16th Card

281 41 20
                                    

Haii teman-teman👋
Mau curhat dikit di bawah boleh?
Selamat membaca🙏
____

“Jihye … apa pun yang sedang kau pikirkan, kau boleh membaginya denganku.”

Jihye menghentikan suapannya sebentar, mengangkat pandangan dan menemukan Hoseok yang tengah menatapnya intens. Pria itu terlihat sama sekali belum menyentuh hidangannya. Lebih memilih memastikan istrinya makan dengan baik. Sedikit banyak berhasil membuat Jihye salah tingkah. Namun perempuan itu dapat menutupinya dengan baik, hanya anggukan kecil yang didapat Hoseok sebagai balasan.

Sementara Jihye melanjutkan makan malamnya, Hoseok malah sebaliknya. Dia tidak berhenti memperhatikan perempuan yang beberapa bulan ini telah menyandang status sebagai istrinya. Hampir genap satu tahun. Satu tahun pernikahan dan Hoseok menyadari, dia masih belum benar-benar mengenal Jihye.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki dua sisi pada dirinya. Satu sisi adalah yang ingin mereka tunjukan pada dunia dan sisi lainnya mereka simpan rapat-rapat bagi dirinya sendiri. Semakin diperhatikan, Hoseok semakin sadar. Ada sisi lain dari diri Jihye yang baru dia temui belakangan ini. Di balik ketegaran dan kemandiriannya, rasanya ada ketakutan dan trauma yang disembunyikan. Hoseok tidak tahu pasti apakah tebakannya benar atau mengapa tiba-tiba terbesit pemikiran seperti itu di kepalanya. Dia hanya yakin, ada sesuatu yang dipendam oleh perempuan itu, yang membebaninya, yang membuatnya terlihat begitu lelah dan Hoseok ingin tahu itu apa.

“Sebagai informasi saja, diperhatikan saat sedang makan itu rasanya tidak nyaman,” tegur Jihye, kali ini tanpa mengalihkan perhatian dari makanannya.

Jujur saja dia risih sejak tadi diperhatikan Hoseok. Lebih merasa kesal karena tidak tahu apa yang ada di pikiran laki-laki itu saat tengah menatapnya.

Hoseok berdeham singkat. Buru-buru mengalihkan pandangan lantaran merasa tidak enak. Namun hanya sebentar, karena setelahnya dia kembali menatap Jihye dengan senyum terpatri di wajah. “Maaf,” ucapnya, “Aku hanya merasa sudah lama tidak bertemu denganmu.”

“Jangan konyol, kita bertemu setiap hari.” Hoseok bahkan selalu mengantar jemput Jihye selama tinggal di rumah orangtuanya.

“Memang benar, tapi rasanya aku kurang memperhatikanmu dengan baik. Seriously Jihye, jangan bekerja terlalu keras.”

“Jangan khawatir, aku baik-baik saja.”

“Kapan kau berhenti kerja?”

Jihye menatap tajam Hoseok, tidak suka dengan pertanyaan yang baru saja ia dengar.

Menyadari itu Hoseok buru-buru menambahkan, “Aku tidak mau kau terlalu lelah dan berakibat buruk bagi kondisimu, Jihye.”

“Aku hanya hamil, bukan mengidap penyakit mematikan.”

“Bisa tidak keras kepala? Aku mengkhawatirkanmu.”

Jihye tahu Hoseok menahan diri untuk tidak kesal padanya, karena sesungguhnya yang punya sifat keras kepala di sini bukan hanya Jihye, tapi juga Hoseok. Jihye menurunkan nada suaranya, tidak ingin memulai perdebatan. “Kantorku sudah memiliki ketentuan sendiri tentang cuti melahirkan. Sebentar lagi. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan.”

Pada akhirnya Hoseok mengangguk.

“Kau ingin kembali tinggal di sini atau tetap tinggal di rumah orangtuaku?”

“Kita pulang saja.” Jihye menyelesaikan makannya. “Tinggal di sini sampai aku melahirkan. Kau sepertinya tidak terlalu nyaman tinggal di rumahmu sendiri.”

Memang benar. Lucu.

“Kau menyadarinya?”

Jihye mengangguk menanggapi. Perempuan itu bangkit untuk meletakkan piringnya ke tempat cucian. Dengan sedikit susah payah sebab pergerakannya yang mulai terhalang perut buncit. Hoseok sigap mengambil alih piring Jihye, membiarkan perempuan itu tetap duduk.

House of Cards✓Where stories live. Discover now