⚔️Chapter 8

37 17 0
                                    

Ruang itu jauh di bawah tanah. Tidak ada yang tau titik koordinat persisnya jika di ukur dari permukaan tanah. Ruang itu sangat luas dan mewah. Bergaya sangat klasik, jika memasukinya seolah seseorang akan terlempar ke masa lalu, masa dimana tanah permukaan bernama kerajaan laura. Ornamennya, segala perabotannya. Dan juga sebuah lukisan sangat besar yang terpajang di ujung dinding ruangan itu yang berbentuk persegi panjang. Lukisan seorang perempuan memaki topeng, duduk di sebuah kursi bak seorang Ratu. Bergaun panjang dan membawa tongkat bertahtakan berlian. Di bawah lukisan itu terdapat sebuah kursi. Satu-satunya kursi di ruang besar itu.

Semua lelaki dan perempuan yang berjumlah 15 orang berada di ruangan itu berpakaian sangat mewah, beraroma wangi dan tidak satupun dari mereka yang tidak mengenakkan topeng. Jika dilihat sekilas, mereka seperti mengadakan pesta dansa, namun tak ada jamuan ataupun makanan. Mereka hanya ngobrol sembari menuggu sesuatu. Mereka "seolah" tak mengenal satu sama lain. Padahal, mereka satu sama lain mengenal siapa gerangan di balik topeng-topeng itu. Hal Itu sudah menjadi peraturannya. pemimpin dari mereka semua menetapkan, untuk setiap pertemuan, apapun yang terjadi, mereka harus seeakan bertemu "orang lain", harus tak ada ikatan diantara mereka, kecuali ikatan dengan sang pemimpi, karna semua perintah sang pemimpin adalah mutlak.

Waktunya telah tiba. Sang pemimpin memasuki ruangan bawah tanah yang mewah tersebut. Dari pintu yang terhubung dengan tangga pintu masuk ruangan itu. Orang-orang yang sudah berada di dalam, segera berbaris memberikan jalan sembari menunduk hormat tanpa berani mengangkat kepala sedikit pun. Yang dihormati berjalan dengan angkuhnya, menuju sebuah kursi yang ada di ujung ruangan. Dia juga mengenakan topeng sama seperti yang lain.

Akhirnya dia duduki dengan sempurna, gaun yang dia pakai sangat anggun, sebagai seorag pemimpin, dia cocok sekali duduk dengan angkuh di kursi itu.

"Dua belas kemarilah!" tak lain dan tak bukan adalah sang pemimpin memangil dan memberikan kalimat pertamanya. Salah seorang yang hadir dan menyandang nama "dua belas" pun berjalan tertunduk di hadapan wanita itu.  Orang-orang yang hadir di berikan nama oleh sang pemimpin dengan kode angka.

Mereka semua yang hadir adalah orang-orang yang menjual diri mereka dan menyerahkan hidup mereka kepada sang pemimpin. Tidak ada yang tau kenapa sang pemimpin bisa memiliki kekuatan untuk "menguasai orang lain".

Perkumpulan "Underground", itulah perkumpulan rahasia yang diciptakan oleh sang pemimpin. Tak ada dari anggota perkumpulan tau siapa sebenarnya gadis karismatik itu. Tapi sang pemimpin tau siapa, satu-persatu dari para anggotanya. Dia merekrut orang yang berbakat, lalu dengan kelihaiannya, dia menjadikan mereka menjual diri mereka untuk setia kepada gadis itu. Dan setiap merekrut orang, gadis itu selalu mengenakan topeng. Setiap anggota di beri nama dengan angka, sang pemimpin tak peduli latar belakang anggota yang telah dia rekrut, asalkan mereka setia, maka itu sudah cukup. Tentu tak mungkin mereka akan berkhianat.

Orang yang dipanggil dengan nama "dua belas" hanya bisa tertunduk lalu memberikan salam kepada gadis angkuh di depannya.

"Salam pemimpin, saya dua belas, menghadap pangilan sang pemimpin" salam singkat dari yang bernama dua belas.

"Ceritakan pada ku tentang kaisar Yulia de Atapcia!" Ucap sang pemimpin singkat, memberi perintah.

"Yang saya tau beliau...

"Suttt.. hilangkan kesopanan mu pada kaisar, anggap dia jelata, dan ceritakan dia dengan narasi seorang jelata"

"Yang saya tau Yulia de Atapcia adalah orang yang jujur, selama menjadi putri mahkota dia bekerja keras sesuai porsinya. Dia tidak korupsi, meski secara politik dia kekurangan dukungan dari para bangsawan, dia memiliki pengawal yang berpengaruh, yakni kaka kandungan yulia sendiri, saya juga yakin kalau sang pewaris asli, lisa de Atapcia juga mendukung kinerja Yulia dalam pemerintahan, tapi saya tidak memiliki bukti, pasalnya dia orang kuil"

"Baiklah kembali ke tempat mu!" Perintah sang pemimpin singkat. Si "Dua belas" pun dengan sopan undur diri dan kembali ke tempat semula.

"Lima, kemarilah!" Kata sang pemimpin. Seorang lelaki berumur 27 tahun memakai topeng, kini berjalan menunduk di hadapan sang pemimpin.

"Salam pemimpin, saya lima, menghadap panggilan sang pemimpin" salam singkat dari yang bernama "lima".

"Aku penasaran dengan uang yang ada di kekaisaran." sang pemimpin berkata demikian tapi tak ada nada bertanya ataupun memberikan perintah.

"Ampun" yang bernama "lima" berampun seolah meinta izin, saking mereka tunduk pada sang pemimpin, mereka tidak berani berkata atau menjelaskan apa pun sebelum menerima perintah atau diberikan izin atas permohonan mereka untuk berbicara panjang lebar.

"Katakanlah!" Jawab pemimpin singkat

"Saya akan bercerita tentang keuangan kekaisaran. Meski tidak sedang krisis, tapi pemasukan kekaisaran atas pajak menurun. Karana beberapa distrik seloah di kuasai oleh dua pihak, pertama adalah kekaisaran dan yang ke dua adalah keluarga bangsawan. Jadi mereka membagi pajak itu menjadi dua, satu diberikan kekaisaran dan yang lain masuk kantong bangsawan" dia menjelaskan dengan sangat hati-hati.

"Apa kau juga termasuk?" Tanya sang pemimpin, meski Pertanyaan itu ambigu, tapi si lima ini tau maksud dari pemimpinnya itu. Yang dimaksud adalah apakah si lima ini di kehidupan sehari-harinya sebagai bangsawan, apakah terlibat dalam kasus pajak kekaisaran.

"Saya tidak terlibat, informasi pembagian pajak yang saya terima itu berasal dari obrolan pada saat jamuan jamuan para bangsawan. Kekaisaran, selama dipimpin  kaisar Atapcia VIII, terdapat ambiguitas dalam pencatatan uang pajak dan para oknum yang korup tak pernah diadili" dia mengakhiri ceritanya.

"Aku berfikir, jika aku bisa benar-benar meruntuhkan kebobrokan ini, pasti masa depan akan semakin cerah. Kekaisaran dan keluarga bangsawan pun sama saja" oceh sang pemimpin. Dia mengibaskan tangannya, memberi kode agar si lima kembali ke tempat semula.

"Dua kemarin lah!" dengan nada manja sang pemimpin memangil seseorang. Jika dia bersikap sangat angkuh dan berwibawa di hadapan sebagai besar anggota perkumpulan. Jika berhadapan dengan yang mendapat nama "dua" . Sang pemimpin selalu membuat suaranya menjadi manja dan kekanak-kanakan.

Dua adalah lelaki yang masih muda, dari tatapan matanya yang terbias dari topengnya, dia mungkin sangat tampan. Itulah mengapa semua anggota perkumpulan memaklumi sikap aneh sang pemimpin. Itu wajar bukan, sang pemimpin masih berumur muda, gadis muda. Sedangkan rata-rata anggota perkumpulan Underground adalah 23 ke atas usianya.

"Dua" adalah anggota yang paling misterius setelah sang pemimpin. Tak ada yang tau siapa sebenarnya si dua ini, hanya sang pemimpin yang tau dia siapa. Tapi sebaliknya si dua tak tau siapa sebenarnya gadis yang telah menjadi pemilik dirinya.

Si dua berjalan pelan lalu menghadap sang pemimpin "Salam pemimpin, saya dua , menghadap pangilan sang pemimpin" salam singkat dari yang bernama dua.

"Kemarilah dan berlutut persis di depan ku!" Dua hanya bisa menurut, dia majukan tubuhnya lalu tepat di depan sang pemimpin dia berlutut. Sang pemimpin tersenyum, lalu tangan kanannya mengelus-elus kepala si dua seperti mengelusi peliharaan atau kurang lebih seperti mengelus bulu seekor kucing yang manis.

"Kau tampan sekali, aku bahkan ingin menikahi mu, tapi apa bisa seorang Manusia menikah dengan seekor kucing, hihihi" sang pemimpin tertawa sendiri, semua anggota hanya bisa menunduk menyaksikan adegan ini.

"Kau tak perlu tersinggung, aku menyayangimu dua, aku juga menyayangi kalian semua, maka dari itu sebelum semua rencana ku menjadi baik, aku harap kalian akan selalu di sisiku, sebagai imbalan atas rasa sayang ku terhadap kalian"

Sang pemimpi mengelus kepala si dua, dia membayangkan apakah suatu saat tujuannya akan terwujud. menghilangkan hegemoni dan membebaskan semua orang dari belenggu kekaisaran maupun para bangsawan yang jahat itu.

🦋
Bersambung
Empress of Atapcia

Empress of AtapciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang