22nd Card

319 50 53
                                    

Kangen tidak? T-T
Selamat membaca 💜

_______________________

Sekarang ini, bukankah semuanya sudah sangat jelas?

Sebenarnya, layaknya anak perempuan pada umumnya, Jihye tumbuh dengan kepercayaan bahwa kasih sayang dan cinta adalah suatu keajaiban indah yang dianugerahkan pada manusia. Cinta bisa mempersatukan orang-orang, cinta bisa membawa banyak kehangatan, juga cinta adalah alasan mengapa ayah dan ibu bisa hidup bersama. Layaknya gadis kecil pada umumnya, Jihye tidak punya pikiran negatif apa-apa tentang cinta. Baginya, cinta adalah hal yang bisa membuat semua orang bahagia.

Hingga satu hari Jihye mendapat berita yang menghancurkan semua imajinasinya tentang cinta, tentang kesetiaan, tentang kebahagiaan. Ayahnya pulang ke rumah bersama seorang gadis kecil yang berusia lebih muda tiga tahun darinya. Gadis yang cantik, yang sekilas terlihat seperti memiliki kemiripan dengan dirinya.

"Jihye, dia adikmu, Han Nara," ucap ayahnya waktu itu. Saat itu Jihye sudah berusia delapan belas tahun. Sudah cukup besar untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Awalnya tentu Jihye bingung. Dia tidak pernah mengetahui ibunya hamil sebelum ini. Jika gadis kecil yang dibawa ayahnya itu memang adiknya mereka pasti tumbuh besar bersama. Namun Jihye sadar, mereka tidak tumbuh bersama karena keduanya memang tidak lahir dari rahim yang sama.

Han Nara adalah anak ayahnya dengan perempuan lain. Ayahnya mengkhianati ibunya, saat Jihye bahkan masih terlalu kecil untuk menerima sebuah pengkhianatan. Jihye marah, tentu.

Jihye tahu sebelum ayahnya membawa Nara ke rumah, hubungan kedua orangtuanya memang tidak begitu baik. Mereka kerap bertengkar dan tak jarang pula terjadi kekerasan. Jihye benci tiap kali ayahnya bertindak kasar pada ibunya. Namun Jihye tak pernah bisa melawan. Ibunya juga selalu menahan. Mengatakan bahwa Jihye harus tetap menghormati ayahnya karena tanpa ayah, Jihye tidak akan pernah lahir ke dunia. Jihye masih bisa bertahan dengan alasan itu. Menerima nasib tinggal dan tumbuh di keluarga yang tidak harmonis. Mengabaikan kekecewaan dan rasa marahnya pada sang ayah. Namun ketika Jihye tahu, ayahnya tidak hanya kasar pada sang ibu tapi juga mengkhianatinya, Jihye berpikir ... lebih baik dia tidak pernah punya ayah.

Mungkin lebih baik begitu, karena setelah keduanya bercerai, Jihye baru tahu alasan mengapa ayah dan ibunya tidak pernah terlihat bahagia bersama. Alasannya adalah karena sejak awal keduanya memang tidak pernah punya rencana untuk menghabiskan hidup bersama. Mereka hanya terpaksa dipersatukan keadaan karena satu kesalahan yang terjadi, kehadiran Jihye.

Jihye ... sejak awal memang tidak pernah diharapkan.

Sekarang juga begitu, kan?

Perempuan hamil itu buru-buru meletakkan kembali ponsel suaminya ke atas meja begitu mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka. Mengusap cepat sudut matanya yang sedikit basah agar tak diketahui Hoseok. Tetap, Jihye tidak ingin terlihat lemah.

"Jihye?" Jihye yang pura-pura sibuk menata makanan mengangkat pandangan. "Aku ganti baju dulu, setelah itu kita sarapan bersama, oke?"

"Iya," jawab Jihye singkat. Perempuan itu menatap punggung Hoseok yang menghilang di balik pintu kamar secara perlahan. Melihatnya, terbesit pemikiran yang tak bisa Jihye abaikan; apa setelah ini pada akhirnya Hoseok juga akan menghilang dari kehidupannya? Jihye kira dia cukup tangguh untuk menghadapi kemungkinan ini, nyatanya mengetahui Hoseok membohonginya sekali lagi saja sudah cukup membuatnya rapuh.

Apa Hoseok memang sangat tidak dapat dipercaya atau Jihye yang terlalu bodoh dan merasa yakin begitu saja?

Hoseok berkali-kali berjanji ingin memperbaiki, lalu kemudian berakhir dengan Jihye yang patah hati.

House of Cards✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz