Chapter 11

480 75 2
                                    

Happy reading..











Mark berlalu meninggalkan caffe setelah mencuri dengar percakapan Jaemin di sambungan telpon barusan, padahal siang ini caffe sedang ramai ramainya.

Dia tidak menghiraukan apapun lagi, bahkan ketika Yangyang dengan lantang meneriaki dirinya agar tidak pergi, Mark terus berjalan dengan langkah besar.

Tujuannya kini adalah gallery, dan Renjun.

Tadi dia tidak sengaja mendengar bahwa tante Winwin dan om Jaehyun pergi untuk waktu yang lumayan lama, dan itu artinya Renjun akan berada di rumah yang sama dengan Jeno untuk waktu yang lama pula.

Renjun tidak memberi tahu hal ini padanya, itulah hal yang membuatnya cemas saat ini.

Siang terasa lebih terik dari biasanya, dengan motor butut yang dia punya. Mark membelah jalanan dengan kecepatan sedikit kencang, dia ingin segera sampai dan bertemu dengan Renjun.

20 menit berlalu akhirnya dia sampai di tujuannya.

"Renjun.. " Mark langsung menarik pergelangan tangan Renjun dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.

"Kenapa lo gak bilang kalo orangtua lo pergi.?" Bukan jawaban yang dia dapat, Renjun hanya tergelak seolah kekhawatirannya itu adalah sebuah lelucon.

"Gapapa kak, gue emang sengaja gak bilang sama lo."

Mark menatap Renjun dengan bingung "kenapa.?"

"Kan gue bilang, gue sengaja kak Mark." Jawab Renjun lagi

"KENAPA.?" lagi lagi Mark bertanya dengan intonasi suara lebih kencang, merasa tak puas pada jawaban Renjun.

Mark menghela nafasnya jengah saat Renjun malah memalingkan wajahnya. Mark telah mengenal Renjun dengan cukup lama, dia hapal dengan baik sifat dan karakter Renjun. Maka wajar saja bila saat ini dia benar benar ragu dengan jawaban 'gue sengaja' dari Renjun.

"Renjun denger."

Mark memelankan suaranya , kemudian meraih kedua bahu sempit milik Renjun, menghadapkannya tepat ke wajahnya

"Gue gapeduli lo jawab ini jujur atau bohong, gue cuma mau mastiin apa lo baik baik aja.?"

Mata Renjun bergulir gelisah, harusnya dia tahu bahwa Mark tidak akan mudah sepercaya itu padanya.

Pemuda di hadapannya ini terlalu fasih dengan dirinya. Lalu senyum tipis tercipta, Renjun tak ingin membiarkan Mark selalu dalam kecemasan sebab memikirkan tentang dirinya.

"Gue gapapa kak, gue baik baik aja." Itulah jawaban yang dapat Renjun berikan.

Pegangan di kedua bahunya mengendur, bersamaan dengan raut wajah Mark yang nampak keruh.

Mark tahu, Renjun berbohong dan berpura pura jika dia baik baik saja. Namun dari bola matanya, Mark tetap menangkap kerapuhan itu, rasa takut yang selalu menggerayangi Renjun sejak lama hingga membuatnya selalu berada di lubang kesakitan yang sama.

"Lo bohong." Telak Mark sambil tersenyum sungging, terlalu gampang menebak Renjun.

"Kak.."

Helaan nafas panjang terdengar lagi dari belah bibir Mark.

"Gapapa, gue ngerti Ren.. tapi sekali lagi gue tanya, apa lo baik baik aja.?"

Ragu, namun Renjun tetap mengangguk "gue baik baik aja."

"Kalo emang gitu, bisa gue minta sama lo buat jangan maksain diri.?? Ren, gue selalu disini, di sisi lo, jagain lo. Jadi kalo lo emang gabisa dan cuma pura pura baik baik aja, bisa gue minta kalo lo jujur dan bilang ke gue.? Jangan lagi lo pake temen gak berguna lo itu buat bantu lo. Bisa.?"

Dear U || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang