15th Card

285 44 20
                                    

Minal aidin wal faidzin 🙏🙏 Mohon maaf saya banyak salah🙏🙏
______

Jihye adalah tanggung jawab Hoseok.

Mau tidak mau. Ingin tidak ingin.

Sebagai seorang suami, sudah menjadi kewajiban Hoseok untuk memastikan Jihye selalu baik-baik saja. Dalam keadaan apa pun dan situasi yang bagaimana pun. Mungkin di awal pernikahan Hoseok sempat mengabaikan hal itu. Namun semenjak Jihye hamil, pria itu sadar, ada nyawa lain yang berhak mendapatkan perhatiannya.

Menelepon Jihye sekali lagi dan kembali hanya direspon oleh suara operator membuat Hoseok frustrasi. Laki-laki itu kembali datang ke kantor Jihye sore ini untuk menjemput istrinya pulang, tapi setelah menunggu hingga kantor penerbitan tersebut tampak sepi Jihye belum juga tampak keluar. Beruntung Hoseok mengingat wajah salah satu teman Jihye yang datang ke resepsi pernikahan mereka. Minji, gadis itu pulang belakangan karena harus menyelesaikan beberapa deadline.

“Jihye izin pulang lebih awal tadi siang, katanya sedang tidak enak badan. Wajahnya pucat sekali.” Jawaban Minji sukses membuat Hoseok semakin panik. Apalagi setelah orang rumah mengabarkan bahwa Jihye tidak ada di rumah dan belum terlihat pulang sama sekali. Harus mencari ke mana Hoseok sekarang?

Tidak ingin diam lebih lama, Hoseok melajukan mobil ke tempat pertama yang ada dalam pikirannya. Awalnya dia ingin mencari ke rumah orangtua Jihye, tapi akan lebih besar masalahnya jika ternyata Jihye tidak ada di sana.

Laki-laki itu mengingat-ingat, apakah sebelum ini dia pernah tidak sengaja berbuat salah pada Jihye? Hingga perempuan itu memutuskan tidak pulang ke rumah ibunya? Hoseok rasa tidak.

Dia dan Jihye baik-baik saja. Bahkan tadi pagi juga masih baik-baik saja.

Jadi ke mana sebenarnya perempuan itu sekarang?

*

Hoseok bisa sedikit bernapas lega, melihat sepatu kerja Jihye tergeletak di dekat rak. Perempuan itu ternyata pulang ke rumah mereka yang memang sudah satu bulan lebih tidak ditinggali. Entah rindu, entah jenuh, Hoseok menebak bahwa Jihye sedang butuh waktu untuk sendiri. Mengingat istrinya itu bukan tipe yang akan tiba-tiba kembali ke rumah tanpa berpamitan pada ibu mertuanya. Mungkin Jihye memang butuh istirahat sejenak. Kata Minji, Jihye mengeluh tidak enak badan kan? Rumah mereka lebih dekat dari kantor Jihye.

Hoseok melangkah masuk menuju kamarnya, yakin akan menemukan Jihye di sana. Tebakannya tidak salah. Dilihatnya Jihye tengah bergulung selimut di atas ranjang, hanya saja matanya sama sekali tak terpejam. Pandangannya menerawang, entah tengah memikirkan apa.

Menyadari kehadiran orang lain di sekitarnya, Jihye menoleh. Tatapan mereka bertemu.

Senyap.

Hoseok mendekat menghampiri Jihye. Mendapati bibir pucat dan wajah lelah yang membuatnya khawatir. Seingatnya tadi pagi Jihye masih tampak sehat-sehat saja. Menghela napas, Hoseok menyentuh kening Jihye dengan punggung tangannya.

“Kau demam, apa tidak sebaiknya kita ke dokter?” ujarnya.

Jihye menggeleng, meyakinkan Hoseok jika dia hanya sedikit kelelahan. Perempuan itu sama sekali tak terkejut Hoseok mengetahui keberadaannya. Dia juga tidak sedang bersembunyi dari seseorang, kan?

“Sudah makan siang?”

“Sudah.”

“Sungguh?”

“Kau bertanya atau menuduh?” Ternyata Jihye masih punya cukup tenaga untuk mendebat. Perempuan itu menepuk sisi kosong yang biasa ditempati Hoseok. Mengundang Hoseok berbaring bersamanya. Membuat laki-laki itu semakin bingung. Mengapa sikap Jihye mudah sekali berubah?

House of Cards✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang