19. TERJEBAK

2.6K 200 3
                                    

Tidak mau memperpanjang masalah dengan Poppy, Juna meminta Saza untuk tetap tinggal dirumahnya sampai nanti gadis itu melahirkan dengan syarat tidak boleh berbicara kepadanya sepatah katapun.

"Aku jadi gak enak sana kak Juna, harusnya kak Poppy biarin aja aku pergi." ujar Saza menyatap sarapan pagi bersama Poppy. Juna tidak mau ikut gabung, pria itu buru-buru pergi ke resto tanpa mengucapkan apa pun kepada Poppy.

"Gak usah dipikirin, Juna emang gitu orangnya. Bentar lagi juga pasti langsung manja lagi, dia kan bucin sama aku jadi gak mungkin bisa marah lama-lama." ucap Poppy membuat Saza tersenyum, namun hatinya kesal.

"Beruntung banget kak Juna punya istri kayak kak Poppy yang baik."

"Bisa aja kamu. Oh ya aku hari ini mau pulang ke rumah orang tua aku, kayaknya pulang agak malaman." ucap Poppy yang dibalas anggukan kepala oleh Saza.

Hari ini Poppy mendapatkan kabar dari adik tirinya yang bilang kalau ibu sedang sakit. Jadi, Poppy mungkin akan pulang ke rumahnya yang berada di Cibubur.

Saza sudah mulai bekerja hari ini. Sebenarnya ia tidak mau capek-capek kerja, tapi jika tidak kerja maka Juna dan Poppy akan mencurigai nya. Ia harus berpura-pura sangat membutuhkan uang.

"Mau bareng ke haltenya?" tawar Poppy.

"Boleh."

Mereka pergi bersama menuju halte bus. Bus yang mereka naiki berbeda, Saza menaiki bus kearah Jakarta Selatan dan Poppy kearah Cibubur.

Di dalam bus Poppy memperhatikan handphone nya. Adiknya mengirimkan pesan memintanya untuk membawakan makan-makanan yang cukup mahal harganya. Padahal Poppy sudah bilang kalau dia sudah tidak bekerja lagi, tapi keluarganya tidak peduli dan terus meminta uang kepada Poppy. Hal hasil ia jadi memakai uang Juna, untungnya Juna tidak pernah menanyakan kemana uangnya pergi?

Cukup lama perjalanan hingga akhirnya Poppy tiba didepan rumah minimalis modern yang tidak terlalu, tapi tidak kecil juga. Rumah ini ia beli untuk Ibu kandungnya, tapi semenjak Mama meninggal dan Ayah menikah lagi rumah ini menjadi jatuh ke tangan Ibu tirinya.

Satu tahun lalu Ayah meninggal, serangan jantung.

"Assalamualaikum." Poppy menekan bel dan tak lama kemudian pintu terbuka.

"Makanan sama belanjaan yang gue titip mana?" tanya Diva langsung menagih titipannya.

"Aku kan udah bilang kalau aku udah gak kerja. Untuk saat ini aku belum bisa beliin make up yang kamu mau."

"Gak guna lo kesini!" ketus Diva lalu berjalan masuk begitu saja.

Poppy menghela nafas lalu melangkah masuk kedalam. Ia masuk ke kamar Ibunya dan melihat sang Ibu tiri yang sedang bermain handphone sambil makan pizza.

"Assalamualaikum, Bu." Poppy menghampiri Sania hendak mencium tangan wanita itu.

"Wa'alaikumsalam. Kamu bawa apa?" tanya Sania.

"Maaf, Bu Poppy cuma bawa buah-buahan buat Ibu." Poppy meletakkan plastik berisi jeruk dan apel.

"Saya gak level makan buah-buahan dipinggir jalan! bawa lagi aja sana atau buang."

"Kok Ibu ngomongnya gitu?"

"Lagian kamu itu punya suami dari keluarga konglomerat! manfaatin dong hartanya. Percuma kamu nikah sama Juna, tapi hidup susah!"

"Aku nikah sama Juna karena aku cinta bukan mau menguasai hartanya."

"Emang cuma dengan cinta kamu kenyang?!"

"Niat aku kesini mau jenguk Ibu bukan mau berantem."

"Saya gak butuh dijenguk sama kamu! mending kalau ngasih uang buat shopping." ucap Sania kembali fokus pada layar ponselnya.

"Kan Minggu kemarin baru aku kirim lima juta, emangnya udah habis?" tanya Poppy.

"Lima juta mana cukup sih?! belum beli baju, make up Diva dan barang branded lainnya."

Poppy hanya bisa menghela nafas dan beranjak keluar dari kamar Ibunya. Ia melihat Diva yang kini sedang bersiap-siap pergi sepertinya.

"Kamu mau kemana?" tanya Poppy melihat penampilan Diva yang terlampau terbuka membuatnya khawatir.

"Main."

"Sama siapa?"

"Kepo banget deh lo!" sinis Diva lalu berjalan melewati Poppy begitu saja.

Sepertinya Poppy akan menginap disini menjaga ibunya. Kasihan Sania sedang sakit, tapi malah ditinggal pergi oleh Diva.

•••

Saza melotot kaget karena menurutnya ini tidak masuk akal. Mana ada tes pekerjaan disuruh buka seluruh baju, lebih parahnya didepan pria-pria berumur. Sudah gila ya!

"Saya mau keluar!" tegas Saza pada penjaga untuk membukakannya pintu.

"Gak bisa! anda sudah sepakat, setelah pemotretan baru boleh keluar."

"Saya gak mau!"

Ini gila. Apa sebenarnya yang terjadi? kenapa Poppy memberikannya pekerjaan seperti ini? Pemotretan majalah pornografi. What the hell?!

Tasnya sudah disita didepan meja resepsionis. Ia benar-benar terjebak, Saza rasanya mau menangis saja.

"Saya anak orang kaya, saya akan bayar kalian berapa pun yang kalian mau! biarkan saya pergi, tolong..." lirih Saza.

"Hahaha kalau anak orang kaya ngapain ngelamar disini?" sahut pria tua bangka berkumis yang membuat Saza bergidik jijik.

"Sudah cepat buka bajunya!" titah si fotografer.

"Jangan mendekat!" teriak Saza saat pria-pria berbadan besar mulai mendekatinya.

Saza memiliki ilmu bela diri yang cukup baik memang, tapi disaat kondisinya yang sedang hamil ia takut terjadi hal buruk pada anaknya. Ia bersumpah akan menuntut Poppy jika terjadi sesuatu pada kandungannya.

Saza bermain kejar-kejaran dengan pria-pria yang ingin mendekatinya, ia berhasil lolos keluar ruangan. Hanya keluar ruangan, ia tidak tahu diluar sana apa yang akan menyambutnya. Gedung ini sangat luas dan buruknya Saza lupa jalan keluar.

Perutnya keram. Ia harus menemukan ponsel dan menelepon Juna. Kakinya membengkak dan sakit karena beberapa kali ia keseleo. Saza menanggalkan sepatu tingginya, ia berjalan sempoyongan di lorong-lorong yang tidak tahu akan membawanya kemana.

Didepan sana sudah ada penjaga yang siap menangkapnya. Saza kembali memaksakan kakinya untuk berlari mencari jalan keluar. Disaat itu juga tangannya ditarik seseorang memasuki sebuah ruangan.

Saza terkejut melihat orang yang membekap mulutnya.

Naka!

"Ngapain lo jual diri disini? mending ke gue."

Cowok gila!

My Cutie Pie WifeWhere stories live. Discover now