Epilog

149 31 14
                                    

Bagaimana cara Tuhan menghadirkan cinta?

Hoseok sebenarnya tidak cukup mengerti. Bagi Hoseok, cinta adalah satu kata yang sakral sekaligus sederhana. Cinta ada di mana saja, datang darimana saja, dan bisa dibagikan ke siapa saja dengan bentuk yang beragam. Cinta adalah sesuatu yang abstrak dan tidak terjabarkan. Namun diakui atau tidak, cinta adalah sesuatu yang bisa dengan mudah kita rasakan, sehari-hari.

Katakan Hoseok bodoh sekali lagi kali ini, tapi Hoseok benar-benar tidak mengerti. Bagaimana bisa dari jutaan perempuan di dunia Tuhan memilih mempersatukan Jihye dengannya? Jihye yang sama keras kepalanya dengannya. Jihye yang latar belakangnya sangat berbeda dengannya. Jihye yang ternyata rapuh dan semakin rapuh karenanya. Jihye yang pernah memilih menyerah karenanya. She deserve better.

Tidakkah Tuhan telah keliru?

"PAAA!" Hoseok tersenyum. Seorang gadis kecil pada babyseat di hadapannya berusaha menarik perhatian Hoseok. Mengulurkan tangan kecilnya dengan antusias. Menunjukkan remah-remah biskuit susu yang melekat di sana. "Biiss!"

"Habis? Biskuitnya enak?" tanya Hoseok, meraih selembar tisu basah di atas meja dan mengusap lembut telapak tangan bayi dua tahun tersebut. Bulu matanya yang lentik dan senyum manisnya merupakan favorit Hoseok. Senyum yang dulu jarang dilihatnya meski dia suka. Senyuman Jihye. "Besok lagi ya? Sekarang kita puu ..."

"Yaang!"

Hoseok tertawa gemas. Menciumi pipi gembul putrinya dan membawanya dalam gendongan. Hari ini mereka sudah cukup menghabiskan waktu di restoran dan harus segera pulang jika tidak ingin Jihye marah.

"Pulang, Bos?" sapa Seokjin, dengan apron yang masih terpasang. Tangannya terulur ingin mencubit pipi gembul gadis kecil dalam gendongan Hoseok, tapi langsung ditepis kasar oleh ayahnya.

"Jangan pegang-pegang! Nanti dia rewel!" tegurnya.

"Pelit sekali. Pasti karena kau tidak bakat menenangkan jika Eunbi menangis," cibir Seokjin yang dibenarkan Hoseok dengan mengangkat kedua alisnya.

"Aku titip restoran dulu ya, Hyung. Kalau sempat nanti aku kembali, kalau tidak, seperti biasanya saja."

"Oke!" Laki-laki tampan itu kembali menaruh perhatiannya pada Jung Eunbi. Mengusap rambutnya pelan. "Hati-hati di jalan ya anak baik. Kapan-kapan Uncle Jin buatkan kue. Semoga Eomma Appamu lekas baikan supaya kau tidak pusing digiring ke sana kemari."

"Hyung!" Hoseok tidak bisa berkata kasar dan itu membuat Seokjin tertawa jahat. Hoseok sebal, tapi tidak bisa protes.

Pada kenyataannya hubungan Hoseok dan Jihye memang begitu.

Tidak benar-benar berpisah, tapi juga tidak bersama. Jihye lebih memilih merawat anak mereka bersama tanpa harus tinggal satu rumah. Namun perempuan itu juga tidak melarang Hoseok untuk turut andil dalam kehidupannya. Rumit.

Orangtua keduanya bahkan tidak habis pikir dengan apa yang tengah dijalani anak-anak mereka. Hampir dua tahun lamanya. Namun itu bukan masalah besar bagi Hoseok. Selama Jihye nyaman dan bahagia, Hoseok yang akan mengalah. Dia bahkan sudah tidak memikirkan lagi tentang dance dan dunia lamanya. Mungkin memang masanya telah kadaluwarsa. Toh sekarang dia punya hiburan lain yang menjadi fokusnya. Jung Eunbi, gadis kecil mereka.

"Eomma! Eunbi pulang!" seru Hoseok, sesaat setelah membuka kata sandi apartemen Jihye. Jihye yang tengah duduk di sofa segera bangkit dan  menghampiri keduanya. Mengambil alih Eunbi dari gendongan Hoseok dan mengecupnya sayang.

"Pulang jalan-jalan dengan Appa ya? Mana oleh-oleh Eomma?" godanya pada Eunbi. Meski batita itu pasti tidak sepenuhnya paham, tapi Eunbi tetap tertawa dan itu mengundang senyum Jihye.

Senyum yang Hoseok suka. Belakangan dia sering melihatnya.

Hoseok berani bertaruh apa pun untuk melihat pemandangan di hadapannya saat ini. Jihye yang terlihat bahagia dengan Eunbi dalam gendongannya. Potret keluarga kecilnya.

Hoseok sadar, terkadang Tuhan memberi apa yang kita butuh bukan apa yang kita mau. Jadi jika dulu Hoseok menginginkan Hana sebagai pendampingnya dan kehidupan bebasnya sebagi dancer, sekarang dia lebih butuh kehidupan sederhananya sebagai ayah satu anak dan Jihye yang tetap ada di dekatnya.

Naik turun yang telah mereka alami sebelumnya menjadi pelajaran berharga bagi Hoseok dan Jihye. Alasan bagi Hoseok untuk tetap mengusahakan yang terbaik bagi keluarganya dan menjadi lebih baik untuk dirinya sendiri.

"Appa mau langsung kembali ke restoran?" tanya Jihye, setelah puas dengan Eunbi.

"Aku tidak sedang diusir, bukan?"

Jihye tersenyum kembali, "Tidak. Kau bahkan boleh menginap jika mau."

"Kenapa kita tidak pulang bersama saja ke rumah lama Eomma?" lirih Hoseok, mencoba.

"Tidak sekarang, Appa. Mungkin besok atau besoknya lagi atau entah kapan," balas Jihye sambil lalu. Namun terasa seperti kabar paling baik bagi Hoseok. Raut wajah pria itu menjadi cerah. Paling tidak Jihye sudah ada pemikiran untuk kembali tinggal dengannya.

Hoseok tidak tahu, bagaimana cara Tuhan menghadirkan cinta. Mungkin cinta terselip melalui kebersamaan yang biasa atau ujian yang menyadarkan keduanya. Hoseok tidak tahu pasti.

Hoseok hanya tahu, dia mencintai Jihye.

Hanya dengan Jihye, dia ingin membangun ulang pernikahan mereka agar lebih kuat dan bisa menjadi sandaran bagi ketiganya.

'Desember 2021
House of Cards
END

House of Cards✓Where stories live. Discover now