13th Card

259 39 29
                                    

Coba bacanya sambil dengerin House of Cards🎶
Selamat membaca💜
----

Es serut, sirup, susu kental manis dan taburan buah-buah segar. Hoseok menyodorkan seporsi Bingsu buatannya ke hadapan Jihye. Meski masih tidak yakin dengan rasanya, tapi dia percaya diri. Buah dan susu tidak pernah punya rasa yang aneh, kan?

“Berantakan.”

Hoseok mendelik mendengar itu.

“Aku tidak minta pendapatmu, Hyung!” Dengan isyarat matanya, laki-laki itu menyuruh Seokjin keluar.

“Memang tidak tahu terima kasih kau Jung Hoseok!” hardik Seokjin, sedikit kesal. Dia keluar dari ruangan Hoseok dengan masih menggerutu. Laki-laki itu memang sedikit membantu Hoseok tadi. Maklum saja, meski anak dari pemilik restoran, Hoseok kan belum pernah membuat Bingsu sendiri. Kalau makan dia sering. Apalagi saat masih menjalin hubungan dengan Hana

Sebatas pengetahuan Hoseok Bingsu hanya es serut dengan topping buah-buah. Namun menyajikannya untuk orang lain ternyata tidak sesederhana itu. Dia akui tampilan bingsunya memang jauh bila dibanding buatan Seokjin yang dihidangkan untuk para pelanggan, tapi … Hey! Dia kan membuat ini khusus untuk anaknya. Tidak ada yang bisa menandingi untuk hal itu.

“Bagaimana?”tanyanya pada Jihye. Entah mengapa dia begitu gugup, persis seperti peserta master chef menunggu komentar juri. Apalagi perempuan itu sedang menempati kursi kerja Hoseok, sementara Hoseok duduk di hadapannya.

“Berantakan,” komentar Jihye membeo Seokjin. Begitu datar. Jika bukan karena senyum jahil Jihye setelahnya, Hoseok sudah mengira Jihye serius.

“Ayolah Jihye. Kau bahkan belum mencoba rasanya,” keluh Hoseok tak teruma. “Mau kusuapi lagi?”

“Tidak, terima kasih.” Jihye menyendok sesuap penuh Bingsu. Sensasi dingin yang manis langsung menyapa indera perasanya saat serutan es itu lumer di mulut. Rasanya nikmat. Jihye mencoba sesendok lagi. Kali ini segarnya potongan buah membuatnya ingin makan lagi dan lagi.

“Enak!” komentar Jihye tulus membuat Hoseok tersenyum lega. Apalagi melihat betapa antusiasnya Jihye. Laki-laki itu meraih sendok baru untuk turut mencicipi. Belum sampai sendok Hoseok menyentuh gelas, Jihye menahan dengan miliknya sendiri.

“Punyaku,” ujarnya kembali datar. Kali ini benar-benar serius. Dia mendorong  sendok milik Hoseok menjauh dari bingsunya.

“Jihye?” Hoseok hanya ingin mencicipi sesendok. Masa tidak boleh? Hoseok bandel dan Jihye tetap bersikeras melarangnya.

“Hoseok!”

“Oh baiklah! Makan semuanya aku bisa buat sendiri lagi nanti!” Hoseok bangkit dan meninggalkan Jihye. Bukan merajuk. Dia memang harus menyelesaikan sesuatu untuk restorannya. Mengetahui hal itu Jihye tidak peduli. Bingsunya lebih menarik.

“Enak kan, Sayang? Kapan-kapan kita kerjai ayahmu lagi,” gumam Jihye, tersenyum. Menghabiskan buah buah masam dalam gelasnya.

Entah sejak kapan Hoseok dan Jihye menjadi sesantai ini. Mungkin setelah kejadian di rumah sakit? Atau karena Hoseok dan Jihye lebih sering berinteraksi saat di rumah orangtuanya? Jihye tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Dia rasa hubungan yang seperti ini memang terasa lebih baik untuk mereka.

Meski mereka lebih leluasa bercanda layaknya teman, bukan berarti Hoseok dan Jihye telah menjadi dekat. Masih banyak hal yang tidak Jihye ketahui tentang Hoseok, begitu juga sebaliknya. Dan Jihye pun tidak memiliki keinginan untuk mengetahui lebih jauh. Jihye tidak ingin Hoseok berpikiran macam-macam karena hal itu. Lagipula Hoseok saja tidak begitu peduli dengannya, kenapa dia harus begitu peduli tentang Hoseok?

House of Cards✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora