02 ; abang

259 36 1
                                    

⚠️ sensitive content, orientation struggle, harshwords,
Yang tidak nyaman silahkan keluar. ⚠️
.
.
.

Mendung, entah kenapa langit sore itu tiba-tiba berubah menjadi kelabu, angin menyapu pelan menyisakan bayang semu dalam angan sosoknya yang kini terduduk di balkon kamar kost milik kekasihnya-begitu ia selalu menyebut meski merasa tak pantas.

Bukan karna tahta ataupun alasan klasik lainnya, melainkan norma dalam agama. Semesta memang kalau bercanda suka kelewat batas ya, dipertemukan dengan sengaja, dipisahkan dengan paksa, padahal keduanya sudah banyak berangan untuk bersama sampai tutup usia, kalau bisa.

Ketika baru saja membuka pintu kamar, Maviel disuguhkan pemandangan Keval yang tengah duduk bersandar pada tumpukan bantal dengan ponsel ditangannya, bahkan kedatangannya dihiraukan pemuda itu.

"Hayo, bales chat selingkuhan," celetuk Maviel sembari mengeringkan rambut basahnya,

"Matamu selingkuhan,"

Maviel tergelak mendengarnya, bahkan saat bangun tidur saja jiwa toxic Keval sudah beroperasi.

"Cuci muka sana, gue anter pulang, udah sore juga,"

"Ntar,"

"Buruan, dah keburu Maghrib,"

"Kenapa sih kenapa, lo bosen nungguin gue shalat?"

"Otak lo gue sentil sini, negatif mulu pikirannya," balas Mav, "itu serangga yang terbang-terbang, sakit nyolok mata,"

Keval hanya mengangguk pasrah, setelahnya ia bangkit, membuang ponselnya asal di atas kasur dan keluar menuju kamar mandi.

Tak memerlukan waktu lebih dari 4 menit untuk Keval kembali ke kamar, ia segera membereskan ransel nya juga susu yang tadi tak lupa dibelikan Mav sepulang sekolah.

Disisi lain, Mav tengah mengambil hoodie abu-abu nya, dipadukan dengan celana hitam selutut.

"Udah?" Tanya nya pada Keval yang dihadiahi anggukan,

Lantas setelahnya Mav mendahului membuka pintu, membelah jalanan padat kota disore hari dengan sang pujaan hati, mungkin kalau saja orang-orang disekitar mereka tau, mereka akan menghakimi atau bahkan memaki, tapi tidak apa, seperti ini saja sudah menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi keduanya.

Maviel melajukan motornya ketika Keval sudah menepuk bahunya tanda ia sudah naik dijok belakang.

Sore, identik dengan senja, angin sepoi, atau bahkan mendung dan hujan, entahlah, sore itu keadaan tenang, senja tak menampakkan diri, namun sinar mentari bekas siang tadi masih bersinar meski tak mengandung unsur terik.

"Mav?"

"Hm?" Mav memelankan tarikan gas nya agar mendengar apa yang hendak Keval ucapkan,

"Pengen meluk lo,"

Maviel mengernyit, melirik eksistensi Keval melalui kaca spion, tiba-tiba sekali bocah itu? Batinnya.

"Tapi ga jadi, lo susah diajak skinship an soalnya,"

"Peluk aja, gue ga ada ngelarang lo tuh,"

"Tapi abang ngelarang,"

Jawab Keval yang langsung membuat keduanya terdiam, Maviel yang fokus pada jalanan dan Keval, entah memikirkan apa.

Asa Bumantara✓Where stories live. Discover now