20. CERAI

8.5K 353 6
                                    

Saza berhasil keluar dari gedung sialan itu berkat bantuan Naka. Entah apa yang dilakukan Naka di gedung ilegal itu. Yang pasti buruk!

"Eits lo mau kemana?" tanya Naka saat Saza berjalan hendak meninggalkannya.

"Pulang."

"Gak gratis, sayang. Lo pikir gue ngebantu lo ikhlas? ya nggaklah. Sebagai bayarannya ayo tidur sama gue! udah lama gak denger desahan lo nih." ujar Naka dengan cengiran tanpa dosanya.

"Gua gak mau! kita udah selesai."

"Gak ada yang selesai." Naka langsung berubah menjadi datar dan menatap tajam Saza.

"Gua gak mau sama lo lagi! Lo kasar dan mesum. Najis tauk gak?!"

Plak!

Tamparan cukup keras menghantam pipi mulus Saza membuat sudut kama bibirnya terluka.

"Najis? lo lupa siapa yang dulu ngejar-ngejar gue? oh ya, gimana anak kita?"

"Dia bukan anak lo!"

"Gue tau itu anak gue. Terlalu sering melakukan itu masa iya gak ada benih yang tertinggal. Mustahil, Saza. Gue bukan Juna yang bego!" sinis Naka mencengkeram erat tangan Saza hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Lepasin dia." bukan Saza yang berucap, tapi seorang pria asing dengan seorang gadis disampingnya yang memakai jas kedokteran.

"Siapa lo?!" sewot Naka.

Aro tertawa sinis. "Lo kalo ada masalah sama cewek jangan kasar. Apalagi tadi gue denger dia lagi hamil."

"Apa urusannya sama lo? bapaknya?"

"Mbak, saya kasih saran mending cereiin cowok toxic kayak dia."

"Gue gak kenal sama dia! dia emang orang gila yang terobsesi sama gue."

"Kurang ajar lo!" Naka hendak kembali memukul Saza, namun Aro langsung melindunginya.

"Pergi atau saya lapor polisi!" ancam Dinda panik melihat Aro yang terkena pukulan. Aro tidak bisa bela diri, pria itu hanya bisa duduk didepan layar monitornya. Tampang Aro memang sangar dan terlihat seperti preman, tapi aslinya Aro hanya lelaki lemah yang tidak boleh terluka.

"Awas aja lo, Za!" ancam Naka lalu pergi karena dirinya tidak mau terlibat dengan polisi.

Setelah kepergian Naka, Saza baru bisa bernafas lega.

"Cari suami yang baik, Mbak. Cowok toxic kayak gitu tinggalin aja." ujar Aro yang dibalas anggukan kepala oleh Saza.

"Makasih ya, mas."

Setelah kepergian Aro dan Dinda, Saza langsung menghubungi ayahnya.

"Pa, aku mau Papa singkirin orang. Secepatnya!" titah Saza mutlak.

•••

Saza langsung memeluk Juna dengan berderai air mata. Juna jadi menyesal membukakan pintu karena ia pikir tadi Poppy yang pulang.

"Kamu apa-apaan sih?! nanti kalau Poppy liat gimana?" ketus Juna berusaha melepaskan pelukan Saza.

"Aku takut...anak kita hampir keguguran."

Juna terkejut. "Apa yang terjadi?" tanya Juna tersirat sedikit khawatir.

"Ini semua salah kak Poppy! dia ngasih aku pekerjaan jadi model pemotretan pornografi! aku dikejar dan dipaksa sama mereka semua untuk buka baju. Perut aku sakit lari dari mereka, kaki aku juga bengkak." ujar Saza.

Juna mengecek kaki Saza dan memang pergelangan kaki gadis itu membiru.

"Ayo masuk!" Juna membantu Saza untuk berjalan dan duduk di sofa. Ia mengambil es batu dan membalutnya dengan kain lalu menempelkan kain itu pada kaki Saza.

"Aku gak nyangka kak Poppy sejahat itu sama aku."

"Jangan asal tuduh, Poppy tidak mungkin jahat seperti kamu. Kalau dia jahat mungkin dia sudah mengusir kamu dari dulu." sinis Juna membuat Saza terdiam membisu.

"Mulai besok tidak perlu kerja, saya akan tanggung biaya persalinan kamu."

"Nikahin aku!"

"Gak."

"Kamu udah janji, Kak. Kalau kamu gak mau aku bakal bilang semuanya ke kak Poppy siapa ayah dari anak ini!"

"Jangan!"

"Aku kasih waktu sampai besok. Cerai sama kak Poppy dan tanggung jawab! kalau kamu gak ngelakuin itu cuma ada dua pilihan, kak Poppy tau yang sebenarnya atau dia aku singkirkan selama-lamanya. Bukan perkara sulit untuk aku nyingkirin istri kamu." setelah berkata demikian, Saza pergi ke kamarnya.

Juna meremas rambutnya frustasi. Ia bingung! sangat bingung! disatu sisi ia tidak mau kalau sampai Poppy menangisi pria brengsek sepertinya jika nanti Poppy tahu kalau Juna menghamili wanita lain. Tapi, disisi lain ia juga tidak mau berpisah dengan Poppy apapun alasannya. Juna tidak mau!

Untuk kesekian kalinya Juna hanya bisa menangis.











Pagi hari Poppy sudah pulang. Ia melihat Juna dan Saza yang sedang sarapan di meja makan dengan keheningan.

"Hai." sapa Poppy pada Juna dan Saza. Gadis itu duduk disamping Juna dan berhadapan dengan Saza.

"Ada yang ingin saya sampaikan." ujar Juna datar dan tatapan pria itu sangat dingin.

"Ya?" Poppy mengambil piring hendak menyendok nasi goreng.

"Saya bosan."

"Ohh kamu mau ngajak aku honeymoon ya?"

"Saya mau pisah." Juna menatap lurus kearah Saza yang menundukkan kepalanya.

"Maksud kamu apa sih?" tanya Poppy bingung.

"Saya ngerasa bosan sama kamu dan mau pisah. Ada beberapa alasan lainnya juga, tapi tidak perlu saya katakan. Intinya saya ingin cerai sama kamu hari ini juga." ucap Juna kini menatap Poppy sungguh-sungguh. Rasanya Juna ingin memeluk gadis itu dan mengatakan kalau ini bukan keinginannya.

"Kamu bercanda kan?"

"Saya serius."

"Kalo bosan gak perlu pisah Juna. Kita bisa liburan bareng atau kita ngelakuin hal romantis lainnya! gak perlu pisah!"

"Saya bilangkan bukan hanya karena bosan."

"Terus karena apa?! Karena apa?! kasih tau aku biar aku perbaiki."

"Karena saya malu sama badan kamu yang gendut, saya muak sama sikap kekanak-kanakan kamu, saya capek nunggu kamu hamil. Saya juga pingin punya anak! tapi apa? kamu mandul."

Plak!

"AKU GAK MANDUL!" Poppy menampar Juna yang tega berkata begitu kepadanya. Padahal dokter bilang rahim Poppy baik-baik saja, tidak ada masalah.

"Lusa. Surat cerainya akan saya kirim. Saya permisi." Juna meninggalkan rumah dan memasuki mobilnya. Di dalam mobil pria itu menangis sejadi-jadinya.

Sementara Saza mencoba menenangkan Poppy yang juga terisak menahan tangisan.

"Sabar ya, kak Poppy." hanya itu yang bisa Saza katakan.

My Cutie Pie WifeWhere stories live. Discover now