Chapter 8

578 88 1
                                    

Happy reading guys....












Dulu Jeno pernah menjadi anak nakal, ketika dia sudah tidak sanggup lagi mengikuti pelajaran sekolah juga les les yang dia benci, namun dia dituntut menjadi anak yang pintar, anak yang mengerti dan mampu menyerap semua pelajaran yang diberikan.

Jeno pernah kabur, alpa dari mata pelajaran yang seharusnya dia mendapat nilai sempurna. Dan berakhir dirinya dihukum habis habisan sang papa.

Dulu mimpi Jeno bukanlah seperti ini, duduk di bangku kebesaran dan menatap layar menyala serta berkas berkas setiap hari.

Dulu, mimpinya berada diatas panggung megah, dilihat banyak orang dengan talenta yang dia punya. Namun Jeno ditampar kembali sebuah kenyataan bahwa mimpinya harus terkubur dalam karena kedua orangtuanya menuntutnya menjadi apa yang mereka mau.

Hidup kadang selucu itu, terkadang apa yang kita inginkan tak selalu kita dapatkan. Manusia bisa berencana, tapi takdir Tuhan tetap yang memegang kuasa.

"Jen, bisa bantu mama.?" Suara itu membuatnya kembali dari lamunannya.

Winwin menghampirinya sambil membawa sebuah kotak makan berwarna biru.

"Renjun belum sempet sarapan tadi.. sebelum ke kantor bisa mampir ke galery, kan.?"

Jeno tak lantas menerimanya, dia berfikir sejenak sambil melihat kotak makan itu.

Haruskah.??

Entahlah, sejak sepuluh hari kedatangannya di rumah ini, tak seharipun rasanya Renjun menghabiskan waktu di rumah. Kecuali malam hari, dia pulang amat larut dan kembali pergi pagi buta.

Seniat itu Renjun benar benar menjauhinya.

Namun tanpa ada yang menyadari, Jeno diam diam selalu menunggui sosok yang kini menjadi kakaknya itu. Dia tidak akan terlelap sebelum Renjun benar benar menutup pintu balkon kamarnya.

"Jen, bisa gak.??"

"Ah ya.. nanti Jeno anterin.. "

"Makasih ya, mama taro sini bekalnya."

Setelah meletakkan bekal itu di atas meja, Winwin kembali masuk ke dapur entah mau mengerjakan apa lagi. Jeno masih memperhatikan kotak bekal itu dalam diam, dia berfikir apakah Renjun akan memakan sarapannya jika tahu dia yang mengantar.???

Ah sudahlah itu urusan belakangan, yang penting kotak bekal ini harus sampai dulu ditangan Renjun.

●●●●

Renjun kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu sebab harus pergi sepagi buta dari rumah di sofa ruangannya, galery juga belum buka karena ini masih pagi. Pukul 7 siapa yang mau melihat lihat lukisan, kan.??

Tapi entah bagaimana caranya yang Jeno lakukan hingga dia bisa diizinkan masuk ke dalam galery ini dan kini berada di ruangan Renjun.

Kotak bekal itu dia letakkan di meja kerja Renjun, sedangkan dirinya saat ini tengah asyik menikmati pemandangan wajah damai sang kakak saat tertidur. Begitu cantik dan mempesona, batinnya.

"Beruntung banget orang yang bakal ngeliat wajah damai kamu tiap pagi kaya gini, Ren."

Ucap Jeno, ini adalah kali pertama lagi baginya melihat wajah Renjun kala tertidur.

Dear U || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang