⚔️Chapter 12

28 12 2
                                    

Setelah tertangkapnya sekelompok penyamun, mereka diintrogasi secara kejam. Mereka bersikukuh tidak memberitahu siapa yang menyuruh mereka. Saat di tanya pun mereka malah berteriak seolah memancarkan amarah dan rasa takut secara bersamaan. Mereka hampir mati karena interogasi yang tidak selesai-selesai, dari pada mereka mati begitu saja, para algojo menahan diri, mereka tidak mengintrogasi sampai mati, hanya sampai sekarat, sisanya mereka di hukum sesuai undang-undang pencemaran lingkungan.

Madam Lola pulang dari temu bersama kaisar dengan perasaan yang gundah, dia tidak percaya rencananya yang belum rampung itu mengarah pada kegagalan. Dia memaki-maki suaminya, melempar barang barang kepada para pelayan yang bahkan tidak tau mengapa majikan mereka menjadi menggila.

Kaisar Yulia pun sama, dia tidak tinggal diam begitu saja, keesokan harinya Yulia berangkat langsung ke distrik selatan, mengajukan musyawarah dengan otoritas setempat, dan menempatkan si raja anak anak "tidak dijadikan raja terlebih dahulu" sampai dia layak memimpin daerah selatan. Mereka kini menugaskan para prajurit untuk menjaga titik-titik di hutan sebagai pintu aliran air utama dari distrik selatan.

Di sisi lain, jauh dari kemewahan istana. Seorang berkulit hitam seperti kuli pasar, bertubuh tegap memaki topeng, menunggu Jalan tikus terbuat dari selempita antara dua gedung. Di pasar ini, semua orang berlalu  lalang tanpa memperhatikannya. Dia menunggu sesuai pesan yang dia terima tadi malam.

Malam tadi, saat semua kios di pasar tutup, lelaki hitam itu juga menutup kiosnya. Sungguh keluar dari militer adalah keputusan yang sangat berarti buat dia. Dari gaji yang dia terima terakhir kali, dia bisa membangun sebuah kios buah kecil yang lumayan menguntungkan. Lama kelamaan tokonya itu semakin berkembang. Dia tak perlu lagi harus berhadapan dengan para preman, dia tinggal menjalani hidup yang sederhana.

Saat kios miliknya tutup, ada dua orang bertopeng mengetuk jendela kamarnya yang ada di lantai 2, melihat itu, dia langsung menuju laci yang ada di kamar lalu memasang topeng miliknya, lalu dengan sigap dia membuka jendelanya, dia bertanya singkat.

"Ada apa, apa ada sesuatu terjadi , atau ada hal lain?"

"Beliau memanggilmu!” dia langsung paham, bahwa hanya pemilik mereka lah yang patut mereka sebut sebagai "beliau"

"Di mana? kapan?,”

"Di sana, sekitar pukul 10” sang informan menunjuk sebuah jalan tikus yang tidak jauh dari tempat mereka.

Begitulah sekarang lelaki itu menuggu. Tak lama sebuah kereta kuda berhenti di depan mulut gang itu, sang kusir langsung turun untuk membukakan pintu, seorang perempuan keluar dari kereta langsung menemui si laki laki. Laki laki itu sigap memberikan penghormatan yang paling dalam kepada perempuan itu.

"Cukup, angkat kepala mu!" Perintahnya.

”apa gerangan anda menemui saya seperti ini, wahai pemimpin kami"

”bagus kau bertanya hei 7 sayangku, pastinya kau juga sudah paham," lelaki itu terbelalak, nampaknya dia sudah salah ucap, semua anggota pun tau, bahwa sang pemimpi memiliki otoritas penuh atas mereka, maka tidak lain, jika sang pemimpin bertemu dengan para anggotanya maka sudah jelas dia akan menurunkan titah kepada mereka.

" Maaf karena saya salah bicara,"

”tidak, tidak apa-apa” perempuan itu menyandarkan punggungnya dan melipat tangannya. Dia menatap ke langit, seperti menghitung sesuatu. Dia menatap kembali lelaki miliknya itu.

"Apa kau pernah membunuh?” dia bertanya lirih pada lelaki itu.

"Soal itu, saya tidak pernah, meski saya adalah mantan perjurit kelas 1 tapi saya belum pernah menghadapi perang sekali pun”

”Begitu rupan, aku ingin memberi tugas membunuh seseorang" katanya datar, matanya melirik sekitar.

”saya akan melakukannya,saya adalah milik anda, maka sepatutnya saya melaksanakan tugas yang anda berikan"

" Tidak tidak, meski kau adalah milik ku seutuhnya, tapi aku tak akan membuatmu terkena gangguan mental "ucap sang pemimpin, menimang keputusannya.

Mereka berdua berdiam dalam imajinasi masing-masing, yang memiliki nama dengan angaka 7 itu pun tak mengatakan apa pun, dia sangat hormat pada pemiliknya itu. Dari penuturannya, sang pemimpin tak rela memberi perintah yang keterlaluan. Tapi si 7 itu juga akan ringan tangan melakukan pembunuhan bahkan genosida sekalipun jika itu perintah yang keluar dari mulut sang pemimpin.

"Maaf memang siapa kah gerangan yang ingin anda lenyapkan?” si pemimpin menatap tajam pada lelaki itu, dia seolah memancarkan aura ketidaksenangan dengan pertanyaan bodoh itu

"Membunuh ya, hmm, aku ragu melakukannya, tapi ini langkah penting bagi kejayaan umat manusia di negri ini"

"Baiklah, sebutkan namanya, maka orang itu akan menghilang dari peradaban"

Palak...Sebuah tamparan mendarat di pipi  laki laki itu, tamparan yang teramat keras, hingga menimbulkan bekas merah di pipinya. Topengnya terjatuh, cepat cepat dia memungut nya. Lalu berlutut di hadapan wanita itu.

"Kau tau kan aku menyayangimu, kenapa kau terus saja mendesak ku, kau tau tidak aku sedang bimbang” perempuan itu gelisah dibalik topeng yang dia kenakan.

Perempuan itu menahan emosi yang meluap dari kepalanya. Semalam saat ingin bertemu lelakinya itu, dia menghitung-hitung untung-rugi jika dia melakukan rencananya itu. Rencana awal untuk membebaskan umat manusia, rencana yang dia cita-citakan selama bertahun-tahun.

”aku akan tetap memberikan mu tugas dan lakukanlah, culik dan sekaplah orang ini, pada 7 hari ke depan, jangan di bunuh, nanti kalau sudah aku berikan komando berikutnya, kau harus melepaskannya” perempuan itu menyerahkan sebuah sketsa wajah.

”baiklah aku pergi dulu” dia pergi meninggalkan lelaki yang membisu seribu bahasa, dia tak berani melakukan apa pun dihadapan perempuan yang sangat berkarisma itu. Kini di kepalanya terdapat berbagai macam cara untuk menyelesaikan tugas sederhana yang diberikan sang pemimpin. Dia bahkan mengira-ngira apa maksud semua rencana ini, dia tak pernah tau isi hati perempuan itu, dia hanya patuh kepada dia.

🦋
Bersambung
Empress of Atapcia

Empress of AtapciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang