Chapter 16

456 60 4
                                    


'Lo lupa kalo kita itu sodara.??'

Sebelumnya Jeno membeku, ucapan Renjun yang terdengar membuat dirinya tak bisa berkata apapun lagi.

Namun ketika dua sorot mata mereka beradu, tanpa sengaja dia mendapati sedikit celah menentang logikanya untuk menyerah. Jeno dapat menemukan satu titik kesakitan dalam sorot mata Renjun yang sengaja dia tutupi.

Jeno maju selangkah, menatap kian dalam pada obsidian yang bergetar

"Kita emang sodara Ren. Tapi apa kamu yakin hati kamu udah bisa terima kenyataan itu.? Kamu udah bisa terima kalo kita saudara kaya yang kamu bilang.?"

Renjun tak bergeming, bahkan ketika jarak mereka yang semakin menipis. Kemelut dalam hatinya kembali bertarung, ini yang dia takuti selama ini.

Bagaimana hatinya menolak kala kenyataan kembali menampar. Dia ditinggalkan, namun dipertemukan dengan cara yang tak bisa dibilang baik.

Malam masih berhujan, ketika tiba-tiba tubuh Renjun kembali ditarik sepersekian detik dalam pelukan Jeno. Dia sudah terlalu lelah, dingin juga membuat tubuhnya lemas tak berdaya.

Dan saat pelukan terlepas, satu ciuman mendarat tepat di bibirnya yang membiru. Tanpa disadari, keduanya saling menangis, menangis dalam keterdiaman, menangis dalam sela satu kecupan untuk yang pertama, namun hujan menutupi airmata mereka dengan baiknya.

"Maaf, tapi aku yakin kamu pun sama kaya aku." Ucap Jeno lirih

Terlalu drama jika saat ini Jeno kembali merangkul bahu sempit Renjun yang bergetar dalam prluknya. Memilih abai, pemuda itu langsung meninggalkan Renjun begitu saja. Dia butuh waktu untuk meluruskan kembali fikirannya yang rumit. Begitupun Renjun.

○○○○


Tidak pernah Renjun duga sebelumnya bahwa rasa sesak yang dia rasakan selama ini bukanlah apa-apa dibanding sesak yang saat ini tengah melandanya.

Ini jauh lebih sakit dari sebelumnya. Sakit, sangat sakit hingga membuatnya sulit untuk bernafas.

Bunyi dengungan yang kian menguat menambah rasa peningnya, juga air hujan yang semakin menderas membuat tubuhnya seakan membeku.

Apakah ini mimpi.??

"Hiks.." satu isakan yang tertahan akhirnya lolos

"Lo jahat.."

Kenapa mimpi buruk itu datang disaat dia mulai mencoba berdamai.?
Kenapa dunia selalu membuatnya terperosok lagi dan lagi bahkan ketika kekuatannya masih seujung kuku.?

"LO JAHAT JUNG JENO.!!!"

Seberapa besar dia mengelak akan hal itu, nyatanya kenyataan membenarkan jika sosok yang kini telah hilang dipandangannya adalah sosok jahat. Sosok yang dengan baiknya membuat Renjun kehilangan separuh hidupnya.

"LO JAHATT.."

Seberapa besar rasa sayang dan cintanya dulu kepada sosok itu, nyatanya semua terkalahkan dengan rasa sakit yang Renjun rasakan selama ini. Penopangnya hilang, sandarannya pergi, dunianya hancur seketika.

"Aarrgghhhh..... "

Perlahan tetesan darah mengucur dari hidungnya. Renjun menutup kedua telinganya rapat saat dengingan itu semakin nyaring terdengar. Rasa sakitnya kian bertambah, hingga dia tak segan menjambak rambutnya kasar.

"Aarghhhh.. hahahaa.."

Kilasan masa lalu yang tanpa diundang kembali terputar semakin memperburuk keadaan.

Perlahan rasa berat menggerayangi kedua matanya, hingga Renjun benar-benar merasa sulit untuk membuka matanya kembali.

Disisa kesadarannya yang menipis, hanya satu yang Renjun ingat. Kala sepasang mata yang selalu memandangnya sengit, kini menatapnya dengan sorot khawatir.

Dear U || NorenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora