05 ; apa kabar

143 20 1
                                    

Bermodalkan kaos oblong dengan celana sebatas lutut Keval tenteng helm hitamnya sembari berjalan keluar pagar rumah, masa bodoh dengan muka bantalnya sebab memang ia baru saja disadarkan paksa -- oleh dering telfon Jordan -- dari alam mimpi.

"Ganggu banget tai!"

Adalah kalimat pertama yang ia lontarkan pada sosok Jordan yang terkekeh kala mendengar umpatannya beberapa saat lalu.

"Gembel, cuci muka dulu sana!"

"Otak lo gue cuci, biar bisa mikir malem gini jadwal orang tidur bukan kelayapan."

"Buru naik ah bawel bener, gue bukan orang,"

"Emang setan!"

Tak mau memperpanjang waktu, keduanya berlalu dari rumah Keval, persetan dengan dinginnya angin malam, ia sengaja hanya menggunakan celana pendek, tanpa membawa jaket pula.

"Gimana lo ijin sampe dilepas begini, Kev?"

"Lah, siapa juga bilang gue ijin, trabas lah edann"

Jordan menggelengkan kepalanya mendengar penuturan sosok diboncengannya, mau heran apa kalau yang begitu Keval?

Omong-omong, bunda betul diboyong ke Jepang oleh suami barunya, ucapan lelaki paruh baya saat itu sudah terealisasikan sejak 2 bulan lalu, seminggu setelah menikah mereka berangkat ke Jepang, meski dari awal Delvin yang paling mewanti-wanti hal ini agar tak terjadi, namun semua sudah digariskan takdir, ia bisa apa?

Tak khawatir soal apapun karna semua tetap berjalan dengan semestinya, Delvin memilih berhenti kost dan tetap tinggal dirumah menemani Keval, uang bulanan jelas saja lancar, beruntungnya memang dengan angka saldo yang mengalami kenaikan dari yang sebelumnya ia terima.

Tak kelewat sehari pun bunda bertanya pada anak-anaknya, bertukar kabar hanya melalui chat atau sesekali melakukan panggilan video.

"Mampir dong angkring, mau beli nasi kucing, laper," ucap Keval setelah menepuk pelan pundak Jordan.

"Kasian bener, ga dikasih makan ya lo sama Delvin?"

"Sama Delvin mah kenyang makan makian."

Keduanya terlarut dalam percakapan singkat selama perjalanan, hingga dimana motor Jordan berhenti disebuah parkiran ruko yang sudah tutup dan diseberangnya terdapat angkringan dengan lampu remang, tak begitu ramai, hanya beberapa anak muda dengan masing-masing didepannya terdapat es teh sisa separuh gelas tengah bermain game bersama.

Tak perlu menghabiskan waktu lama disana, setelah mengulurkan sejumlah uang pas, Keval mengucapkan terimakasih seraya menenteng plastik putih berisi 5 bungkus nasi kucing dan beberapa gorengan yang tersisa.

Sebuah tangan mendarat dipundaknya selepas ia keluar dari terpal berwarna biru tua itu lantas ia menoleh hendak memastikan itu ulah siapa.

"Wetss, Lo Keval adeknya Delvin, kan?

Ia mengangguk, merasa tak asing dengan sosok didepannya ini yang datang dengan beberapa orang lagi dibelakangnya.

"Bang Taka bukan?"

Yang ditanya mengangguk dan ia melirik pada Jordan disebrang yang kebetulan tengah menoleh padanya, tangannya memberi isyarat agar Jordan memberinya waktu lebih untuk menanggapi sosok didepannya ini.

"Semua kabar baik, Kev?"

"Baik, Alhamdulillah, kalo ga salah katanya pindah ke luar kota bang?"

"Balik bentaran, minggu depan balik lagi, btw, alamatnya masih sama kan ya? Rencana mau mampir nih besok,"

Ia mengangguk, "Masih kok, bilang ajalah sendiri sama abang, hahaha, eh tapi gue duluan ya, bang? Udah ditunggu tuh," ucapnya seraya menunjuk Jordan disebrang yang mana segera diiyakan oleh sosok tadi.

Asa Bumantara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang