⚔️Chapter 23

23 8 0
                                    

Pagi-pagi kamar kaisar digedor oleh pangeran maksa, meski dua penjaga kamar sudah memperingatkan tapi dia tetap melakukan tindakan itu.

"Dewi, saya mohon bangunlah, dan izinkan saya melapor!" kata sang kakak dengan seuara keras. Dari dalam Yulia merasa terganggu dengan tindakan orang yang tidak sopan, dengan setengah sadar dia mencoba memulihkan keadaannya dan mencerna, siapa gerangan orang tidak tahu sopan santun itu.

"Dewi saya mohon bangunlah, saya maksa hamba mu membawa berita genting"

Yulia tersadar dengan suara orang yang ada di luar, dia cepat cepat membuka pintu lalu menarik orang yang ada di luar lalu menutup pintu kamar kembali, dia masih mengenakan gaun tidur, dia agak risih jika para penjaga itu mendapatinya mengenakan gaun tidur.

Maksa sang kaka, tersentak, saat tersadar dia berada di kamar kaisar dia lalu berlutut menghormat.

"Hamba menghadap yang mulia Dewi"

"Ada apa ka pagi-pagi begini membuat keributan, ada masalah mendesak kah ?"tanya Yulia sedikit agak kesal.

"Maaf kan saya Dewi..."

"Ka, kan aku sudah pernah bilang, kau tak perlu memanggilku Dewi, aku itu adikmu, aku sendiri geli jika kau yang mengatakannya huh, oh iya laporannya apa?" Yulia duduk merebahkan tubuhnya di kasur

"Tadi pagi terjadi ledakan misterius di 6 Kota pada 4 provinsi" Yulia kaget dalam kekagetannya dia berpikir keras, melihat itu sang kaka tidak melanjutkan laporannya. Hari ini 5 hari sejak jamuan teh dengan madam Lola dan suaminya. Tapi selama itu belum ada pergerakan dari si musuh yang misterius itu

"Di mana saja itu ka?" Tanya Yulia kembali

"Provinsi san dua kota, yakni kota bi dan kota ku, provinsi yin kota kuni, provinsi wills kota nooli, dan provinsi viksi di kota kilwo,"

"Apa tidak ada yang di ibukota sama sekali?" Tanya Yulia heran

"Tidak ada yang mulia" Yulia menjdi serius kembali, dalam hatinya berkata "apa musuhnya sudah menampakkan taringnya". ini rumit, dia belum bisa mengidentifikasi musuhnya, tapi musuhnya sudah membuat teror.

"Ka aku akan membocorkan sesuatu, aku dan madam Lola sedang berhadapan dengan yang kemungkinan adalah kelompok pemberontak yang kita sendiri tidak tau identitas mereka" jelas Yulia pada kakaknya.

Pangeran makas kaget dengan informasi itu dia baru mengetahuinya.

"Kenapa kau baru sekarang memberitahu ku" heran maksa pada sang adik.

"Ehem" Yulia berdehem mengingatkan, kalau kakanya sudah keluar dari batas kesopanan.

"Ampun yang mulia Dewi!" dia menundukkan kepalanya.

"Kau harus sadar dengan posisi mu ka, sangat rumit untuk memberitahu mu di waktu lalu, aku minta maaf, tapi sekarang aku membutuhkan mu, kau mengerti!"

"Hamba akan melayani yang mulia dari dulu hingga sekarang" ucap maksa yakin.

"Bagus, lalu informasi apa lagi"

" Anu yang mulia, ini ...." Dia menyerahkan sebuah bendera yang terbakar di sisi sisinya yang sangat asing di mata Yulia " ini adalah bendera yang ditinggalkan peneror ledakan". Yulia menerimanya dengan seksama. Mereka telah memperkenalkan diri. Lambang ini akan menjadi pertanda peperangan yang akan mereka mulai.

"Kau boleh pergi ka, aku akan segera bersiap dan mengumpulkan pihak kementrian di ruang singgasana, kau juga segera lah hadir di sana!"

Pangeran maksa undur diri. Yulia membunyikan lonceng, beberapa saat pelayan sudah tiba di kamarnya, kini dia bersiap mandi dan berpakaian seperti biasanya.

Empress of AtapciaWhere stories live. Discover now