Chapter 13

479 60 0
                                    

Happy reading..












Kening itu mengernyit untuk beberapa saat, kacamata yang bertengger di hidung bangirnya itu dia lepas. Rasanya terlalu lelah menatap layar terlalu lama seperti ini. Namun apa daya, pekerjaannya yang menumpuk mengharuskannya bekerja extra lebih.

Fiuhhh..

Dia membuang nafasnya kasar. Rasanya lelah, namun sebuah pantangan jika dia menyerah.

"Sebenarnya apa mau papa kali ini."

Monolognya sambil merebahkan punggungnya ke sandaran kursi.

Semalaman bergelut dengan berkas berkas yang tidak ada habisnya, dan ketika dia menemukan fakta bahwa perusahaan yang dia emban saat ini adalah perusahaan yang diambang kebangkrutan, Jeno menggelengkan kepalanya tak percaya.

Permainan apa lagi yang Jung Jaehyun berikan untuknya.

"Entahlah, om juga gak tau jalan pikiran papa kamu, Jen." Timpal seseorang yang kini duduk dihadapannya.

Lee Taeyong, papa dari Lee Jaemin sekaligus rekan kerja sang ayah mendatanginya siang ini.

"Dia terlalu keras mendidik kamu, memaksakan kehendaknya biar kamu bisa jadi seperti apa yang dia inginkan."

Jeno hanya mendengarkan apa yang om Taeyong ucapkan. Otak Jeno sudah tidak bisa menampung apa-apa lagi selain pekerjaannya.

"Lalu saat ini, apa yang papa kamu janjikan sama kamu, Jen.?" Pertanyaan itu membuat Jeno menegakkan bahunya kembali.

"Jeno gatau om, tapi yang jelas papa ngejanjiin satu persatu keinginan Jeno terkabul."

"Dan kamu menyanggupinya.?"

"Iya." Jawab Jeno tegas

Terlihat Taeyong memasang raut wajah teekejutnya dihadapan Jeno, membuat pemuda Jung itu bertanya tanya dalam hati.

"Kamu tenang aja, om bakal bantu kamu semampu yang om bisa."

Anggukan kecil dengan seulas senyum simpul Jeno berikan sebagai tanggapan. Dia merasa bersyukur, setidaknya ditengah kesengajaan yang diperbuat ayahnya, masih ada sosok yang mau membantunya.

♤♤♤♤

Pada jam makan siang, Jeno memilih meninggalkan kantornya. Pulang adalah hal yang dia pilih, lelah mendera bukan hanya fisiknya, juga pikirannya yang kini berubah buntu. Biarlah dia bekerja dari rumah, sekaligus mengistirahatkan sejenak tubuhnya sampai besok pagi.

Klekk..

Pintu rumah terbuka. Jeno melangkahkan kakinya kearah ruang kerja sang papa, dimana saat ini dia ambil alih selama sang papa tidak ada.

Dia mendudukkan dirinya di kursi kerja papanya, merenung sejenak sambil mengitari sekeliling dengan pandangannya.

Monoton, layaknya ruang kerja pada umumnya. Namun di satu sudut, dia bisa menangkap satu figura kecil bertengger manis disana. Potret keluarga bahagia mereka dulu, Jeno tidak menyangka, jika sang papa masih berani memajang foto keluarga mereka disaat papa sudah menikah lagi.

"Mamah.. Jeno rindu mamah." Katanya seraya mengusap permukaan foto itu.

Mamanya tersenyum manis, sangat cantik dengan kedua bola mata bulat bak kelincinya. Jeno merindukannya, merindukan sosok yang kini sudah tidak dapat dia jangkau lagi.

Figura itu dia letakkan kembali ke tempat semula. Jeno hendak mengambil sebuah dokumen dari lemari kaca sang papa, sebelum pandangannya jatuh kearah luar jendela, pada sosok Renjun yang kini tengah duduk sendirian di kursi taman.

Dear U || NorenWhere stories live. Discover now