11th Card

251 43 17
                                    

“Kandungan Nyonya Jung sedikit kurang nutrisi. Hal ini bisa disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur atau memang kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Diusahakan ibunya jangan terlalu banyak beban pikiran, karena bisa berpotensi buruk bagi bayinya.”

Hoseok mengangguk mendemgar penjelasan dokter muda di hadapannya. Mengingat ingat hal penting yang perlu diperhatikan. Juga bertanya tentang hal yang tidak dia pahami. Tadinya dia mau menghubungi Aerin, teman Jihye. Namun lantaran panik dia akhirnya membawa Jihye ke tempat praktik dokter kandungan terdekat dari tempat mereka tinggal. Beruntung Jihye tidak mengalami masalah serius perihal kandungan. Efek samping melewatkan makan siang dan stress membuat asam lambungnya naik dan perutnya terasa sakit.

Setelah berbicara dengan dokter di ruangannya. Hoseok bergegas kembali ke ruang rawat Jihye. Ada satu orang lagi yang harus dihadapi Hoseok setelah ini. Bukan Jihye, tapi Nyonya Jung yang lain.

“Kenapa Ibu baru tahu Jihye mengandung setelah usia kandungannya setua ini?” protes Nyonya Jung tepat setelah Hoseok mengabarkan hasil pemeriksaan Jihye oleh dokter tadi. Perempuan baruh baya itu jelas terlihat kesal, sebab Hoseok memang belum sempat mengabarkan kehamilan Jihye pada perempuan nomor satu di hidupnya tersebut. Nyonya Jung merasa tidak dihargai dan kemarahannya tersebut ditumpahkan sepenuhnya pada Hoseok, mengingat Jihye masih dalam kondisi lemah. Sementara Jihye sendiri menghabiskan makanannya sambil menikmati pemandangan Hoseok yang pasrah diceramahi sang Ibu. Menarik. Dia tidak perlu menyalakan televisi untuk mengusir bosan.

“Ibu, usia kandungan Jihye baru berjalan tiga belas Minggu.” Hoseok coba membela diri.

“Jadi kau baru akan menghubungi ibu setelah Jihye melahirkan? Iya? Kau benar-benar mau jadi anak durhaka Jung Hoseok?” Beruntung setelah menerima telepon dari Hoseok, Nyonya Jung hanya datang sendiri malam ini. Seandainya Tuan Jung juga ada, habislah dua telinga Hoseok mendapat serangan omelan dari dua sisi. Hoseok merasa bersyukur karena ayahnya sedang pergi keluar kota bersama kakak iparnya. Dia selamat untuk saat ini.

Sungguh dia tidak bermaksud menyembunyikan fakta kehamilan Jihye dari ibunya. Hanya saja dia belum menemukan saat yang tepat untuk menyampaikan kabar bahagia ini. Hubungannya dengan Jihye masih belum stabil dan mereka kerap berpura-pura mesra di hadapan orangtua mereka untuk menyembunyikan hal tersebut. Hoseok hanya tidak ingin Jihye merasa terbebani jika mereka melakukannya lagi dan pada akhirnya hanya akan mengganggu kehamilannya.

“Kau juga Jihye!” Jihye mengangkat pandangan, menyadari bahwa dia juga tak luput dari kekesalan hati Nyonya Jung. Perempuan itu pun menatap Ibu mertuanya dengan pandangan bersalah. Dilihatnya Nyonya Jung mendudukan diri pada sofa panjang di sudut ruangan, memijat pelipisnya lelah. “Kaupunya nomor telepon Ibu kan? Kenapa hanya ibumu yang boleh tahu kabar bahagia ini? Apa Ibu ini bukan ibumu juga?”

“Bukan begitu Bu …”

Jihye hendak menjelaskan, tapi Hoseok menghentikannya. “Aku yang menyuruh Jihye tidak mengabari Ibu terlebih dahulu.”

Jihye melempar pandangan pada Hoseok. Tidak menyangka pria itu menyampaikan  kebohongan lain pada ibunya.

Mendengar pernyataan Hoseok, Nyonya Jung menghela napas untuk kesekian kali. “Rasanya Ibu mau mencari anak dan menantu baru saja.”

“Memangnya ada anak lain yang setampan aku?”

“Kapan aku pernah bilang punya anak tampan?” Jihye menahan tawa mendengar ini. Apalagi melihat ekspresi tidak terima Hoseok. Benar-benar momen langka yang jarang ia temui. Hoseok dan ibunya. Meski Nyonya Jung sungguh-sungguh tampak kesal tapi perempuan paruh baya itu masih tetap hangat pada keduanya. Jihye jadi ingin ibunya ada di sini juga. “Ibu tidak mau tahu. Pokoknya setelah Jihye diperbolehkan pulang, kalian tinggal di rumah ibu untuk sementara waktu.”

House of Cards✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang