⚔️Chapter 15

21 13 4
                                    

Sehari setelah kejadian diculiknya perdana menteri. Keadaan menjadi memuakkan atas kegemparan yang sembunyi-sembunyi itu. Hanya kaisar dan madam Lola yang tidak habis pikir karena kehilangan seorang pion mereka yang berharga.

Di sisi lain istana maupun kediaman zars, kuil kekaisaran nampak lengang. Para biarawan dan biarawati masih melakukan kegiatan sehari-hari hari mereka. Berdoa, membantu orang miskin atau menyampaikan doa para bangsawan yang ingin melanggengkan kekuasaan mereka sampai 1000 tahun ke depan kepada dewa.

Sedikit ramai aula persembahan, para pendeta tingkat satu mulai membacakan doa-doa. Bersimpuh di bawah altar permohonan. Di luar aula persembahan, Para petugas kebersihan mulai menyapu daun daun gugur yang berserakan di luar. Para petugas itu semuanya laki laki, entah mengapa peraturan pendeta mengharuskan hanya laki laki saja yang boleh menjadi tukang bersih-bersih, katanya sih, pendeta terdahulu mendapatkan Wahyu, dan salah satu isi nubuat yang agak aneh adalah membiarkan hanya laki-laki tanpa terkecuali, sebagai abdi langit dalam hal kebersihan.

Oleh karenanya setiap lelaki yang masuk menjadi anggota kuil mula+mula harus menjadi tukang bersih-bersih dahulu, beda dengan perempuan yang bisa langsung menjadi pendeta setelah mengikrarkan diri masuk sebagai anggota kuil.

Kuil bukanlah istana atau arena perpolitikan perebutan kekuasaan. Mereka semua mengabdi untuk langit, melayani masyarakat yang membutuhkan akses kepada langit.

sudut kuil yang lain lengang, apa lagi Menara, sebuah ruang yang dipakai Lisa de Atapcia sebagi tempat kerjanya sebagai pendeta agung. Tampak lengang dan sepi.

Lisa hanya duduk duduk saja sambil bermain main dengan pena yang ada di genggamannya. Nampak seorang lelaki hanya mematung dan bersandar di tembok batu menara itu. Dia tidak bergerak sama sekali. Dia hanya memandang majikannya yang terus saja bermain main, memutar mutar pena yang ada di genggaman.

Pagi ini memang terasa damai. Tapi kedamaian itulah yang membuat Lisa terus saja berfikir. Apa pilihannya untuk merubah rencana awalnya, berbalik ke keadaan yang berbeda seperti saat ini.

Dulu Lisa berencana setelah kegagalannya menjadi putri mahkota. Dia berencana merongrong kebobrokan yang dilakukan ibunya. Sekaligus mencabut "penyakit" yang tidak lain adalah madam Lola dan para bala tentaranya. Tapi lambat laun, Lisa yang cerdik merasa bahwa ada pihak lain yang ikut campur dalam perseteruan Yulia, adik tersayangnya dan madam Lola, pihak Lain yang mungkin menjadi lawan politik yang licik. Sampai sekarang Lisa belum saja menemukan pihak itu.

Lisa kini menuggu dan mengawasi pergerakan pihak lain yang misterius tersebut, agar supaya Lisa tahu mereka kawan atau lawan atau mungkin keduanya.

"Lalu apa alasan dibalik pergerakan mereka?". Pikir Lisa . Meski belum yakin, insting lisa berkata kalau pihak misterius itu sangat erat hubungannya dengan konflik politik yang sedang terjadi. "Hmm", Lisa menghela nafas, lalu berfikir kalau mengambil perencanaan hanya dari insting adalah pertaruhan yang bodoh. Bisa bisanya dia berbuat begitu. Tapi ini sudah terlanjur.

"Heiii" Lisa memecahkan kesunyian, lelaki yang sedari tadi bersandar kini menatap tajam kearah Lisa dengan sigap.

"Bagaimana,hmm?" Hanya beberapa kata itu saja yang keluar dari mulut lisa. Lelaki itu terlihat bingung, tapi dia nampak sedikit menagkap apa maksud dari yang dikata majikannya itu.

"Kalau menurutku,... kenapa kau melakukan hal itu?” lelaki itu malah bertanya balik. Lisa hanya tersenyum melihat ekspresi bawahan yang setia itu, seperti tidak ada penghianatan dalam garis wajahnya. Lisa malah bersandar di kursinya, dia harus mencari jawaban yang pas dan membuat si laki-laki paham dalam sekali terang.

”aku merasa, cukup menarik, jika kedua orang itu bekerja sama"

"Aku tak habis pikir, ku kira kau sangat membencinya sehingga ingin memusnahkannya sekarang, meski itu sulit"

"Kau selalu saja blak-blakan, tapi aku suka, dari pada kau bersikap formal, seolah aku adalah ratu di jagat raya ini"

" Bagi ku, kau ratu di jagat raya ini" raut wajah lelaki itu menjadi memerah, seakan terkuak perasaan yang dia pendam, menyeruak ke luar. Lisa juga sama, dia selalu saja tersanjung dengan ungkapan ungkapan perasaan dari bawahannya itu, lelaki itu mencintai majikan yang bahkan mencium punggung kaki ya saja dia tidak mampu.

"Sudahlah jangan bahas itu. Aku tanya pendapat mu Tentang, jika mereka berdua bekerja sama"

"Aku tidak setuju"

"Kenapa?"

"Madam Lola adalah orang berbahaya, meski kejadian penculikan itu membuat keduanya harus bekerjasama, tapi hasrat madam yang menggebu tidak akan padam”

"Kau benar" kata Lisa singkat, lalu kembali terbuai dengan angan-angannya. Dia sontak kepikiran adiknya Yulia, apa dia bisa memahami situasi ini. Pasalnya Lisa sendiri belum mengerti kenapa perdana Mentri diculik.

Waktu lisa mendapat laporan dari bawahannya, tentang kegaduhan dan perkelahian antara orang asing bertopeng dan pengawal perdana menteri. Lisa langsung mengutus bawahannya menyampaikan pesan rahasia kepada pihak madam Lola, kalau suaminya diculi, lalu sebisa mungkin memberikan argumentasi bahwa kaisar tidak ada hubungannya. Dan meminta mereka menghubungi kaisar secepatnya dan menutupi kegemparan ini.

Yulia adalah adiknya yang manis, hanya karna politik kotor yang dilakukan orang-orang di sekitar ibunya, lisa tidak dapat mencapai singgasana kekaisarannya. Ah, tapi syukurlah meskipun harus begitu.

"Apa kau tidak mengintrogasi orang yang menculik perdana Mentri"

"Tidak kenapa harus melakukan itu?" Lisa menjadi terbelalak dengan jawaban itu. Apa dia bercanda dengan jawabannya itu, Lisa menjadi agak kecewa, itu terlihat dari garis wajahnya yang terlihat kaget sebentar lalu lesu.

"Apa aku salah?" Denga bertingkah polos dia malah membela ketidakpekaanya.

"Kau itu apa apa an sih," Lisa sedikit meninggikan suaranya, dia nampak kehilangan selera berbincang dengan bawahannya itu. Lelaki itu kaget bukan main, sekejap dia lalu berlutut memohon pengampunan seperti sorang kesatria.

"Jika anda berkenan bunuh saya sekarang, saya tidak menyesal, tapi beri saya celah maaf dalam hati anda, saya sangat menyesal"

"Hei, harusnya kau peka dong, di keadaan seperti itu, setidaknya kau tanya, mengapa dia menculik perdana menteri, huh sebel deh” kata Lisa dengan agak mengejek.

"Cepat berdiri, aku tak mungkin membunuh orang seperti mu dengan mudah, setidaknya kau haru bertarung sampai mati, supaya kematianmu terhormat" lelaki itu bangkit dari keterpurukannya.

”anu, saya minta maaf karna tidak peka, karna saya hanya melaksanakan perintah anda, yakni mengawasi, buka Ikut campur”

"Sudah ku tebak, pasti jawabanmu begitu" Lisa menghampiri lelaki itu lalu megelus kepalanya dengan lembut, "kau itu lucu ya" dia tersenyum ramah, kecantikannya membuat lelaki itu kembali merona diwajahnya.

"Nah untuk selanjutnya aku perintahkan kau untuk mencari tau siapa orang ketiga, dibalik perseteruan antara adiku dan madam Lola, jangan sampai gagal, lalu gunakan otakmu yang cemerlang itu. Kau boleh patuh padaku tapi jangan bodoh, kau mengerti!?" Titah Lisa kemudian.

"I-i- iya, aku mengerti"

" Tapi sebelum itu, ayo kita minum teh bersama, aku akan membuatnya, jangan ke mana man dulu ya". Ujar Lisa.

🦋
Bersambung
Empress of Atapcia

Empress of AtapciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang