12th Card

242 40 18
                                    

Jika ada yang bertanya pada Jihye apakah dia bahagia selama ini tinggal bersama Hoseok, mungkin perempuan itu perlu berpikir beberapa saat untuk menjawab. Dikatakan bahagia … Jihye merasa tidak, tapi jika dikatakan tidak bahagia pun, Jihye merasa baik-baik saja. Entah. Sedikit sulit untuk menjabarkan kehidupannya bersama Hoseok. Namun jika ada yang bertanya pada Jihye apakah dia bahagia selama dia tinggal di rumah orangtua Hoseok, dia akan dengan yakin menjawab, “Tentu saja!”

Dua minggu tinggal di rumah orangtua Hoseok, Jihye menyadari jika sebenarnya Hoseok dibesarkan di tengah keluarga yang hangat. Nyonya Jung adalah sosok ibu yang penyayang , terlihat dari bagaimana caranya memperlakukan Hoseok juga Jihye. Meski terkesan cerewet layaknya ibu-ibu pada umumnya,tapi nasihat-nasihat yang yang diberikan membuat Jihye merasa disayangi. Sementara Tuan Jung, meski terlihat kaku dan kolot, Jihye bisa merasakan begitu besar perhatian dan kasih sayang yang dimiliki pria itu untuk anak-anaknya. Meski Jihye cukup menyadari, jika Hoseok tidak begitu nyaman selama mereka tinggal di rumah ini.

Bagi Jihye pribadi, rumah orangtua Hoseok mungkin akan menjadi tempat favorit kedua setelah rumah ibunya sendiri. Ibu Hoseok tidak pernah memperlakukannya dengan tidak baik, begitu juga Ayah Hoseok. Pemandangan Hoseok yang kerap diceramahi ibunya juga masih menjadi hiburan tersendiri bagi Jihye. Belakangan, dia sering melihatnya.

Tidak pernah ada hal khusus yang Jihye lakukan selama tinggal di rumah ini. Dia selalu dilarang melakukan pekerjaan yang dianggap Nyonya Jung tidak ringan. Seperti mencuci piring, mengepel lantai atau membantu memasak untuk makan malam bersama. Nyonya Jung selalu beralasan jika Jihye dilarang kelelahan. Padahal kegiatan-kegiatan tersebut adalah apa yang biasa Jihye lakukan di rumah. Untuk perihal yang ini mungkin Jihye sedikit kesal karena dia tipe perempuan yang mudah bosan jika tidak melakukan apa-apa. Salah satu cara untuknya bisa mengusir kebosanan adalah  menelepon Jungkook.

“Noona! Apa kabar keponakanku? Kenapa kau jadi semakin mirip babi!” ledek Jungkook terbahak, tepat beberapa detik ketika wajahnya baru saja muncul di layar ponsel Jihye. Jihye memberengut mendengar itu, dia bahkan belum mengatakan apa-apa. Mendadak dia malas bicara dengan Jungkook. Namun saat akan memutus panggilan, Jungkook menyahut cepat, “Ey! Ey! Noona jangan ditutup! Iya iya maaf aku hanya bercanda!”

“Bercandamu tidak lucu!” ketus Jihye membuat Jungkook di seberang sana terkekeh. Dilihat dari latar belakangnya Jungkook tampak sedang ada di kamarnya. Mungkin efek hari Minggu. Pemuda itu pasti malas keluar rumah.

“Iya iya maaf. Kau tetap cantik meski perutmu buncit,” ucapnya mengalah. “Memangnya Hoseok Hyung tidak pernah bilang begitu?”

Jihye memutar bola mata jengah. Tidak mungkin. Hoseok memuji Jihye cantik? Bisa mendadak botak mungkin dia! “Kapan muka panjang itu pernah bilang aku cantik?”

Jungkook tak kuasa menahan tawa. “Oh jadi kau ingin dipuji Hyung cantik?” komentarnya, mengabaikan Jihye yang menatapnya datar.

“Tentu saja tidak!” sanggah perempuan itu. Tidak dipuji Hoseok juga dia masih tetap hidup. Dia tidak ingin pujian. Dia hanya menginginkan sesuatu yang lain. “Kook, kau ingat kan saat di rumahku, kau bilang orang hamil suka menginginkan sesuatu yang aneh-aneh?”

Jungkook tampak berpikir, “Tidak ingat, tapi memang seperti itu kenyataannya. Memangnya kenapa?”

“Sepertinya, aku sedang mengalami hal itu sekarang.”

“Wah wah jangan aneh-aneh, Noona. Aku ingat bagian kau tidak akan menyuruhku apa pun jika sedang mengidam.”

“Siapa yang mau menyuruhmu? Aku mau menyuruh Hoseok.”

“Syukurlah aku selamat.” Jungkook pura-pura bernapas lega. “Memangnya kau sedang ingin apa?”

“Ingin dia memenuhi keinginanku.” Sebenarnya Jihye tidak ingin manja pada Hoseok. Demi Tuhan. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia sangat ingin mengerjai Hoseok saat ini.

House of Cards✓Where stories live. Discover now