12 ; bertahan

144 18 2
                                    

⚠️sensitive n explicit content, violence, sexual harassment, rape, etc
Disini semuanya dideskripsikan dengan jelas
Yang tidak nyaman silahkan keluar. ⚠️

.
.
.

Gemuruh mulai terdengar, padahal jam di dinding masih menunjukkan pukul setengah dua siang, awan gelap juga angin yang berhembus kencang menyertai membuat hawa sekitar berubah seolah menjadi sangat mencekam, ditambah lagi dedaunan kering yang berguguran mengotori halaman hingga ke jalanan.

Sudah dua minggu sejak hari terakhirnya menginap di rumah Jordan, sampai sekarang belum ada kabar terkini darinya. Dua hari lalu menjadi hari terakhir Jordan memberinya beberapa notifikasi chat, mengatakan bahwa ia akan menginap seminggu kedepan di rumah neneknya, di luar kota.

Tak ada yang bisa diajaknya untuk menghabiskan waktu bermalas-malasan bersama, Jauzan tengah dimabuk kasmaran yang tiap hari selalu mencuri-curi waktu untuk bisa berpacaran, Rezvan yang sibuk mengambil jadwal les diberbagai mata pelajaran, dan Lutfi yang sibuk dengan organisasinya, kalau sudah seperti ini Keval rasanya menyesal menjadi siswa pengangguran. Bosan!

Hanya berdua ia di rumah, tentu dengan Tante Adin, siapa lagi kalau bukan. Hal yang selalu mendatangkan kewaspadaan dalam dirinya sendiri.

Pintu kamar tak sedetikpun Keval biarkan dalam kondisi tidak terkunci, hanya ia buka ketika hendak pergi atau sekadar mengambil sesuatu yang ia butuhkan di luar kamar.

"Kev?"

Mendengar namanya dipanggil dan ia tau pasti bahwa itu bukan suara Tante Adin melainkan suara Delvin sang Abang, membuatnya bergerak membuka pintu.

"Kenapa?"

Hanya itu yang terucap dari bibirnya ketika pintu baru saja ia buka.

"Abang mau pergi lagi, ini cuma ambil barang, gapapa, kan?"

"Lama?"

"Lumayan, tiga hari."

Sedikit ragu untuk segera mengiyakan pernyataan Delvin yang satu ini, membuat Keval hanya terdiam sendu, ia ingin ikut saja semisalpun diperbolehkan, sayangnya tidak.

"Mau nginep ke rumah temen, boleh?"

Delvin mengangkat sebelah alisnya sembari memberikan tatapan bertanya-tanya.

"Bosen di rumah"

"Ada Tante Adin, temenin dia lah di rumah, masa perempuan kamu tinggalin sendirian, kasian, temen kamu aja yang suruh ke sini."

Keval sekilas berpikir sebelum kembali membuka suara,

"Mendung gelap banget, anginnya juga kenceng, berangkat besok aja, Bang." Pinta Keval, namun Delvin menggeleng.

"Nggak bisa, Abang ngejar waktu, Kev."

"Tapi serem gitu." Ucapnya memerhatikan gelapnya awan mendung melalui jendela.

"Mav belum pulang?"

Keval menggeleng, kalau saja Maviel sudah pulang dari acara di luar kota dengan teman-temannya, ia tidak akan sebingung itu untuk langsung mengiyakan Delvin yang ijin hendak pergi jauh.

"Belum, besok paling, katanya nambah lagi sehari masih betah."

"Yaudah sendiri dulu, kalau mau keluar boleh, tapi pulang, ya?"

Keval mengangguk, yang mana hal itu membuat Delvin menepuk puncak kepala sang adik perlahan seolah menyalurkan kasih, tepukan lembut yang tak hanya menghantarkan hangat di hatinya, namun turut membuat darahnya berdesir untuk seperkian detik setelahnya.

Asa Bumantara✓Where stories live. Discover now