🐾 Jenifer yg sebenarnya

225 16 0
                                    

HAPPY READING ❤️

HAPPY READING ❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Satria POV

"SATRIA"

Teriakan itu berhasil mengganggu fokus ku membuat Aku mengedarkan pandangan mencari sumber suara itu.

"DIBELAKANG MU!"

Dibelakang ku? Aku berbalik melihat orang di depanku. Seketika tubuhku kaku jantung ku berdetak lebih cepat. Aku takut.

Bugh

Satu bogeman mentah melayang di wajahku membuat Aku seketika terduduk dilantai.

Terlihat dua orang preman di depan ku, hanya preman namun membuat Aku seperti pengecut begini. Bukan tanpa alasan ketahui lah preman itu menggunakan kostum badut yang sangat menyeramkan. Mungkin saja tidak setakut ini jika badut yang biasa kulihat.

Rama membantuku untuk berdiri. Saat sudah berdiri pun Aku tak berani melihat kedua preman itu. Payah, ketakutan membuat ku menjadi pria lemah hari ini. Aku yakin ini sudah direncanakan oleh Jenifer saat dia menyuruhku untuk datang kesini.

Rama segera maju melawan preman itu sedangkan Aku hanya bisa diam di tempatku.

"Wah wah lihat siapa yang datang kesini"

Suara itu! Aku berbalik terlihat disana Jenifer. Wanita itu dia menodongkan pistol ke kepala Ana. Sial

Bugh

Rama tersungkur tepat di depan kakiku membuat Aku kelabakan. Suara tangis itu, suara tawa dan suara ringisan terdengar di telingaku namun Aku lebih terpaku terhadap suara tangisan yang tak pernah ingin Aku dengar.

Mataku memejam saat itu air mataku jatuh. Ingatan saat penculikan ku yang menjadi penyebab ketakutan ku waktu kecil terlintas dibenak ku.

Aku membuang nafas panjang. Jika terus takut begini mungkin semua tidak akan baik-baik saja. Aku harus melawan ketakutan ku.

Mataku yang sedari tadi terpejam terbuka saat mendengar suara tendangan menuju ke arahku. Dengan cekatan Aku menghindar ke samping. Bagus tendangan nya meleset.

Ku perhatikan dua orang didepan ku. Bagus, Aku bisa mengendalikan pikiran ku untuk melihat mereka seperti orang biasa bukan lah dengan kostum badut.

Lalu dengan emosi yang sudah memuncak Aku maju melawan mereka dengan dua lawan satu.

Satu bogeman ku layangkan ke wajah satu preman. Kursi kayu yang ada di sampingku tepat mengenai kepala preman dua. Namun preman yang aku pukul sebelumnya berhasil menendang ku. Posisi kami imbang.

Aku maju lagi melawan mereka dengan seluruh tenaga ku.

Saat Aku lengah preman satu mengeluarkan semacam pisau lipat dari saku nya membuat Aku kelabakan karena Aku yang sedang menahan serangan preman dua.

Bang (SAT)Where stories live. Discover now