18. PULANG

2.2K 220 3
                                    

Juna pulang, iya dia memutuskan untuk kembali ke rumah. Juna tidak mau mengalah begitu saja dari Aro. Ia harus memperbaiki hubungannya dengan Poppy bagaimana pun caranya.

Melangkah masuk ke kamar, tidak mendapati keberadaan Poppy. Kemana Poppy sepagi ini? Juna dengar-dengar Poppy sudah berhenti bekerja. Apa gadis itu sedang cari kerja baru lagi?

Ia tidak menyerah, memeriksa ke dapur dan kamar mandi. Tapi, tetap nihil. Mendengar sesuatu dari kamar tamu membuat Juna melangkah masuk kedalam kamar tamu.

Juna tersenyum kala melihat gadis yang dicarinya sedang tertidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Perlahan Juna mendekati Poppy dan memeluknya dari belakang.

"Saya pulang, kamu kenapa tidur disini?" tanya Juna.

Orang yang ada dibalik selimut itu membuka selimutnya dan sontak Juna melotot kaget kala melihat wajah Saza.

"Juna!" panggil Poppy setelah kembali dari membeli bubur di depan untuk Saza yang sedang sakit katanya.

Juna langsung beranjak dari ranjang dan bergegas menghampiri Poppy.

"Kenapa dia bisa ada disini?" tanya Juna kepada Poppy.

"Nanti aku ceritain, kamu keluar dulu. Saza lagi sakit." ucap Poppy membuat Juna menoleh pada Saza yang memang terlihat pucat.

Juna melangkah keluar, menunggu Poppy di ruang tamu.

Tak lama kemudian Poppy menyusul Juna dan duduk berhadapan dengan pria itu.

"Waktu itu Saza ngajak aku ketemu terus dia bilang kalau dia lagi hamil. Cowok yang ngehamilin dia gak mau tanggung jawab, brengsek emang! ditambah orang tua dia yang di luar negeri lagi ngalamin krisis ekonomi, jadi dia gak bisa bayar apartemennya lagi. Terus aku nawarin dia buat tinggal bareng disini untuk sementara." cerita Poppy.

Juna diam membisu. Ia tidak percaya kalau kedua orang tua Saza mengalami kebangkrutan. Pasti itu hanya akal-akalan gadis itu agar bisa merusak rumah tangganya.

"Harusnya kamu tanya dulu sama saya, saya risih kalau ada orang lain dirumah ini."

"Iya maaf, kan kamu sendiri yang ngomong untuk tidak menghubungi kamu dulu."

"Saya tau kamu orang baik, tapi kebaikan kamu jangan mau dimanfaatin sama orang. Saya gak mau tau caranya usir dia dari sini." ujar Juna serius.

"Tapi, dia lagi hamil."

"Saya gak peduli."

Susah kalau Juna sudah berkata begitu.

"Setidaknya biarin dia disini sampai sembuh dulu ya."

"Saya gak mau tau pokoknya secepatnya." Juna bangkit berdiri dan masuk kedalam kamar. Padahal ia ingin memberikan kejutan kepada Poppy, tapi malah jadi kacau karena Saza.

Apa yang gadis licik itu rencanakan sebenarnya?

•••

Saza menghampiri Juna yang sedang duduk diruang tamu sambil memangku laptop nya. Pria itu tampak sibuk membuat menu baru untuk restoran.

"Aku denger semua pembicaraan kamu sama kak Poppy." ucap Saza duduk disamping Juna.

"Pergi saya gak mau Poppy melihat kita dekat."

"Aku tau kamu benci sama aku, tapi apa kamu gak kasihan sama anak ini?"

"...."

"Bagaimana pun juga dia darah daging kamu, Juna. Aku bener-bener gak tau lagi harus kemana, Papa udah gak ngasih aku uang lagi. Kalau kamu gak percaya kamu bisa telpon Papa dan tanya sama dia. Aku juga mulai besok mau kerja untuk biaya persalinan, kalo aku bohong buat apa aku berjuang sampe kayak gini? kamu tau sendirikan aku gak bisa yang namanya kerja dan kecapean, tapi demi anak kita aku rela kerja."

Juna menutup laptopnya lalu bangkit berdiri.

"Dari awal ini semua kesalahan kamu, jadi stop nyebut anak itu anak kita! karena saya gak menginginkannya!" ucap Juna menekan setiap perkataannya lalu pergi masuk kedalam kamar.

Saza menangis. Ia tidak menyangka Juna akan tega berkata begitu. Padahal waktu itu Juna terlihat senang saat Saza menunjukkan foto hasil USG nya.

Poppy yang baru kembali dari luar membeli beberapa keperluan rumah tangga panik melihat Saza yang menangis sesenggukan.

"Kamu kenapa, Za?" tanya Poppy khawatir.

Saza buru-buru menghapus air matanya dan tersenyum kepada Poppy.

"Gak apa-apa kok, kak. Biasa hormon ibu hamil."

"Oh gitu ya. Aku kira kamu kenapa." Poppy menghela nafas lega.

"Oh ya kak Poppy besok kayaknya aku pamit pergi dari rumah ini. Makasih ya kakak udah baik banget sama aku." Saza menggenggam tangan Poppy.

"Kenapa? kamu kan masih sakit."

"Gak apa-apa, kak. Besok juga aku udah mulai bisa kerja dan bisa bayar kontrakan sendiri nantinya. Gak enak sama kak Juna kalau tinggal disini lama-lama."

"Apa Juna tadi ngomong sesuatu yang kasar ke kamu?" tanya Poppy menatap curiga Saza.

"Nggak kok! Aku sama kak Juna gak ngobrol apa-apa." elak Saza buru-buru.

Poppy menghela nafas. "Kamu ke kamar dulu aja ya." Poppy melepaskan genggaman tangan Saza dan berlalu pergi membawa belanjaannya masuk ke kamar.

Saza berjalan kearah kamar Poppy dan Juna lalu menguping pembicaraan mereka.

"Kamu ngomong apa sama Saza?" tanya Poppy kepada Juna yang sibuk berkutat dengan laptop.

"Gak ngomong apa-apa." jawab Juna santai.

"Bohong! tadi Saza pamit sama aku mau pergi besok. Pasti kamu ngusir dia dan ngomong yang kasar ke dia kan? Juna kok kamu tega banget ya? Aku emang gak tau masalah kamu sama Saza apa di masa lalu sampe kamu benci banget sama dia, tapi setidaknya kamu kasihan dong sama anak dikandungannya!" sewot Poppy.

"Kamu kenapa jadi belain dia sih? harusnya kamu bersyukur dia pergi dari sini. Saya tau niat tidak baik dia ke kamu, Poppy."

"Profesi kamu ganti jadi cenayang?"

"Terserah kamulah." Juna tidak mau ambil pusing dan tidak mau berdebat dengan Poppy hanya karena masalah Saza.

"Juna! pokoknya aku gak mau tau kamu harus minta maaf sama Saza." Poppy berkacak pinggang menatap tajam Juna.

"Kok kamu jadi annoying banget sih?"

"Daripada kamu jadi gak punya hati!"

Saza yang mendengar pertengkaran Juna dan Poppy tersenyum senang.
Sebentar lagi pasti ia bisa dapatkan Juna kembali!

My Cutie Pie WifeWhere stories live. Discover now