Chapter 8 : Obsession

8.9K 1.7K 249
                                    

'Setiap fans memiliki keinginan.
Pertama, ingin bertemu dengan idolanya. Kedua, ingin melindungi idolanya.'

*****

"Arin! Saya tahu kamu belum pernah terlambat. Tapi ini udah keterlaluan. Kamu kalo males kerja mending enggak usah datang. Biar saya cari pengganti kamu aja!"

Pertama kalinya. Ini pertama kalinya Arin telat masuk kerja hampir empat puluh menit. Percakapan Rhea dengan mamanya ternyata tidak sesingkat yang ia bayangkan. Percakapan mereka malah semakin memanjang sehingga Arin––di bawah tempat tidur Vi harus rela menahan kedua kakinya yang terasa keram.

Sampai saat ini Arin masih belum bisa fokus. Pikirannya masih terus melayang. Teguran dari Bu Yena pun tidak semerta-merta membuatnya tersadar. Ia masih bergeming di dekat etalase, bahkan setelah Bu Yena berlalu dengan wajah kesalnya.

"Jangan terlalu dipikirin, Kak. Ibu hari ini lagi bad mood banget. Katanya kemarin malem enggak menang arisan!"

Arin hanya bisa menghela napas, lantas menghampiri Jino di meja kasir. Ia tidak bisa mengelak karena ini murni kesalahannya sendiri. Chapelia jam segini memang agak ramai dari biasanya. Hampir semua bangku terisi penuh oleh pelanggan.

"Kak Arin nggak apa-apa, kan?" Jino mulai bertanya khawatir. Ia menepuk pelan pundak Arin. "Udahlah, nanti juga mama baik sendiri. Enggak usah diambil pusing."

"Aku enggak apa-apa," katanya. Berusaha terlihat seperti biasa. Arin lantas mengalihkan pandangannya ke sudut Chapelia. Ada televisi besar di sana yang baru saja menayangkan berita mengenai Vi. Berita kecelakaan dan hari pernikahannya masih menjadi berita panas minggu ini.

Arin kembali termenung. Berita itu seakan menambah berat beban pikirannya––yang sejak tadi memang sedang memikirkan Vi. Arin tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya jika Vi benar-benar tidak membaik dan ditelantarkan oleh Rhea, sementara dirinya masih berharap akan menikahi laki-laki itu.

"Bukannya ini terlalu tiba-tiba?"

Arin menoleh. Suara Jino kembali terdengar sehingga ia tersadar sendiri dari lamunannya. Jino yang berdiri di sampingnya ternyata sedang fokus menonton berita. "Maksud kamu?"

"Kak Arin pernah bilang kalo Vi enggak pernah terlibat skandal apa pun, kan?" tanyanya yang langsung mendapat anggukan dari Arin. "Tapi tiba-tiba dia akan menikah. Apa mungkin ada sesuatu?"

"Sesuatu?"

"Vi bukannya nggak pacaran, tapi mungkin belum ketahuan aja. Dia mungkin nggak mau fans-nya sakit hati. Jadi, dia menyembunyikan hubungannya supaya nggak diketahui sama publik. Mereka bisa aja backstreet atau..."

"Atau?" Arin semakin menautkan alisnya tak mengerti. Ia tidak dapat berpikir lagi. Vi yang mungkin saja pacaran diam-diam sudah membuat dadanya terasa sesak, lalu apa yang lebih menyesakan dari kata backstreet?

Jino melirik Arin yang tampak penasaran dengan ucapannya. Laki-laki itu kemudian menggeleng. Tidak. Ia tidak seharusnya mengatakan sesuatu yang belum tentu benar. Ini hanya pemikirannya saja dan mungkin Arin akan semakin patah hati jika ia mengatakannya.

"Atau aku terlalu sok tahu?" katanya yang lebih terdengar seperti bertanya.
Jino terenyum canggung. Hal itu membuat Arin mendengus lantas memutar bola matanya malas. Ia hampir saja percaya pada Jino.

I'm Your FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang