⚔️Chapter 11

38 12 0
                                    

Suasana ketegangan terpancar jelas dari ruang tahta. Dua orang yang berbeda generasi dengan dua kepentingan yang saling bertabrakan, sedang beradu silat kata-kata manis diantara mereka. jika dapat diilustrasikan sebagai pertarungan pedagang, lidah mereka  adalah mata pedang yang sangat tajam.

Sebelum itu, setelah persiapan pagi ini selesai, madam lola dan suaminya pergi akan bersiap pergi menuju kastil kekaisaran. Sebenarnya mereka berencana mengajak sang kaisar untuk minum teh saja, tapi Yulia menolak. Beliau tidak ingin minum teh, tapi menyarankan mereka berdua agar menghadap kepada kisar sebagai abdi kekaisaran yang tulus hatinya dan merendahkan hati di hadapan yang mulia kaisar Yulia de Atapcia.

"Sayang, maaf kan aku ya, aku benar benar lupa menyiapkan air putih untuk mu" melas suami madam lola penuh penyesalan.

Mereka berdua naik kereta kuda terbaik yang dimiliki keluarga zars, perjalanan memang tidak terlalu lama, tapi pasutri tersebut seaakan mempermasalahkan beberapa hal.

"Ah sudahlah jangan ungkit ungkit lagi, meski kau sangat bodoh, aku kan selalu memanfaatkan mu kan" jawab madam lola yang kesal karna suaminya masih saja mengungkit masalah tadi pagi.

"Begitu ya, maaf kan aku ya sayang" melas sang perdana Mentri yang juga berstatus suami.

"Kan sudah ku bilang!!" Hampir saja madam lola naik pitam, tapi dia menahan diri. Dia harus menahan diri. Dia butuh energi untuk menghadapi kaisar baru yang congkak itu. Dia berpikir, dia pasti akan mendapatkan otoritas yang lebih dari yang dia peroleh sebelumnya dari kaisar Vaida, jika dia bisa bersikap tenaga. Ketenagaan adalah kunci.

Kereta kuda sudah tiba di depan gerbang kastil kekaisaran. Dua orang penting turun anggun, setiap penjaga pintu kasti sudah tau beliau berdua siapa, mereka sontak menunduk memberi jalan tanpa mencurigai apa pun. Dua orang itu sudah tiba di depan ruang singgahsana.

"Buka pintunya!" Pinta perdana mentri penuh wibawa, kedua penjaga itu bertatapan muka, ragu-ragu tapi, pada akhirnya mereka menuruti perkataan orang yang pangkatnya jauh lebih tinggi dari pada mereka.

Pintu terbuka, ruang itu masih kosong melompong tidak ada orang pun di sana
"Wah ini tidak beres, Dimana semua orang?" suami madam lola bergumam sendiri, madam lola tak menanggapinya dia tetap anggun masuk ke dalam ruang itu. Dia harus benar-benar mengendalikan dirinya, ini kesempatannya.

Seorang wanita berpakaian pelayan tergopoh-gopoh memasuki ruang singgahsana yang telah terbuka. Dia tak menyapa penjaga ruangan sangking paniknya.

"Maaf tuan, nyonya, saya terlambat, saya sebenarnya sudah ditugaskan yang mulia kaisar untuk menuggu di sini tapi perut saya sakit sekali jadi saya ke toilet, tolong maaf kan saya" dia berkali kali menunduk di depan kedua orang itu.

Madam lola hanya tersenyum, memberikan tatapan belas kasihan kepada pelayanan itu, nampak anggun sekali.

"oh begitu ya, tidak masalah, lalu dimana kami harus menunggu sang kaisar?"

"Yang mulia kaisar akan segera datang nyonya, dapatkah anda berdua berdiri lebih dekat dengan singgasana?!" katanya dengan mulut yang peluh. Mereka berdua langsung mendekati singgahsana berdiri menatap kursi yang masih kosong.

"Yang mulia kaisar tiba...." Sebuah teriakan yang menggema, memenuhi telinga 3 orang yang ada di ruang itu. Seorang berjalan sangat anggun dari samping menuju kursi singgahsana, sembai berjalan dia menatap 3 orang yang ada di bawah, tatapan itu membuat 3 orang itu menunduk memberi hormat. Dan duduklah dia kursi singgahsana yang agung.

"Selamat data yang mulia kaisar, semoga kebaikan dan kesejahteraan menyertai yang mulia kaisar Agung Yulia de Atapcia" sembah hormat mereka bertiga, yang di berikan salam keselamatan hanya tersenyum lalu mengayunkan tangan memberikan isyarat kepada Perdana mentri. Yang di beri kode langsung paham. Sang perdana menteri bergerak dari tempatnya lalu berdiri di samping kanan kursi singgahsana.

Empress of AtapciaWhere stories live. Discover now