⚔️Chapter 25

68 9 3
                                    

Dokumen bertumpuk di meja Yulia. Sejak setelah rapat besar terkait teror yang berlangsung. Yulia semakin sibuk memeriksa semua laporan yang terkirim pagi ini. Lalu di ruang itu tidak lagi ada satu meja, namun ada 5 meja yang di isi dua lelaki dan dua perempuan. Mereka adalah bawahan Mentri sekertaris kekaisaran yang paling kompeten. Keputusan ini dia ambil, dia tidak mungkin memeriksa semua dokumen yang terkirim sendirian, apa lagi dari semua dokumen itu kebanyakan tidak membuahkan hasil. Meski begitu satu laporan saja, bisa menjadi petunjuk bilamana terdapat sebuah laporan yang menjanggal. Para bangsawan dan penguasa wilayah akan melapor dengan narasi, tanpa ada penyelewengan, karena setiap laporan diawasi pegawai istana yang kompeten.

Para bangsawan dan penguasa wilayah sudah menyelidiki orang di sekitar mereka. Itu yang kebanyakan tertulis dalam lampiran. Mereka ragu kalau diantara orang orang mereka ada yang menjadi penghianat. Malah ada juga yang memberi kritik terhadap kaisar untuk tidak melangkah ke jalan yang sia-sia. Apa boleh buat, mereka adalah pegawai kaisar, titah kaisar adalah sebagian dari tugas mereka.

"Apa diantar kalian menemukan sebuah laporan yang janggal atau melaporkan perkembangan." Tanya kaisar memecahkan kesibukan 4 orang bawahannya itu. Serentak mereka berhenti bergerak. Mereka sebenarnya canggung berada satu ruangan dengan penguasa tertinggi kekaisaran. Tapi apa daya atasan mereka memindah tugaskan karena situasinya sedang genting.

" Maaf yang mulia Dewi, hamba tidak menemukan hal jangal dalam laporan laporan ini, semua mengatakan belum mendapatkan petunjuk, atau mendeskripsikan keteraturan yang ada dalam kekuasaan penguasa wilayah atau bangsawan sekalipun"  salah seorang lelaki diantara mereka berkata sesopan mungkin.

Yulia tidak menjawab, dia malah terlempar dalan lamunan yang jauh. Dia penasaran dengan bendera yang kemarin dilaporkan dalam rapat besar.

Bendera yang dibawa oleh kakanya, dan di laporkan pula saat rapat besar. Belum ada petunjuk, belum ada laporan. Semua berjalan seolah kejadian teror itu tidak mungkin ditemukan siapa pelakunya.

" Penjaga, panggilkan pangeran maksa kemari!. " Prajurit Penjaga pintu segera keluar untuk memangila pangeran maksa di ruangannya. Tak berselang lama pangeran sekaligus bawahan paling dipercaya Yulia itu hadir dan berlutut di depan meja kerja.

"Hamba hadir memenuhi penggilingan yang mulia Dewi"

" Aku kan sudah memberikan tugas untuk menyelidiki bendera yang ditinggal kan saat teror ledakan itu terjadi. Apa perkembangannya sekarang?" Yulia tidak basa basi sama sekali.

"Bendera yang kami temukan waktu itu, tidak ada dalam catatan admistrasi negara, bahkan di luar kekaisaran ini. Sepertinya ini adalah perlambang sekelompok orang yang ingin menunjukkan eksistensinya, mereka baru, jika benar demikian, kami agak kesulitan dalam mengidentifikasi musuh dalam selimut yang terjadi sekarang."

" Baiklah kau boleh pergi"

"Hamba undur diri"

"Tunggu.., emm bisahkah kau temani aku ke taman, aku stress dengan semua pekerjaan ku, aku ingin merefresh otaku, apa kau mau menemani ku ke taman bersama dengan ku?!" pinta Yulia terbantah karena barusan dapet ide.

" Kalian ber 4, apa kalian tidak keberatan jika aku tinggal bersantai dahulu"

" Ampun ... Eh...maksudnya, tentu yang mulia, kami tidak keberatan, " salah seorang diri mereka angka bicara dan yang lainnya mengangguk setuju.

Yulia hanya tersenyum kepada mereka lalu, seenaknya menarik tangan pangeran makas kakanya itu, seperti anak kecil. Untuk sesaat Yulia lupa posisinya sebagai kaisar dan Malah bertindak kekanakan.

Pagelaran maksa dan Yulia duduk minum teh di sebuah gazebo taman istana. Para pelayan disuruh menjauh.

"Ampun, tapi apa maksud semua ini?" Kata pangeran maksa mengungkapkan sebuah kebingungan yang ia rasakan sedari tadi. Yulia tidak menjawab, dia hanya tersenyum lalu membuang muka ke arah taman. Dia benar benar membuat kakanya itu salah tingkah. Karena pikiran yang kalut, Yulia menjadi ingin bersikap jahil kepada Kakak tersayangnya itu.

"Kak, apa suatu ketika akan ada kaisar laki laki yang memimpin kekaisaran ini?" tanya Yulia sembarang an, dia malas membahas hal yang berat saat ini, lebih baik dia lemparkan sebuah kata kata tidak bermakna yang ringan seperti tadi.

"Kalau menurut saya ya, mungkin saja yang mulia, tapi suliat kan, anda juga tau sendiri, moyang kita telah menetapkan takdir garis ibu di keluarga kekaisaran. Tanggung jawab perempuan kelurga kekaisaran memang berat." Maksa juga menjawab seenaknya, dia mulai paham bahwa adiknya sedang malas dan ingin bermalas-malasan.

"Lihat deh ka, bunga bunga di sana, cantik ya, kayak aku, cantik hehe" Yulia bak anak cilik. Dia bertingkah kekanakan di depan kakanya.

"Apakah anda ingat, dulu waktu kecil anda sering sekali berlari lari di taman sampai ayah kesulitan mencari anda, padahal saat itu ibu memerintahkan kita semua untuk menghadap"

"Iya ka, aku ingat, saat Kaka menyebutkan nama ibu, aku jadi rindu, meski aku agak membencinya, tapi rasa cinta ku kepada nya yang sebagai seorang ibu, tidak akan berubah. Seandainya saja ibu bukanlah seorang kaisar. Mungkin aku tidak akan memiliki rasa benci kepadanya."

"Iya benar yang mulia, namun jika bukan karena ibu dan intrik politiknya, saya rasa anda tidak akan menjadi kaisar" cibir pangeran makas tidak sengaja, kata kata itu membuat sang adik terkaget, tunggu dulu,Yulia kini bertanya tanya, apa kakanya selama ini hanya berpura-pura setia dan mengabdi kepadanya. Yulia menatap mata kakanya dengan cermat. Namun hanya tatapan ketulusan saja yang ada di dalam rona matanya. Mungkin itu hanya kecurigaan sesaat saja, pikir Yulia

"Apa jika kak Lisa yang menerima mahkota Puteri mahkota, apa Kaka akan mengabdikan diri kepadanya"

"Saya kurang yakin dalam menjawab pertanyaan anda kali ini. Saya hanya menjalankan bakti saya sebagai seorang kesatria".

Tak lama, pegawai yang membantu Yulia dalam memeriksa laporan para penguasa wilayah, tergopoh-gopoh sedikit agak berlari, dia meminta izin kepada para prajurit yang berjaga di taman agar di izinkan mendekati kaisar dan pangeran makas yang sedang asik berbincang santai melepaskan stress yang dialami Yulia beberapa waktu.

Prajurit itu menghampiri mereka berdua dan meminta izin dan penjelasan, dengan sebuah angkatan tangan, Yulia mempersilahkan,

" Maaf yang mulia Dewi, hamba sedikit agak tergesa-gesa. Dalam sebuah laporan yang saya baca ada yang sedikit berbeda dari laporan yang sudah sudah, jika berkenan anda bisa memeriksanya" sambil perempuan itu menyerahkan selembar laporan.

Dengan santai Yulia menerima lembaran itu, dia membaca sekali, namun tidak ada yang aneh, dia menyerahkan kepada pangeran maksa, kesatria yang juga Kakak Yulia menerima dan memeriksanya juga, mereka berdua sama sekali tidak mendapatkan apa pun, laporan itu sama saja, sama seperti yang telah Yulia cek sedari tadi pagi.

"Apa kah kau bercanda wahai pegawai!?" Sorotan mata pangeran maksa seakan-akan muntab. Dia pikir dia siapa, melapor hal tidak penting kepada yang mulia Dewi penguasa kekaisaran. Apa pegawai itu lupa, meski dia dan kaisar Yulia seumuran apa dia se-kurang ajar itu.

"Maaf kab hamba, tapi saya benar benar curiga yang mulia. Dalam laporan itu tertulis....

🦋
Bersambung
Empress of Atapcia

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Empress of AtapciaWhere stories live. Discover now