09. PERTENGKARAN

3.3K 264 9
                                    

"Pop, ngemall yuk!" ajak Ira sepulang dari kantor.

Poppy berpikir terlebih dahulu lalu mengangguk, toh dia sudah lama tidak pergi jalan-jalan dengan sahabatnya itu.

Kebetulan mereka pulang sore karena Aro dari tadi pagi tidak muncul di kantor. Entah pria itu kemana, kata sekretaris nya sih ada urusan mendadak dan para karyawan dibolehkan pulang lebih awal.

Dua gadis itu mengunjungi salah satu mall terbesar di pusat kota. Mereka melihat-lihat mulai dari pakaian yang sedang tenar hingga tas mewah yang tentunya hanya bisa mereka lihat.

"Eh anjir kok gue kebelet boker ya?" ujar Ira tiba-tiba saja.

"Ish lo kebiasaan banget sih, Ra!"

"Gue titip dulu tas! lo tunggu di cafe itu dulu ya, gua cari toilet dulu. Bye!" Ira lari terbirit-birit mencari toilet meninggalkan Poppy yang mendengus sebal.

Poppy melangkah masuk kedalam cafe yang ditunjuk oleh Ira. Ia duduk di kursi paling pojok dan memesan satu cangkir kopi tanpa gula karena ia tidak boleh mengkonsumsi yang manis oleh Juna, sebenarnya paling enak itu ditemani dengan sepiring cake. Tapi, lagi-lagi ia harus ingat kalau sedang diet.

Poppy melihat sekelilingnya yang ramai dan matanya berhenti pada satu objek yang tak asing.

"Itu...Juna kan?" monolog gadis itu hendak menghampiri sang suami. Tapi, langkahnya terhenti saat seorang gadis lebih dulu menghampiri Juna.

"Maaf buat kak Juna nunggu lama." ujar gadis itu memasang senyum manisnya.

Karena terlalu fokus pada Juna dan seorang gadis, Poppy tidak sadar sudah menghalangi jalan orang-orang dan tanpa sengaja seorang pelayan menabraknya hingga minuman yang dibawa pelayan itu tumpah mengotori baju Poppy.

"Maaf kak saya gak sengaja." ucap pelayan itu membungkuk meminta maaf kepada Poppy.

Juna yang melihat kearah keributan langsung mengenali siapa gadis yang kini sedang membantu si pelayan memunguti pecahan beling. Sontak Juna langsung menarik tangan Saza dan pergi dari cafe itu.

Apakah Poppy melihatnya dengan Saza tadi?

"Kak Juna kita mau kemana?" tanya Saza bingung.

"Kita ke tempat lain aja."

"Loh kenapa?"

"Kamu jangan banyak tanya bisa?"

"Iya maaf."

Sementara itu, Poppy yang sudah membantu si pelayan langsung mengedarkan pandangannya mencari Juna. Tapi, nihil. Pria itu hilang bagai ditelan bumi.

"Poppy!" seru Ira menghampiri Poppy yang seperti kebingungan mencari seseorang.

"Woy gue disini!"

"Bentar, Ra tadi gue liat Juna disini."

"Seriusan?!"

"Ho'oh. Tapi, hilang gitu aja. Apa gue salah liat?"

"Salah liat kali, kalo itu Juna pasti dia udah ngenalin lo yang segede ini." ucap Ira yang langsung mendapat delikan tajam Poppy.

"Bercanda, babe!"

Poppy yakin sekali kalau tadi itu Juna. Tapi, kenapa pria itu pergi? dan siapa gadis tadi?

Jangan nethink please, Poppy!

•••

Gelisah. Mungkin itu yang kini menyerang Poppy karena Juna belum juga pulang. Ia ingin rasanya menuntut penjelasan pria itu, ia yakin 100% kalau itu Juna. Mana mungkin ia tidak mengenali suaminya sendiri.

Suara mobil yang terparkir membuat Poppy buru-buru bangkit berdiri dari sofa dan membukakan pintu.

Juna turun dari mobilnya, ia melihat Poppy yang berdiri didepan pintu. Jantungnya berdegup kencang, ia harus bisa netral karena Juna yakin pasti Poppy akan menanyakan kejadian sore di cafe tadi.

Ayo Juna pura-pura gak tahu!

"Kamu habis darimana aja?" tanya Poppy bersedekap dada.

"Kerja."

"Kerjanya pindah jadi di cafe? terus ketemuan sama cewek, iya?"

"Kamu ngomong apaan sih, Pop? saya capek loh habis kerja terus kamu tiba-tiba nuduh kayak gitu."

"Kamu gak usah bohong ya! Aku kenal sama kamu lebih dari sepuluh tahun, Juna!"

Juna menghembuskan nafas panjang lalu masuk begitu saja tanpa menghiraukan Poppy. Ia tidak bisa membohongi gadis itu jauh lebih dari ini.

"Juna aku belum selesai ngomong!" teriak Poppy kesal.

"Apa lagi? saya gak ngerti kamu ngomongin apa."

"Kamu selingkuh!"

"Kamu apa-apaan sih?! saya pulang kerja terus tiba-tiba dituduh selingkuh. Kalo gak percaya kamu bisa tanya bang Damar, saya seharian di resto!" bentak Juna.

"Bang Damar pasti udah diajak kompromi sama kamu!" balas Poppy tak kalah sewot.

"Kompromi apa?! saya gak ngerti sama kamu yang tiba-tiba kayak gini!"

"Siapa cewek tadi, Juna?! siapa?!" seru Poppy mencengkeram kuat kerah baju Juna.

"CEWEK YANG MANA?!"

Poppy melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Juna. Ia terduduk di sofa sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan bahu gadis itu bergetar menahan isak tangis.

Juna mengusap wajahnya kasar, ia langsung memeluk istrinya itu.

"Maaf, saya gak bermaksud membentak kamu." ujarnya lembut.

"Aku yang....hik...minta maaf....hik...udah nu-nuduh ka-kamu...hik." ucap Poppy sesenggukan membalas pelukan Juna.

"Saya gak akan selingkuh, Poppy. Kan cuma kamu yang saya cinta, dari dulu hingga akhir nanti."

"Maafin aku huwaaaaaa!"

"Cup...cup...udah jangan nangis lagi. Lain kali dibicarakan baik-baik ya, jangan langsung nuduh saya begitu."

"Iya, maaf. Tadi tuh aku takut banget Juna benar-benar selingkuh, aku gak sanggup lagi kalau yang aku liat di cafe itu benar kamu."

"Percaya sama aku, sayang." Juna mencium tangan Poppy dan itu membuat Poppy kembali percaya pada Juna.

"Iya aku percaya."

Juna tersenyum manis membuat Poppy ikut tersenyum. Jauh didalam hati kecilnya, Juna merasa sangat sakit sekali. Sampai kapan ia harus membohongi Poppy?

Ditambah Saza bilang ia hamil, Juna benar-benar buntu. Gadis itu mengancam akan memberitahukan Poppy jika Juna tidak mau tanggung jawab.

Juna harus apa? memberitahu Poppy lalu menikahi Saza? itu sangat tidak mungkin, ia tidak setega itu melukai perasaan istrinya.

Mungkin membuat alasan dan membuat Poppy membencinya itu jauh lebih manusiawi. Tapi, salahkan keegoisan Juna yang tidak mau dibenci oleh Poppy dan tidak mau kehilangan gadis yang dicintainya itu.

Tapi, pilihannya hanya kedua itu. Ia tidak mungkin kan mengugurkan darah dagingnya?

Apalagi seorang anak sudah lama sekali Juna nantikan. Anak yang tidak bisa diberikan oleh Poppy, tapi ia bisa dapatkan dalam satu malam bersama gadis lain.

My Cutie Pie WifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant