20th Card

223 42 32
                                    

Hai, selamat bertemu lagi🙏
____________

[Fr : Jung Hoseok]
Jihye maaf, ada urusan penting yang mendadak harus kuselesaikan. Kau boleh menginap di rumah Ibu, aku akan menjemputmu besok sepagi mungkin.

Jihye berdecak pelan, meletakkan ponsel pintarnya ke atas meja makan usai membaca pesan yang baru saja masuk. Padahal ia tidak ada niat untuk menginap malam ini. Besok dia harus berangkat kerja pagi-pagi dan mengurus naskah-naskah yang terabaikan hari ini. Raut wajah Jihye yang tampak tak senang menarik perhatian ibunya.

“Ada apa? Hoseok tidak bisa ke sini?” tanya perempuan paruh baya tersebut. Usai menyelesaikan makan malamnya.

“Katanya ada pekerjaan yang mendadak harus diselesaikan. Apa aku pulang naik taxi saja ya, Bu?”

Nyonya Han berdecak. “Jangan konyol, Jihye-ya. Kau ini sedang mengandung. Ibu tidak akan bisa tenang membayangkan terjadi sesuatu padamu di perjalanan. Menginap saja di sini.”

“Tapi aku harus berkerja besok.”

“Suruh Hoseok menjemputmu pagi-pagi sekali.” Nyonya Han bangkit untuk membereskan makan malam mereka. Jihye pun turut membantu.

“Dia sudah berkata seperti itu tadi.”

“Kalau begitu tidak ada yang perlu kau resahkan. Menginap di sini saja semalam. Anggap saja kesempatan langka karena kau sudah lama tidak pulang ke rumah.”

Tidak ada pilihan lain. Jihye harus bermalam di rumah ibunya hari ini. Sembari dalam hati berharap semoga dia tidak terlambat bekerja besok pagi. Izin berturut-turut tanpa keterangan jelas bisa saja membuatnya mendapat masalah.

Alih-alih tidur di kamarnya, Jihye memilih tidur bersama ibunya. Namun saat akan membaringkan diri, pandangannya teralih oleh sesuatu berwarna silver di atas nakas. Tepatnya lembaran berpita yang rasanya cukup familiar untuknya. Undangan?

Han Nara.

Nara?

Jihye menyipit mata, nama yang tercetak di halaman depan terasa begitu familiar buatnya. Keduanya. Baik mempelai perempuan dan laki-laki. Jihye berdoa semoga yang ada di pikirannya tidaklah benar. Namun saat ibunya datang, Jihye tidak menahan diri untuk bertanya.

“Apakah Ibu kembali bertemu ayah?”

Ada ekspresi terkejut yang tidak disukai Jihye. Jihye tidak menyukai kebenarannya.

Sooner or later we’ll wonder why we gave up

The truth is every one know

Almost is never enough.

Dunia tidak pernah adil, katanya.

Banyak harapan yang dipangkas kenyataan, banyak doa yang terjawab dengan kesedihan,  juga semoga yang berakhir dengan mengapa tanpa karena.

Kadang Hana berpikir, mengapa mencintai saja harus menjadi perkara yang sesulit ini? Bukankah semuanya bisa dibuat lebih sederhana? Hana mencintai Hoseok, Hoseok mencintai Hana. Mereka bahagia bersama dan saling menjaga pada akhirnya. Apa Hana tidak cukup pantas untuk itu? Mengapa takdir tidak bisa digariskan seperti itu saja, tanpa adanya Jihye sebagai penghalang?

Penghalang. Apakah Hana terlalu kejam jika menyebutnya seperti itu?

Hana bahkan lebih dulu mengenal Hoseok. Jihye bahkan tidak pernah mengenal laki-laki itu sebelum ini. Hana tidak pernah berhutang apa pun pada Jihye. Kenapa Hana harus terpaksa mengalah?

Kenapa Hana harus merelakan apa yang sebenarnya adalah miliknya.

Perempuan itu hanya ingin memeluk lelakinya lebih lama lagi. Lelakinya. Lelaki Jihye sekarang ini.

House of Cards✓Where stories live. Discover now