16 ; sabar milik bunda

143 10 1
                                    

Hebatnya tangisan Bunda tersuarakan, badannya lemas bersandar pada Bahtiar --sang suami-- yang juga hanya bisa terdiam kaku, semua yang baru saja Delvin ucapkan itu, apa?

Seusai menceritakan semua yang memang ingin ia sampaikan Delvin segera mengambil langkah untuk menjauh, ia lebih memilih untuk kembali ke kamarnya dibanding mendengarkan Bunda menangis pilu di ruangan itu.

.

"Mav itu bukan sebatas temen adek, mereka lebih dari itu."

Adalah kalimat yang Delvin gunakan sebagai pembuka dalam percakapan mereka di ruang tamu.

"Maksudnya?"

"Ya mereka lebih dari temenan, lebih dari sahabatan, tapi hubungan yang sebagaimana biasanya dilakuin laki-laki sama perempuan."

"Adek nggak begitu!"

"Adek iya, Nda, jangan disanggah. Abang pernah jadi orang pertama yang menentang itu, tapi ujungnya Abang juga jadi orang pertama yang sakit tau fakta dibaliknya."

"Cerita, Bang! Jangan bikin Bunda marah sama adek!" Vandra yang mulai tersulut emosi sempat menggebrak meja dihadapan mereka.

"Vandra, jangan begitu... Dengerin dulu sampai selesai, bisa?"

Bahtiar tenangkan Vandra yang masih menatap Delvin dengan tatapan marah juga nafas tersengal penuh emosi.

"Jangan nyesel kalo Bunda beneran naruh benci ke Adek." Begitu peringat Delvin sebelum ia berdeham guna melanjutkan ceritanya.

"Abang nggak mewajarkan mereka kaya gitu, tapi dilain sisi Abang nggak bisa ngapa-ngapain."

Sempat Delvin hentikan sejenak cerita
guna mengisi pasokan oksigen demi meneruskan jalannya cerita.

"Keval sakit, Nda, sekalipun dia udah di rumah sakit, itu semua nggak akan ngaruh karna obatnya nggak akan pernah ada."

"Seberapa sering Bunda stay di samping Keval selama ini? Hampir nggak pernah, kan? Dari kecil ayah pergi, Bunda titipin Abang ke kakek, it's okay karna kita masih ada hubungan darah. Adek? Bunda titipin kemana? Tante Adin yang bahkan kita nggak ada ikatan saudara."

"Temen deket satu-satunya yang bisa Bunda percaya cuma Adin, Bang."

"Klise, kenapa nggak sama Abang aja ikut kakek?"

"Kasian Kakek ngurus kalian berdua, nanti repot."

"Oke? Setelah hampir beberapa tahun akhirnya Bunda balik lagi cuma buat nikah, kita sempet hidup lagi di sini berempat, tapi apa semua kasih sayang Bunda bisa membayar hak Keval yang udah hilang?"

"Nggak lama dari situ, dateng masalah dan akarnya ada di mantan suami Bunda sendiri, Abang korbannya, nggak apa, soalnya di situ ada Bunda yang jadi tameng Abang."

"Maaf..." Lirih bunda penuh sesal, Delvin acuh dan tetap meneruskan apa yang ingin ia ucapkan.

"Bunda inget seberapa kacaunya Abang setelah kejadian itu?"

Bunda mengangguk nanar, rasa bersalah itu kembali merayap memenuhi hatinya, salahnya, itu semua salahnya.

"Abang kacau ada Bunda, adek kacau ada siapa, Nda?"

"Bunda tau? Kesalahan terbesar bunda itu nitipin adek ke Tante Adin."

"Adek dapet perlakuan lebih dari apa yang Abang dapetin dari mantan suami Bunda. Adek sendirian, Nda."

Asa Bumantara✓Where stories live. Discover now