Chapter 10

498 81 1
                                    

  Happy reading....

 
 

 

  

 

..

 

 

'Semua orang punya bebannya masing masing, punya masalahnya masing masing. Dan gak selamanya harus ada kita buat nopang oranglain'

 

Langit berbintang malam ini cukup cerah, tidak ada awan ataupun kabut yang biasanya menghalangi cahayanya seperti biasa. Renjun masih berdiri disana, mematung diambang jendela ruang gallery yang gelap, hanya disinari cahaya bulan yang menelusup lewat kaca jendela.

Jam menunjukkan pukul 1 dinihari, jika biasanya jam segini dia sudah sampai dan mengunci dirinya di kamar. Maka kali ini dia memilih untuk tidak pulang, tetap disini hingga pagi, bahkan mungkin hingga hari berikutnya dan berikutnya.

Seperti yang telah dia ketahui sebelumnya, besok papa dan mama akan pergi, berangkat ke luar negri untuk jangka waktu yang belum bisa dipastikan. Bisa seminggu, dua minggu, bahkan sebulan. Dan lebih parah jika harus seperti waktu itu, dia ditinggal dirumah hanya dengan bibi Kim dan pak Eunhyuk dalam waktu 3 bulan saat keduanya sibuk di negara paman Sam.

Renjun tidak keberatan, sungguh. Dia tidak peduli akan kemana kedua orang manusia itu bahkan selama apapun mereka pergi. Tapi kali ini, memdengar mereka akan pergi terasa berat baginya.

Karena itu artinya, dia akan ditinggalkan dirumah berdua bersama Jeno. Bersama orang yang sangat ingin Renjun hindari di dunia ini, orang yang amat Renjun benci tatap matanya, orang yang ingin sekali dia lenyapkan dalam ingatannya.

Lalu dia harus bagaimana.??

Saat ini, rasanya dia ingin mengadu, berkeluh kesah tentang apa yang akan ia lalui, bagaimana dia harus bertahan atau kembali menghindar, menjauh seperti ini, lari dari kenyataan yang membuatnya merasa lebih tenang.

Dia butuh seseorang yang akan mendengarnya, memberikannya kekuatan yang dia butuhkan. Satu satunya hanyalah Mark. Namun kejadian tadi siang membuatnya mengurungkan niat, maka berakhirlah dia disini hingga larut, dengan isi kepala ribut.

"Papa, Renjun harus gimana.??"

Tanyanya pada langit malam yang kian pekat.

Tak ada jawab, sebab dia pun tahu bahwa dia hanya bertanya pada angin yang berhembus.

●●●●

"Kakakmu belum pulang" itu adalah kalimat pertama yang Jeno dengar saat dirinya baru tiba di rumah.

Meski begitu, mama dan papa tak terlihat khawatir sama sekali. Bagi mereka terlalu biasa Renjun jarang berada di rumah dan lebih memilih menetap di gallery sampai suasana hatinya membaik, begitu katanya.

Tapi bagi Jeno, bukankah itu terdengar menyedihkan.?? Harusnya mama dan papa khawatir pada Renjun. Apakah mereka tidak dapat melihatnya.?

"Papa duluan, udah malem. Kamu jangan tidur larut." Kata papa seraya menepuk pundak Jeno dua kali.

Papanya beranjak, meninggalkan Jeno sendirian yang kini termenung di gazebo. Hawa dingin malam tak membuatnya gentar, justru dia tak merasakan sama sekali apa itu rasa dingin. Dia telah terbiasa dengan dingin.

Dear U || NorenWhere stories live. Discover now