kamp perkemahan musim gugur (2)

3.4K 632 18
                                    

Hari kedua pun berlangsung hari itu cerah, tidak terlalu panas dan tidak terlalu mendung. Pas sekali jika bermain air di sungai yang dangkal.

M/n tengah duduk di bebatuan di dekat sungai, kaki nya ia rendamkan ke dalam air sementara mata nya menatap ke arah langit.

"apa yang sedang kau lakukan m/n?" tanya Zin yang sudah duduk di samping m/n.

"mematap langit dan merendam kaki ku, air nya tidak terlalu dingin.... Mana mijin biasa nya kau menempel pada nya" tanya m/n pada Zin

"dia lagi bermain wahana air bersama instruktur, jadi aku tidak ikut" jelas Zin kepada m/n.

"begitu ya"

M/n dan Zin tidak banyak yang mereka berdua bicarakan bersama, tapi karena itu membuat Zin nyaman ada di samping m/n yang kebanyakan diam tidak seperti teman teman nya yang lain yang pecicilan.

Malam hari nya para siswa si minta untuk memegang sebuah lilin.

"LILIN MENGORBANKAN DIRI MEREKA DEMI MEMERANGI SEKELILING NYA, MARI PIKIRKAN SEJENAK SIAPA ORANG YANG BAGAIKAN LILIN UNTUK DIRI KITA!"

Suara tangis terdengar malam itu, para instruktur memberikan kata kata yang membuat mereka semua sedih.

"ORANG TUA! ORANG TUA KITA!! MARI KITA INGAT WAJAH IBU, WAJAH YANG AKAN KITA LIHAT BESOK....HARUS NYA AKU GAK NGELUH!! HARUSNYA AKU GAK MARAH....!!"

Oke kata kata kramat, untung saja m/n kebal dengan yang seperti ini. yah m/n kebal karena m/n kan tidak memiliki ibu dan ayah jadi kata orang tua itu sama sekali tidak berpengaruh dan berkesan untuk nya.

Jay ada di samping m/n saat ini tangan Jay yang lain merangkul m/n karena si pria dengan rambut pirang ini tahu m/n tidak akan bereaksi apapun jika sudah begini.

"........"

"aku tidak apa apa Jay, terimakasih"

"......."

Malam kedua pun berlalu begitu cepat nya, semua kenangan berkumpul dan tertulis dalam memori masing masing. Tapi tidak ada yang mengira kalau ternyata malam itu masih terasa sangat panjang.

M/n ada di luar saat ini, ia merokok di luar kalau di dalam bisa bisa dia habis jika ketahuan Vasko, Seok dan juga Zin.

M/n pada akhirnya tidak bisa tidur, karena tubuh nya tidak kelelahan dan juga ia lupa membawa obat tidur dari rumah nya dan sekarang Insomia nya kambuh.

Asap dari bahan nikotin itu keluar dari mulut m/n, m/n akhirnya bisa merasakan bagaima rasa Nikotin itu di lidah nya.

Tiba tiba kegiatan nya terhenti seketika ketika m/n merasakan ia seperti mendengar sesuatu dari kejauhan....

"perasaan ku saja... Atau...... Ada suara seseorang?"

--------------------

M/n sudah menghabiskan beberapa batang rokok, saat ia ingin minum minuman kaleng ia terkejut karena Seok datang dan berlari ke arah nya dengan wajah panik.

"Seok ada apa?" tanya m/n

"Mijin Hilang... Hah.. Hah.. Lalu Zin---"

M/n membulatkan mata nya ketika ia mendengar langsung dari Seok apa yang terjadi, Seom dan m/n pun Akhirnya pergi mencari keberadan Mijin dan juga Zin.

"kau sudah lapor polisi?" tanya m/n pada Seok di tengah tengah mereka berdua berlari.

"sudah, katanya polisi akan datang 30 menit karena posisi kita ada di gunung saat ini" Jelas Seok kepada m/n

Seok, m/n dan teman teman yang lain pun mencari keberadan Mijin dan juga Zin, m/n bertanya dari mana Seok mendapatkan info itu dan Seok hanya menjawab kalau informasi itu ia dapatkan oleh teman nya yang berkerja di sebuah toko minimarket.

Ketika mereka semua membuka pintu Gudang alangkah terkejut nya mereka melihat Zin dengan darah di wajah dan tangan nya memukuli seseorang dan Mijin yang memeluk Zin dari belakang meminta Zin untuk berhenti, tapi sepertinya itu tidak cukup untuk menghentikan Zin.

Tap

Tap

Tap

M/n melangkah maju dan memegang kuat kedua pergelangan tangan Zin, Zin seketika berhenti ketika ia melihat m/n di hadapan nya dan memandang nya khawatir. M/n juga bisa merasakan kalau tangan Zin patah.

"Zin Cukup sampai di sini... Ingat seseorang yang tengah memeluk mu dari belakang saat ini" m/n berucap saat Zin sudah benar benar diam.

m/n bisa merasakan Emosi yang meluap luap dari Zin, Bukan kemarahan tapi lebih keputusasaan, rasa kecewa kepada diri sendiri dan rasa bersalah menjadi satu. Emosi ini..... Yang membuat Zin benar benar seperti hilang kesadaran.

Beberapa saat kemudian polisi pun datang ketempat kejadian. Para polisi menginterogasi Mijin sebagai korban dan juga membawa si pelaku, Sedangkan Zin tengah duduk di mobil ambulan.

M/n berdiri beberapa cm dari Zin, ia menatap laki laki itu dengan tatapan tajam.

"kenapa kau melihat ku seperti itu m/n, aku salah apa?" tanya Zin bingung karena ia di tatap tajam oleh m/n

"kau bodoh, jika ada sesuatu cari teman mu jangan bertindak gegabah... Kau ini" m/n marahi Zin karena kebodohan nya yang melawan Zeus tanpa pikir panjang.

"Zin, kamu beneran gak apa apa?" tanya Mijin yang baru saja datang setelah dia di Introgasi oleh polisi

"iya Mijin aku baik baik saja" jawab Zin dengan senyuman milik nya

"benar benar gak apa apa?" tanya mijin lagi memastikan

"Tentu saja" Jawab Zin lagi dengan senyuman lebar.

Mijin kini menatap m/n, m/n yang di tatap hanya memasang wajah bingung milik nya.

"m/n tolong jaga dia untuk ku ya" pinta Mijin ke arah m/n

M/n menganggukkan kepalanya tanda ia akan melakukan apa yang Mijin minta. Setelah itu Mijin pergi karena ia harus menuliskan laporan dengan pihak kepolisian.

Setelah Mijin pergi kini tinggal m/n dan Zin di sana...

"Zin kau gila"

"haha tapi kau suka kan?" tanya Zin sambil tertawa

"aku memang suka jika mendengar tulang itu patah,  tapi ini pengecualian bagi mu dan orang orang yang ku sayangi" m/n berucap sambil menatap Zin serius.

Zin terlihat sedikit terkejut, lalu ia tersenyum tapi tak beberapa lama kemudian....

Bruk!

Tubuh Zin tiba tiba ambruk, m/n yang memang berdiri tak jauh dari Zin berhasil menangkap tubuh itu dengan baik. M/n tersenyum kecil sambil menahan tubuh Zin agar tidak jatuh ke tanah.

'Zin, kau sudah berjuang dengan baik.... Istirahatlah'

TBC

Black One Eyed (Lookism x M. Reader) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang