Chapter 20

355 38 5
                                    

Jaemin mengetukkan jemarinya beberapa kali diatas meja kerjanya sambil berfikir keras, pasalnya tadi baru saja Yangyang masuk lalu berkata bahwa dia akan mengundurkan diri bekerja disini. Entah apa alasannya hingga Yangyang memilih untuk mengundurkan diri, padahal lelaki Jerman itu sudah bekerja hampir tiga tahun lamanya.

Bukan perihal pengunduran diri yang membuat Jaemin berfikir begitu keras, dia tidak apa-apa jika harus mencari karyawan baru disini, tetapi masalahnya adalah jika Yangyang tidak bekerja lagi disini itu berarti bahwa dia sudah tidak bisa lagi bertemu dengan Yangyang, itu yang menjadi beban fikiran Jaemin.

"Haduh Jaemin, haduh.. haduh. Lo harus cari cara supaya dia gak jadi keluar dari sini. Iya, bener. Tapi gimana!!" racaunya frustasi.

Layaknya orang gila, Jaemin kini mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali mengetuk dahinya dengan pulpen yang dia genggam sejak tadi. Ayolah, otaknya buntu saat ini. Tapi dia harus tetap mendapatkan ide untuk menahan Yangyang agar tetap bekerja.

Dia belum mulai berjuang, hey. Masa sudah ditinggalkan.

"AHA.. gue nemu ide yang bagus" wajahnya terlihat konyol saat ini ketika Jaemin meninggalkan ruangannya dan berjalan dengan cepat kearah pantry.

"Markeu~~ Markeu~~ dimana kamu"

Beberapa karyawan melirik kehadiran Jaemin dengan tatap aneh. Tentu saja, mereka pasti heran kenapa tingkah bosnya kini absurb sekali. Ya meski memang si, ini bukan pertama kali Jaemin seperti ini. Tapi tetap saja ini adalah hal yang langka.

"Mark kemana?" Tanya Jaemin ketika tak mendapati Mark disana.

Kemudian salah satu karyawan berkata jika Mark tengah membeli bahan baku yang habis.

"Yaudah, nanti kalo dia pulang suruh langsung ke ruangan saya." Begitu titah Jaemin sebelum akhirnya kembali ke ruangannya.

¤¤¤¤¤¤¤¤

"Tuan muda mau kemana.?" Bibi Kim tergopoh ketika melihat Renjun yang sudah rapi itu hendak membuka pintu utama.

"Kerja bi, hari ini ada pameran di gallery."

"Tapi tuan muda, nyonya melarang tuan muda pergi. Tuan harus di rumah sampai nyonya pulang."

Tcih..

Renjun mendecih, hak apa sang mama melarang dirinya.? Memerintahkan agar dia tetap di rumah sendirian sedang mamanya sendiri pergi berkeliaran entah kemana.

"Bilang mama, saya punya hidup saya sendiri. Tanggung jawab saya gak bisa diabaikan hanya karena larangan mama."

"T-tapi.."

"Bibi gak usah takut. Saya pergi dulu."

Renjun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Di sepanjang jalan, dia memikirkan kejadian memalukan beberapa malam yang lalu.

Bagaimana bisa dia mengatakan segalanya, bagaimana bisa dia membuat harga dirinya jatuh begitu saja di hadapan Jeno.? Kenapa harus mulut kecilnya lancang berkata tentang luka yang seharusnya tidak Jeno ketahui.?

Sudah seperti ini, maka berakhirlah dia. Predikat si lemah pantas dia dapatkan. Padahal seharusnya dia terlihat kuat di mata Jeno. Dia harus terlihat baik-baik saja meski tanpa si Jung itu.

"Aarghhh.. Renjun bego"

¤¤¤¤¤¤¤

Surat pengunduran diri Yangyang sedari tadi Jaemin genggam. Seolah pemuda itu tak mempunyai kegiatan selain memperhatikan kertas tersebut.

Dear U || NorenWhere stories live. Discover now