Chapter 1

2.9K 170 3
                                    

Wangi khas dari tanah yang tersiram hujan tercium cukup kuat itu ia hirup dalam dalam. Dia merindukan aroma ini, aroma favoritnya, aroma yang selalu dia tunggu tunggu disaat hujan.

Hampir dua bulan lamanya dia tidak mencium aroma favoritnya itu karena sang hujan seolah tengah bermusuhan dengan sang bumi.

Senyumnya terkembang, dan matanya perlahan tertutup rapat. Aroma ini sungguh menenangkan, membuat dirinya seolah merasakan beban dan segala fikiran acakadulnya hilang seketika.


Petrichor, sebutannya. Bau harum tanah yang tersiram hujan, selalu menjadi aroma yang membuatnya candu. Dan hingga detik ini, belum ada yang bisa menggantikan aroma ini sebagai candu baginya.

"Hoy, enak amat ngelamunnya. Kesurupan nanti" suara itu akhirnya membuatnya kembali membuka mata, dia mencebik kesal.

"Ini namanya menikmati dengan khidmat, mana ada gue ngelamun.. ganggu aja lo"

Suara deritan kursi yang ditarik membuat suasana hening terpecah, sosok itu kemudian duduk berhadapan dengannya dengan wajah yang masih tersenyum lebar "ya siapa tau lo kesurupan, abisnya senyum senyum sendiri. Terus matanya merem lagi"

Dia mendengus, menatap kesal kearah sosok yang masih tersenyum lebar sambil menopang dagu dihadapannya tersebut. Rintik hujan yang makin deras membuat netranya kembali mengarah keluar jendela kaca yang besar. Bunga bunga diluar sana tersiram air hujan, jalan setapak yang ditata sedemikian rupa pun tergenang sedikit air, dan kolam air mancur ditengah taman buatan itu juga airnya meluber saking derasnya hujan.

"Sesuka itu ya lo sama hujan, Ren.. padahal musim hujan tuh bikin ribet, basah, becek dimana mana." Kata sosok itu, membuat dia kembali mendengus.

"Jangan lupain hujan juga punya manfaat ya Na"

"Hehe.. iya juga si, tanpa hujan bumi itu gersang" jawabnya sambil mengetuk ngetuk meja dengan jarinya.

"Bukan cuma gersang, gaada hujan pasokan air dibumi bakal nipis, ilang, musnah. Bumi tanpa air ibarat lo tanpa makan. Makin lama lo gak makan, dipastikan lo mati perlahan. Begitupun bumi, bumi tanpa air otomatis seluruh kehidupannya perlahan mati juga."


Hujan dan bumi, mereka saling membutuhkan. Bumi membutuhkan hujan sebagai salah satu sumber bagi keberlangsungan hidup penghuninya, sementara hujan membutuhkan bumi sebagai tempatnya menjatuhkan diri.

Jika ditanya, apakah dia begitu menyukai hujan. Maka jawabannya iya. Selain petrichor sebagai alasan, hujan juga mempunyai kenangan baginya. Kenangan dimana masa kecilnya selalu berlari sambil tertawa keras saat hujan turun bersama sang ayah, kenangan hangat dimana keluarganya selalu berkumpul dan berpelukan didepan perapian ketika hujan turun, dan kenangan kenangan manis lainnya yang terputar begitu saja diingatannya saat ini. Hujan, dan kenangan manis dalam hidupnya.

"Hujan itu, bukan sekedar anugrah.."

Terlihat satu sosok lain muncul membawa satu cangkir berisi minuman hangat yang langsung ia letakkan diatas meja. "Coklat hangat special buat lo Ren, si pengagum hujan. dari gue si pembenci hujan"

Dia hanya menggulirkan matanya malas sebelum akhirnya meraih cangkir itu dan menyesap sedikit demi sedikit coklat hangatnya.

"Manis gak.?" Cangkir yang dia pegang itu kemudian tergeletak kembali diatas meja, satu pertanyaan bodoh yang terlontar itu dia abaikan. Dia kembali fokus dengan ponsel di tangannya. Pukul 18.40, terhitung hujan sudah mengguyur hampir 2 jam lamanya. Dan terlihat belum mau berhenti.

Dear U || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang