BAB 7 : GET YOU

105 14 1
                                    

Jika orang-orang kesepian bergabung menjadi satu, akankah rasa sepi itu hilang? atau malah sebaliknya?

-Not House, but Home-

...

Kita tidak akan pernah tahu kejadian seperti apa yang menjadi pemicu di muka bumi ini. Sama halnya seperti Dinan, padahal ia sudah mempersiapkan diri dan siapa sangka bahwa hasilnya akan seperti ini? Sebuah pemicu yang tidak pernah ia perkirakan sebelumnya dan muncul secara tiba-tiba.

"Adikta Prima ...."

Nama Dikta dipanggil, berhasil membuat cowok berjaket merah maroon itu bangkit. Sesuai janji, sepulang sekolah, anak kelas 12 Bahasa 1 terpaksa tertahan di sekolah untuk melanjutkan pengambilan nilai seni musik. Ya, hanya saja kemarin berada di kelas, maka ini ruangan musik yang baru pertama kali Dinan mengunjunginya.

"Siap?" aba-aba guru musik dengan buku nilai di tangan.

Dikta yang membenarkan mic dari tiang, menggeleng. "Boleh pakai alat musik, Pak?"

"Silahkan."

"Kalau gitu ...." Bibir bawah Dikta terangkat, menyusuri setiap sisi ruangan musik.

"Lo butuh itu, Dik?" tanya Raya, menunjuk gitar listrik tepat di belakang drum. "Terakhir gue letak di sana kemarin."

"Nggak, kali ini yang lain." Mata bulat itu sontak bersinar cerah, langsung saja menuju dinding bagian sisi kanan, menghapus noda debu dari keyboard dengan sebelah tangan.

"Keyboard?" gumam Rin tidak percaya.

Dahi Raya mengernyit heran, sementara Dinan hanya membungkam, duduk di sudut belakang, menghindari kerumunan.

"Sejak tahun berapa lo bisa main keyboard, woi!" tanya Raya mengerjapkan mata tidak percaya. "Gila lo!"

Sebelah sudut bibir Dikta terangkat, mengatur model dentingan, begitu juga kunci yang akan digunakan. "Gue berusaha keras buat belajar ini," jawab Dikta, mendekati bibir mic. "Oke, gue mulai."

Baru beberapa nada dari keyboard dimainkan, suara tepukan tangan riuh seketika. Dinan melipatkan kedua tangan ke dada, bersadar di dinding dengan tidak tenang.

Baiklah, lihat siapa yang akan mendapat nilai tertinggi dan terdampar menjadi anggota band nanti.

Andai aku bisa, memutar kembali ...
Waktu yang telah berjalan ...
Tuk kembali bersama ...
Di dirimu selamanya ....

Bukan maksud aku, membawa dirimu ...
Masuk terlalu jauh, ke dalam kisah cinta ...
Yang tak mungkin terjadi ....

"Lagu ini ...." Dinan menahan napas, wajah yang tadi berusaha tetap tenang kini membeku seketika. Rona wajah yang pucat dan tangan yang refleks saja ingin tergepal erat. Kenapa? Kenapa ia bereaksi seperti ini?

____

Dan aku tak punya hati, untuk menyakiti dirimu
Dan aku tak punya hati, tuk mencintai
Dirimu yang selalu, mencintai diriku
Walau kau tahu diriku masih bersamanya ....

Not House, but Home [COMPLETE]Where stories live. Discover now