⚔️Chapter 6

38 15 0
                                    

"hei, apa aku sudah terlihat sangat cantik" nampak sang calon kaisar, bercermin memuji dirinya sendiri.

"Anda sangat cantik yang mulia" puji satu satunya pelayan yang ada di ruangan itu.

Hari ini adalah waktu terlaksananya maklumat kaisar yang di umumkan tempo hari lalu. Yulia sudah tidak bisa lagi mengelak takdir. Dia akan menghadapi semuanya. Terlebih di dalam hati kecilnya, dia juga merasa girang luar biasa. Siapa pun manusia pasti girang bila diberi atau mendapat kedudukan tinggi diantara manusia lain. Yulia juga sadar dengan akal sehatnya. Menerima mahkota kaisar berarti tanggung jawab, juga akan menyertai. Dia akan menjadi ibu, menjadi majikan, serta menjadi pemilik dari tanah yang luasnya tidak terkira ini.

"Yang mulia, maaf, salah seorang "laki-laki" milik kaisar meminta izin untuk menemui Anda" ungkap seorang kaisar lain masuk, menghadap, lalu meminta izin.

"Siapa dia?, Apa dia ayah?" Yulia bertanya memastikan.

"Sayangnya bukan yang mulia" jawab pelayan itu dengan tadzim. Pikiran yulia berputar. Sqiapa gerangan laki-laki milik ibu yang mencoba bertemu dengannya. Sialnya, sang ibu memeberi larangan kepada semua orang untuk tidak pernah menyebut nama dari laki laki milik beliau.

''Oh iya", tiba tiba yulia teringat sesuatu, pasti lelaki itu. "dia", Yulia harus segera mempersilahkannya masuk.

"Segera, suruh dia masuk!" Perintahnya. Pelayan itu berlari kecil untuk segera menyampaikan penerimaan itu. Tapi orang yang akan dipersilahkan masuk, malah menghilang. Dia bertanya pada dua prajurit yang menjaga didepan pintu sepanjang waktu.

"Eh apa kau tahu, dimana lelaki kaisar yang yang barusan ke sini?"

"Oh itu, Barusan ada "lelaki lain" yang memberitahukan bahwa dia dan semua lelaki kaisar di tunggu di sebuah ruangan"

"Apa kau tau dimana tempatnya?"

"Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari kebiasaannya, yang mulia kaisar selalu memperlakukan para "lelaki" di kamar beliau kan."

"Hmm, aku tak butuh penjelasan darimu yang hanya sekedar kira-kira itu, huh," pelayan itu mencibir penjaga itu, yang di cibir hanya tersenyum getir. Pelayan itu masuk dan menyampaikan apa adanya kepada sang calon kaisar mendatang. Yulia menganggap, karna dia berpikir terlalu lama, maka "dia" menjadi pergi. Di sandarkan punggung nya ke kursi lalu menatap langit-langit. dia ingin sendiri. Dia harus menenaggkan diri.

"Semuanya pergilah dari sini!, aku ingin sejenak menyendiri!" dua orang pelayan itu, mematuhi perintah. Mereka keluar, lalu menutup pintu ruang itu. Muncul tiba-tiba dibenak yulia, tentang keadaan kakanya yang sedang menjadi pendeta untuk melayani sang langit. "Bagaimana keadaannya ya", itulah yang dia pikirkan. Dia sudah lama tidak berkirim kabar dengan kakanya Lisa de Atapcia, apa dia bahagia dengan profesinya. Meski dia adalah keluarga kekaisaran, kuil tak pernah mengistimewakan siapapun, kecuali yang ditunjuk langit Secara langsung melalui sebuah firman. Apa dia akan datang dalam prosesi penobatan?, apa dia masih beretika sebagai bangsawan atau tidak, ya?, Yulia tak pernah tau itu. Selama ini dia disibukan dengan agenda agenda Putri mahkota yang sangat padat.

Wush, suara angin dari jendela yang terbuka, yulia merasakan ada keanehan. sontak dia alihkan pandangannya ke jendela. Yulia kaget, seorang berpakaian gurun. wajahnya di lilit kain hanya matanya saja terlihat

"Siapa kau?" yulia berdiri dan menunjukkan sikap waspada. Lelaki itu tak membuang waktu, ditariknya pedang berada di punggung dari sarungnya, lalu menempelkan mata pedang tepat di leher yulia. Yulia terdiam, dia terpojok. Lelaki itu hanya mengancam. Tujuannya bukan kematian yulia.

"Diamlah, jangan bergerak, aku sudah melumpuhkan dua orang penjaga di depan, meski kau berteriak tak akan ada orang yang tau atau mendengar mu!" katanya mengancam. Sesaat mata pedang yang menempel di leher yulia, dia tarik Pedag itu lalu memasukkannya kembali.

Empress of AtapciaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz