24th card

185 40 26
                                    

Untuk kalian orang-orang baik yang selalu menjadi alasan aku tetap menulis, aku berdoa semoga kalian dan keluarga selalu sehat di tengah dunia yang sedang tidak sehat ini. Semoga kalian dan keluarga selalu dalam lindungan Yang Kuasa dan diberi kemudahan untuk selalu berbahagia. Aamiin.


Trigger warning!!!

Untuk yang sudah baca part sebelumnya, aku minta maaf lupa ngasih tw untuk s word, juga karena part ini masih lanjutan part sebelumnya jadi aku harap untuk yang merasa tidak nyaman bisa scroll sampai part dengan tanda '*'

------

"Mari akhiri semuanya dengan benar."


"Jihye kau gila!" Hoseok merebut cepat pecahan gelas dari genggaman Jihye sebelum Jihye kembali menorehkan luka pada pergelangan tangannya yang berdarah. Membuangnya jauh dari jangkauan. Mendekap istrinya erat dari belakang. Panik luar biasa. "Jihye tolong jangan!"

Jihye tidak memiliki cukup tenaga untuk meronta. Merasa kesal, marah sekaligus sedih dan putus asa. Tubuhnya terduduk di lantai dalam dekapan Hoseok. Dibiarkannya Hoseok mengangkat lebih tinggi lengan kirinya sembari menekan pergelangannya yang terluka. Berusaha menghambat laju peredaran darah semampu yang ia bisa. Satu tangan Hoseok yang lain tampak gemetar, kalau Jihye tidak salah lihat. 

Perih. Dingin. Jihye seketika pening.  "Hoseok aku lelah."

"Tidak! Bertahan Jihye bertahan! Kumohon!" Tergesa Hoseok mengeluarkan ponsel meminta bantuan. Dia tidak akan mungkin bisa membawa sendiri Jihye ke rumah sakit dalam keadaan seperti ini. Hoseok tidak tahu mengapa Jihye bisa bertindak senekat ini. Otaknya tidak bisa memikirkan apapun selain Jihye dan bayinya harus selamat. Tidak tahu sedalam apa luka yang tertoreh, Jihye harus selamat.

Meski tubuh dalam dekapannya mulai lemas dan Hoseok semakin kalut.

"Jihye! Jihye! Buka mata Jihye!"

"Jihye please ..."

"Jihye maaf, Jihye please ..."


Jihye harus selamat.



Please, Jihye ...



Tolong bertahan;


*

Meski kenyataan selalu menyuguhkan alasan untuk menyerah, jangan berhenti.


Tolong bertahan;

Hidup memang tidak pernah dijanjikan akan berjalan seindah mimpi-mimpi.

Namun setidaknya selalu ada hal baik yang bisa disyukuri dan hal-hal baik setelahnya yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Semua akan baik-baik saja.

Aku janji;


Hoseok mengumpat berkali-kali sembari menunggu dengan cemas di depan ruang penanganan. Sendirian. Ketakutan. Mengabaikan tatapan heran orang-orang yang berlalu lalang memperhatikannya; seorang laki-laki dengan tampang berantakan dan pakaian bernoda darah. Beberapa perawat yang bertugas sudah menyarankannya untuk membersihkan diri. Namun Hoseok sama sekali tidak mau beranjak. Dia ingin memastikan terlebih dahulu bahwa Jihye dan bayinya baik-baik saja. Meskipun keadaannya sudah jelas memberi jawaban yang bertentangan. Hoseok tetap ingin keduanya baik-baik saja.

"Pasien kehilangan cukup banyak darah hingga membuatnya kehilangan kesadaran.  Beruntung pasien mendapatkan  pertolongan  pertama sehingga tidak sampai terjadi hal fatal yang membahayakan. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan pasien dan bayinya." Penjelasan dari dokter yang menangani jihye bahkan berputar terus-menerus dalam kepala Hoseok. Memperkeruh pikirannya juga hatinya. Menghadirkan skenario-skenario menakutkan yang tidak disukainya. Membuat dadanya terasa begitu tidak nyaman. Cemas.

House of Cards✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang