S E L E S A I
BAHASA FRONTAL DAN TIDAK TERKENDALI! BAGI KALIAN YANG MASIH DI BAWAH UMUR HARAP TIDAK MEMBACA CERITA INI! NEKAT? SILAHKAN TANGGUNG SENDIRI AKIBATNYA!!
Permata Rusnandi atau biasa di panggil Tata, wanita 19 tahun yang memiliki tingkat o...
Jeno dan Nana berguling kesana kemari karena merasa bosan, mereka tidak tau ingin melakukan apa karena dipikirnya tidak ada hal yang seru saat ini. Tata sedang masak, Jeff ke kantor, lalu Mark sekolah.
"Nana, abang bothen" Ucap Jeno menatap keatas.
Mereka berdua sekarang sedang memandang langit-langit kamar. Dan oh, jangan lupakan juga tangan Jeno menggenggam tangan sang adik.
Persis seperti orang ingin nyebrang.
Nana angguk pelan, "he'um, Nana juga"
"Yaudah yuk kita keluar aja, bothen juga dikamar teruth"
"Hayuk!"
Jeno bangkit, tak lupa membantu sang adik dan menuntunnya keluar kamar. Bagus mereka ada dikamar bermain dilantai bawah sehingga Tata tak perlu khawatir kalau anak-anaknya mendadak keluar dan turun dari tangga seorang diri.
"Loh, Jeje sama Nana mau kemana? Udahan mainnya?" Tanya Tata saat kedua piyik itu melewatinya.
Kebetulan Tata baru selesai masak, dan sekarang tugasnya tinggal mencuci pakaian.
"Kita mau ke kandang Bongthik thama Nal, mama" Jawab Jeno.
Bongshik dan Nal, kucing peliharaan Tata serta ketiga anaknya.
"Yaudah, tapi jangan nakal ya. Jangan masuk ke kandang Bongshik sama Nal kalo ngga sama mama, oke" Ingat Tata.
Jeno dan Nana angguk atas perintah sang mama. Bukan tanpa alasan Tata memperingati anaknya seperti itu, sebab Bongshik pernah mencakar Jeno sampai tangannya berdarah.
Salahkan Jeno saja telah berani menggigit ekor Bongshik karena alasan gemas melihat kucing itu.
"Oke, mama" Jawab keduanya.
Jeno dan Nana pun sampai disebuah ruangan, dimana terdapat dinding kaca dengan rumah mini serta 2 ekor kucing didalamnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jika Jeno tampak senang karena melihat salah satu kucing disana mendekat ke arahnya, beda dengan Nana. Si cantik itu malah terlihat seperti ogah-ogahan.
"Nana, kok diam aja? Bongthik jelek ya?"
Tidak ada jawaban, Nana hanya diam dengan dagu bertumpu pada tangan kecilnya. Jeno pikir ada apa dengan adiknya ini?
"Nana e'e ya?"
"Heum, ngga.. Nana ngga e'e"
"Teruth kenapa diam?"
"Nana kan emang pendiam"
Jawaban polos sang adik buat Jeno manggut. Benar, dia baru ingat kalau Nana pendiam. Karena Jeno asik sendiri, Nana berdiri. Niat mau ninggalin Jeno disana.