergantung," jawab temannya yang berambut pendek tersebut. "Kalau mereka berjodoh mereka pasti bisa menikah, tetapi kalau tidak yah... terima saja. Memangnya kenapa?"

Memangnya kenapa?

Arin mendengus pelan. Sejujurnya ia tidak bermaksud untuk mencuri dengar percakapan mereka, tetapi suaranya tetap saja kedengaran meskipun agak samar-samar. Terima saja, ya? Arin jadi mengulang-ulang ucapan tersebut, lantas kembali mendengus. Mudah saja berbicara!

"Yah, aku cuma nanya aja. Siapa tahu ada fans yang benar-benar beruntung bisa nikah sama idolanya. Lumayan buat motivasi."

"Aku belum pernah dengar yang kayak gitu. Kebanyakan dari mereka biasanya menikah dengan sesama selebriti. Jarang banget, bahkan mungkin hampir nggak ada seorang fans yang beruntung bisa nikah sama idolanya sendiri."

Tanpa sadar Arin jadi terhanyut mendengarkan dua siswi SMA tersebut. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Selama ini memang ia saja yang terlalu ngebet ingin menikah sama Vi. Padahal kemungkinan bertemu laki-laki itu saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

"Mama nggak ngerti kenapa ibu-ibu suka banget nyerobot antrian, padahal mama juga dari tadi nunggu gilirannya lama banget! Apa susahnya nunggu bentaran aja, sih! Kan, kalo ikut antri selesainya bisa cepet!"

Arin mengerjap mendengar suara familiar tersebut, kemudian ia menoleh, melihat mamanya yang datang sembari memasang tampang jengah. "Udah selesai?" tanya Arin cepat. Ia agak menghirukan kedua gadis SMA yang masih mengobrol itu.

Mira mengangguk. "Ayo, kita bisa pulang sekarang. Mama udah beresin kamar kamu biar kamu bisa istirahat, mama juga udah bikinin bubur ayam tadi, semoga aja masih anget." Mira meraih lengan Arin. Membantunya untuk berdiri.

"Jadi, gimana caranya supaya aku bisa menikah dengan idolaku sendiri?"

Bersambung.....



I'm Your FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang