11 ; monolog

150 15 2
                                    

Maviel tak tahu apakah Keval mengatakan kalimat itu secara sadar atau tidak, tapi yang pasti Maviel seketika beranjak dari tempat dan pergi tanpa pamit, meninggalkan Keval kembali seorang diri.

Ternyata tak seperti yang Keval pikirkan bahwa Maviel sakit hati dengan perkataannya yang secara terang-terangan ingin hubungan keduanya disudahi.

Haruskan ia menyusul kemana Maviel pergi?

Jawabannya, tidak perlu.

Sebab, saat Keval tengah mengumpulkan niat untuk bangkit, sosok yang hendak ia susul sudah kembali dengan sendirinya.

Yang membuat Keval sedikit menaikkan alisnya adalah Maviel kembali dengan gitar ditangannya, Keval heran, ia tatap mata Maviel yang ternyata disaat itu juga Maviel tengah memberikan tatapan serta senyum tulusnya untuk Keval seorang.

Ia arahkan Keval agar fokusnya berporos penuh pada eksistensinya

"Listen to this song, Kev." Pinta Maviel yang tanpa menunggu jawaban Keval saja ia sudah mulai memetik senar yang ada guna merangkai susunan nada yang tak asing ditelinga Keval.

Lagu yang sering keduanya dengar bersama untuk sekadar saling mengingatkan.

Gelap di dalam tanya
Menyembunyikan rahasianya

Suara Maviel mulai mengiringi meski matanya berfokus pada Keval yang turut membalas tatapan penuh kasih sosok dihadapannya, tanpa kata.

Letih kehabisan kata
Dan kita pada akhirnya diam

Itulah yang tengah mereka rasakan saat ini, tak memiliki kata-kata untuk dilontarkan pada masing-masing diri, namun dengan duduknya mereka disatu tempat yang sama, kenyamanan terbentuk begitu saja.

Bunga di bulan sepi
Jatuh terdampar
Tersasar

Keval bawa kedua lututnya untuk menyatu agar nyaman dijadikan bahan sandaran dagu, suara Maviel, kelak akan selalu menjadi yang nomor satu untuk dijadikan bahan merindu.

Alasan masih bersama
Bukan karena terlanjur lama
Tapi rasanya yang masih sama

Benar, lantas kenapa ia gegabah ingin mengakhiri semuanya begitu saja, berpisah dengan terpaksa, bukankah itu akan menyiksa?

Seperti sejak pertama jumpa
Dirimu di kala senja
Duduk berdua tanpa suara

Hanya itu, benar-benar menggambarkan apa yang tengah keduanya rasakan, Keval tak tahu, hanya saja ia terlalu kalut untuk mengambil kesimpulan.

"Pamungkas jatuh cinta bisa dapet duit, Mav, Lo jatuh cinta dapet apa?"

"Dapet Keval Adnan"

Keval terkekeh ringan dibuatnya, ia ubah posisi duduk, kakinya ia biarkan melayang melalui celah pembatas balkon dengan tangan menyangga disebelah badan, matanya menyorot tenang kelamnya angkasa bebas.

"Nyesel, ya?" Tanyanya setelah beberapa saat ia biarkan keheningan menyelimuti mereka.

"Astaga, let's not talk about this."

Seolah tak menghiraukan Maviel, Keval menatapnya sekilas sebelum membuang lagi arah pandang meski kali ini dengan raut datar, tak sedikitpun ekspresi yang tergambar.

"Kak Liam, you deserve better."

Tidak, jangan lagi kesana, Maviel mohon.

"But all i want just you, Kev, no matter what."

Asa Bumantara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang